03 September 2009

Israel Tuntut Harian Swedia Atas Artikel Pencurian Organ Warga Palestina

TEL AVIV (Arrahmah.com) - Pemerintah Zionis Israel meminta ganti rugi sebesar $7,5 juta dari harian Aftonbladet Swedia atas sebuah artikel yang membeberkan aksi pencurian dan penjualan organ tubuh muslimin Palestina yang dibunuh oleh tentara Israel.

Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh International Middle East Media Center, pengacara Israel, Guy Ohpir, menentang surat kabar Swedia di Pengadilan Manhattan, dan meminta ganti rugi sebesar $7,5 juta.

Pengacara Israel mengklaim bahwa surat kabar itu anti-Semit, rasis, dan mencemarkan nama baik Israel. Ia pun menganggap bahwa artikel tersebut berisi hasutan agar dunia membenci Yahudi dan tentara Israel.

Menurut dugaan, Ophir membawa gugatan hukumnya di New York karena surat kabar itu di disebarkan di sana dan karena Donald Bostrom yang menulis artikel menghubungkan skandal Israel tersebut dengan para rabi, tokoh-tokoh, dan pejabat Yahudi di New York.

Donald Bostrom mengatakan artikelnya tentang pencurian organ para pemuda Palestina yang dibunuh oleh tentara Israel pada 1992 dibuat berdasarkan keterangan yang ia dapatkan dari para keluarga korban.

“Artikel saya tidak menuduh tentara (Israel) merampas organ. Para keluarga Palestina, para ibu di Palestina, yang mengatakan bahwa mereka yakin bahwa ada pihak yang mengambil organ tubuh anak-anak mereka,” kata jurnalis freelance ini pada hari Senin.

Artikel diterbitkan minggu lalu oleh Aftonbladet dan mengemukakan kasus yang menimpa Bilal Ahmed Ghanem, seorang pemuda Palestina berusia 19 tahun yang ditembak mati pada 1992 oleh angkatan perang Israel di desa Imatin, Tepi Barat.

Bostrom yang menyaksikan pembunuhan tersebut, menyatakan bahwa jasad Ghanem dikembalikan dengan keadaan yang mengenaskan (terbelah dari perut hingga leher) beberapa hari setelah pemuda itu dibawa tentara Israel.

Adik Ghanem yang saat itu berusia 15 tahun, menceritakan bagaimana penembakan itu terjadi.

“Sejumlah pasukan (Israel) menyergap dan menembakkan peluru ke dada dan kakinya. Kami yakin ia masih hidup setelah dua peluru itu mengenai tubuhnya,” ujarnya.

Sang ibu, Sadija, mengatakan pada Aftonbladet bahwa pasukan bukan hanya menangkap, namun juga membunuh anak yang sangat ia kasihi.

Berdasarkan keterangan keluarga, militer Israel meminta sekitar $1.300 agar jasad Ghanem bisa dikembalikan.

“Saat itu tengah malam. Tentara mematikan seluruh aliran listrik di seluruh desa. Bilal dikembalikan dalam sebuah plastik besar hitam, giginya sudah hilang semua. Tubuhnya sudah dijahit dari leher hingga ke bagian perut,” lapor harian tersebut sebagaimana yang diterangkan oleh sang ibu.

Setelah insiden Bilal Ghanem tersebut, ada lebih dari 20 keluarga yang menceritakan kejadian yang sama yang menimpa anggota keluarga mereka setelah para tentara Zionis Yahudi menculik dan membunuhnya. (Althaf/prtv/arrahmah.com)