26 October 2009

Loyalitas dan Pelepasan Diri

Al-Wala' dan Al-Bara'

Oleh: Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan

Setiap muslim yang meyakini kebenaran Aqidah Islamiyah mempunyai kewajiban untuk selalu menolong dan berloyalitas terhadap saudara-saudaranya se-Aqidah Islamiyah serta memusuhi musuh-musuh mereka; mencintai ahli Tauhid serta ikhlas kepada mereka dan membenci orang-orang Musyrik serta memusuhi mereka.

Yang demikian itu, adalah merupakan dien Nabi Ibrahim Alaihissalam beserta orang-orang yang bersama beliau yang kita semua diperintahkan untuk mengambil contoh yang baik dari mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kum mereka : "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya, sampai kamu beriman kepada Allah Ta'ala saja". [QS. Al-Mumtahanah:4]

Persoalan ini juga merupakan dien Nabi besar Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah Ta'ala berfirman :

"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". [QS. Al-Maidah:51].

Ayat ini menerangkan tentang haramnya berloyalitas khusus kepada ahli kitab (Yahudi dan Nashrani). Adapun ayat yang menerangkan haramnya berloyalitas kepada umumnya orang-orang kafir. Allah berfirman :

"Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sekalian mengambil musuh-Ku dan musuh-mu sekalian menjadi teman-teman setia". [QS. Al-Mumtahanah:1]

Bahkan, sungguh Allah Ta'ala haramkan kepada orang-orang yang beriman untuk berloyalitas terhadap orang-orang kafir, walau mereka adalah kerabat yang paling dekat. Allah Ta'ala berfirman :

"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu, pemimpin-pemimpinmu, jika mereka mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa diantara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim". [QS. At-Taubah:23].

Dan Allah Ta'ala berfirman :

"Artinya : Kamu tidak akan mendapati satu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka". [QS. Al-Mujadalah:22].

Betapa banyak orang-orang Islam yang tidak faham terhadap dasar-dasar agama yang agung ini sampai-sampai saya pernah mendengar sebagian orang Islam yang berkecimpung dalam bidang keilmuan dan dakwah pernah berkata dalam siaran radio bahasa Arab tentang orang-orang Nashrani dengan kata-kata: "Sesungguhnya mereka adalah saudara kita". Sungguh suatu kata-kata yang sangat berbahaya.

Sebagaimana Allah Ta'ala telah mengharamkan berloyalitas terhadap orang-orang kafir, karena mereka adalah musuh-musuh Aqidah Islamiyah ini, maka Allah Ta'ala telah mewajibkan untuk berloyalitas terhadap orang-orang yang beriman serta mencintai mereka. Allah berfirman :

"Artinya : Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut agama Allah itulah yang pasti menang". [QS. Al-Maidah:55-56].

Dan Allah Ta'ala berfirman :

"Artinya : Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka". [QS. Al-Fath:29]

Dan Allah Ta'ala berfirman :

"Artinya : Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara". [QS. Al-Hujurat:10].

Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah bersaudara, baik dalam dien maupun dalam aqidah, meskipun berbeda nasab dan masa hidupnya serta berjauhan tempat tinggal mereka satu sama lain.

Allah berfirman :

"Artinya : Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo'a : Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan jangan Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". [QS. Al-Hasyr:10].

Mereka senantiasa saling mencintai, walaupun tempat-tempat tinggal mereka berjauhan dan zaman mereka berbeda, orang-orang yang terakhir mengambil contoh yang baik dari orang-orang sebelumnya, sebagian mereka mendo'akan dan memintakan ampun untuk sebagian yang lain.

[Disalin dari buku Al-Wala' Al-Bara' Tentang Siapa Yang Harus Dicintai dan Harus Dimusuhi oelh orang Islam, oleh Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Fasal : Loyalitas dan Pelepas Diri, hal 7-13, terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Endang Saefuddin]

*****
Download Audio: Ustadz Abu Bakar Ba'asyir, Ustadz Abdulloh Sholih al-Hadromi