08 October 2009

Konsep Jihad Jamaah Islamiyah

Konsep Jihad JI tak sama dengan para pelaku teror bom. Lalu mengapa JI ditakuti?

*****
Pesantren Lukmanul Hakim boleh saja diam dalam kesunyian areal perkebunan kelapa sawit. Namun, menurut Fauzan al Anshari, mantan Ketua Departemen Data dan Informasi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), organisasi yang pernah dipimpin Abu Bakar Ba´asyir, JI sesungguhnya masih ada. Mereka tetap eksis sampai sekarang. Bahkan mereka memiliki amir (pemimpin).

Sang amir yang disebut Fauzan ini bukan Abu Bakar Ba´asyir, sebagaimana ditudingkan banyak orang, termasuk pemerintah Amerika Serikat. "Ustadz Abu tak pernah diangkat menjadi amir JI menggantikan Ustadz Abdulah Sungkar," kata Fauzan saat berkunjung ke kantor Suara Hidayatullah, Senin 10 Agustus lalu.

JI memiliki PUPJI (Pedoman Umum Perjuangan Jamaah Islamiyah), semacam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga di kebanyakan organisasi.dalam PUPJI, kata Fauzan, amir harus diangkat oleh Dewan Syuro. Dan, pengangkatan Ba´asyir oleh Dewan Syuro belum pernah terjadi.

*****
Dalam PUPJI disebutkan bahwa JI adalah organisasi bawah tanah (Tandzim Sirri), dengan amir Abdullah Sungkar, dan garis perjuangan Dakwah dan Jihad. Terdokumentasinya PUPJI ini, kata Fauzan, adalah sebuah kesalahan besar. Seharusnya, sebuah organisasi bawah tanah tak boleh mendokumentasikan apapun perihal organisasi.

Pendapat agak berbeda dikemukakan oleh Abu Rusydan alias Thoriquddin alias Hamzah, tokoh JI yang pernah berlatih di akademi militer mujahidin Afghanistan di Sadda-Pakistan, seangkatan dengan Mukhlas. Menurutnya setelah Abdullah Sungkar wafat, JI sudah tidak memiliki wujud lagi.

"Secara lembaga, JI sudah tidak ada," katanya kepada Suara Hidayatullah melalui saluran telepon, Rabu, 12 Agustus.

Rusydan menegaskan bahwa JI tidak pernah mengangkat Amir pengganti Ustadz Abdullah Sungkar sesuai syariat Islam dan ketentuan PUPJI. Tidak ada juga istilah "Amir Darurat".

Kalau pun saat ini ada yang menyebut dirinya anggota JI, kata Rusydan, itu sekadar sebutan perorangan kerena mereka memiliki sejarah dan pemikiran dasar yang sama dengan JI. Mereka tidak berada dalam satu institusi. Mereka bergerak sendiri-sendiri.

Konsep Jihad

Akan halnya peristiwa pengeboman yang kerap melanda Indonesia belakangan ini, Rusydan menolak jika dikaitkan dengan JI. Memang, jihad adalah bagian dari syariat Islam yang dijalankan JI. Namun, Jihad Offensif (menyerang) hanya boleh dilakukan di wilayah perang seperti di Afghanistan, Mindanao (Filipina), dan Poso (Indonesia). Itupun harus melalui keputusan lembaga, bukan aksi sendiri-sendiri.

Rusydan mengakui, JI pada masa Sungkar telah mengirimkan 200 orang untuk berjihad ke daerah-daerah konflik, termasuk Afghanistan dan Poso. "Kondisinya pada saat itu berbeda dengan sekarang. Saat itu kaum Muslim butuh bantuan saudaranya sesama Muslim karena sedang teraniaya," kata Rusydan.

Abu Wildan, mantan anggota JI, sependapat dengan Rusydan. Menurutnya, teror bom yang kerap melanda Indonesia beberapa tahun belakangan, melenceng dari ajaran JI. Dalam ajaran JI, katanya, kekerasan itu hanya boleh dilakukan atas membela hak kaum Muslim yang dirampas. Jika kekerasan itu dilakukan di negara yang di dominasi kaum Muslim dan menimbulkan korban kaum Muslim juga, itu bertentangan dengan ajaran JI.

Hal yang sama juga dikemukakan Fauzan Al Anshari. Menurutnya JI memiliki garis perjuangan yang berbeda dengan para pelaku teror bom di Indonesia. "Garis perjuangan JI adalah Dakwah dan Jihad," katanya.

Namun, Jihad yang mereka kembangkan bukan bersidat Ofensif. Jihad seperti itu hanya boleh dilakukan di wilayah dimana kaum Muslim sedang berjuang untuk membebaskan diri dari Penjajahan kaum Kafir. Selebihnya, mereka melakukan Dakwah.

Jadi, tidak tepat jika ada yang menyebut pelaku teror bom di Indonesia belakangan ini adalah JI. Sebab, itu tidak sesuai dengan konsep jihad JI.

Dituding Teroris

Pendapat yang sangat berbeda dikemukakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas dukungan pemerintah Amerika Serikat (AS). PBB telah mencantumkan Jamaah Islamiyah sebagai organisasi paling berbahaya nomor urut 35 di dunia. Ba´asyir disebut-sebut sebagai pimpinannya.

Tak jelas dari mana sumber kesimpulan itu. Fauzan menebak, kesimpulan itu muncul karena rasa takut mereka kepada para veteran perang Afghanistan yang banyak terdapat di JI. Para veteran itu dianggap sangat berbahaya bila dibiarkan terus "bergerak". Mereka bisa membesar dan semakin kuat.

Jadi, kata Fauzan, selama kesimpulan PBB itu belum dicabut, JI dan Abu Bakar Ba´asyir akan terus dicap sebagai teroris. "JI tetap menjadi target Amerika Serikat untuk dihancurkan," kata Fauzan.

Selain itu, kata Fauzan, organisasi ini dituding hendak mendirikan Negara Islam Raya yang meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand Selatan, dan sebagian Filipina.

Rusydan membantah tudingan ini. Menurutnya, JI tidak memiliki strategi perjuangan yang sama dengan kelompok NII (Negara Islam Indonesia), yaitu ingin mendirikan negara Islam. Strategi perjuangan JI adalah membangun masyarakat Islami, al-Jamaah al-Islamiyah. Titik perhatiannya pada dua bidang, yaitu Pendidikan dan Dakwah.

Hal senada juga diungkap Fauzan. Katanya, tujuan utama gerakan JI adalah menegakkan syariah Islam, bukan negara Islam. Menegakkan syariat ini diperjuangkan lewat dakwah kepada masyarakat.

Lagi pula, kata Fauzan, cita-cita penegakan syariat itu bukan hanya diperjuangkan oleh JI, tapi juga diusung oleh banyak organisasi Islam di Indonesia, termasuk MMI dan Ansharut Tauhid.

Fauzan menebak, ada sebuah kekuatan besar untuk menghabisi para veteran Afghanistan yang banyak di Indonesia lewat isu JI. Peluang untuk itu terbuka lebar karena JI sendiri merupakan gerakan tersembunyi (rahasia). Orang tidak tahu siapa yang paling bertanggung-jawab di JI.

Pendapat senada juga dikemukakan Rusydan. "Kalau kita ingin bicara JI, jangan lepaskan dari sejarah terbentuknya," ujarnya. (Suara Hidayatullah)