07 October 2009

Kami dan Noordin Beda Ijtihad - Wawancara dengan anggota JI

Noordin M. Top

Farihin (Anggota JI, alumnus Camp pelatihan Mujahidin, Sadda-Pakistan)

Apakah aksi bom yang dilakukan Noordin M Top merupakan kesepakatan Jamaah Islamiyah?

Tidak, JI sudah terpecah sejak Bom Bali I, kami sendiri sudah tidak mempunyai pemimpin. (Saat ini) kami sedang mencari sosok pemimpin yang solid. Ketika kami tawarkan itu kepada Abu Bakar Ba´asyir, beliau menolak. Malah mendirikan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Setelah MMI diobok-obok, beliau keluar dan membentuk lagi Jamaah Ansharut Tauhid.

Setelah Ustadz Abdullah Sungkar meninggal, apakah JI mengalami krisis kepemimpinan?

Sebetulnya tidak krisis. Saya tidak berhak menerangkan ini. Hanya waktu itu saya merasa masih punya pemimpin.

Setelah kasus Bom Bali I meledak, saya dipenjara. Hubungan dengan teman-teman menjadi terputus.

Waktu itu sempat dibentuk badan pekerja pengganti Qiyadah (kepemimpinan). Anggotanya terdiri dari orang-orang senior yang mengerti Qiyadah dan Struktur.

Anda berperan sebagai apa di JI?

Saya anggota Fiah (regu terkecil dalam struktur JI) di Jakarta. Sekarang saya bergerak sendiri. Media tahu siapa saya dari polisi. Polisilah yang tahu kasus saya. (Saya menduga) ada kerjasama antara media dan polisi.

Menurut Anda apakah aksi-aksi Noordin banyak dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam?

Ya. Tapi itu tantangan bagi kami. Perjuangan tanpa tantangan bukan perjuangan namanya. Selalu ada kebatilan mengikuti yang haq. Itu biasalah dalam peperangan.

Bagaimana Anda menilai sikap pemerintah terhadap persoalan terorisme ini?

Saya pikir Presiden sekarang tak seperti Presiden sebelumnya. (Mantan Presiden) Megawati, ketika ada pengakuan Umar al-Faruq bahwa ada makar untuk membunuhnya, ia hanya senyum-senyum saja. Padahal dia seorang Perempuan.

Soekarno juga seperti itu. Ia jelas-jelas digranat, tapi tetap Cuek.

Bagaimana Anda menilai konsep Jihad yang diyakini Noordin?

Jihad itu kan syariat. Jihad itu wajib bagi Laki-laki. Jadi hukum Jihad itu sama saja antara Noordin dan kami, hanya beda ijtihad pelaksanaan.

Bagaimana Ijtihadnya menurut JI?

Kita kembali ke dakwah dulu. Iqamatuddin (penegakan agama) selama masih ada kelonggaran. Seperti ketika Rasulullah masih di Makkah, tetap beliau tidak melawan suku Quraisy. Beliau tetap berdakwah dan meminta perlindungan kepada pamannya walau akhirnya diboikot dan Hijrah.

Orang kafir pasti membuat Makar (tipu-daya) kepada umat Islam dengan cara membunuh, memenjarakan, aau mengusir kita. Karena itulah kita harus berjihad. Tahapannya setelah Hijrah, I´dad, Ribath, baru kemudian Jihad.

Apa makar terhadap JI?

Stigmatisasi. JI diidentikkan dengan teroris. JI diidentikkan dengan gerakan radikal Islam. Padahal, yang diserang Islam juga. Kebencian yang terlontar dari mulut mereka belum seberapa. Yang di dada lebih besar lagi.

Definisi Terorisme juga masih abu-abu. Mengapa separatis Papua tidak dikatakan teroris walau sudah membunuh aparat? Mengapa kasus Papua ini tidk dibesar-besarkan oleh media sebagaimana kasus Terorisme sekarang ini?. Jelas itu semua Konspirasi.

Kapan Anda masuk Afghan?

Saya masuk Akademi Militer. Jihad Islami di Camp Sadda tahun 1987-1990.

Apakah semua alumni Afghan masuk JI?

Tidak juga. Tandzim JI terbentuk tahun 1993. Alumni Afghan sebagian besar ke JI, tapi ada juga yang kembali ke DI (Darul Islam). (Suara Hidayatullah)