04 October 2009

Menyikapi Subhat Tentang Digit Waktu Gempa dan Ayat Al Qur'an

Berikut cuplikan berita dari sebuah situs yang mengkabarkan tentang waktu terjadinya gempa bumi:

"Gempa di Padang jam 17.16, gempa susulan 17.58, esoknya gempa di Jambi jam 8.52. Coba lihat Al-Qur’an!” demikian bunyi pesan singkat yang beredar. Siapa pun yang membuka Al-Qur’an dengan tuntunan pesan singkat tersebut akan merasa kecil di hadapan Allah Swt."

Ada pula jamak beredar SMS yang isinya menghimbau agar membuka al-Qur'an dan mencocokkannya dengan waktu (jam dan menit) dari gempa yang terjadi. Salah satu bunyi SMS-nya sebagai berikut:

"Waktu gempa di skitar Tasikmalaya 15:04, gempa di Padang 17:16, gempa susulan 17:58, gempa di Jambi 8:52.coba lht Al-Qur'an,no.surat & ayat sesuai dgn jam tsb. kiamat sudah dekat.marilah kita sama-sama u/bertaubat&brjuang u/tegakny SYARIAH&KHILAFAH.kirim ke yg lain,jgn putus di km saja. Jazakumulloh"

"Sbhnallah,gempa d Tasik 15:04,d Padang 17:16,gempa su2lannya 17:58.bsknya d Jambi 8:54. PENTING,cb bka trjemahan al-Qur'an srt & ayat ssuai jam2 tsb!allohuakbr."

*****
Sekilas tampak mengagumkan bila dihubungkan antara digit waktu kejadian dengan ayat-ayat al-Qur'an yang "tampaknya" relevan.

Namun di balik itu semua, tersirat subhat yang cukup merisaukan bila Manhaj Dakwah di bangun dengan metode semacam itu, yakni akan timbul khurofat baru manakala setiap digit dari fenomena yang terjadi dimaknai dengan menggunakan ayat al-Qur'an. Misalkan terjadi kecelakaan di depan rumah antara becak dan sepeda motor, lalu di catat plat nomor kendaraannya yang kemudian di buka al-Qur'an nomor surat dan ayatnya sesuai dengan plat nomornya.

Yang menjadi masalah, manakala meleset dari perkiraan dan hal ini akan menimbulkan masalah baru yakni secara psikis menata kebiasaan yang sifatnya trial and error. Kelakuan yang mirip dengan pemasang SDSB/Porkas yang juga dilengkapi primbon mimpi.

Kalaupun di cross check (tabayyun) kembali, maka menit dari kejadian yang disebutkan meleset dari data catatan BMG, dan itu berarti bisa jadi ada bias error yang cukup lebar dari penetapan waktu itu, dan terkesan dipaksa-paksakan.

Data catatan gempa oleh BMG

Para ulama terdahulu tidak pernah menggunakan metode (manhaj) dakwah seperti ini. Kalaupun maksudnya untuk muhasabah, harusnya menggunakan pendekatan konteks kejadian (semisal gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir bandang, angin ribut, hujan batu) lalu di korelasikan dengan sejarah ummat Nabi-nabi terdahulu dan kalau ada disertai riwayat Hadits yang relevan.

Apa iya digit waktu itu sebagai petunjuk hikmah dibalik musibah?.
Kalau iya, hal ini adalah urusan ghoib yang mana setiap muslim untuk menyikapinya-harus mendatangkan dalil dan di dukung dalil yang tepat untuk memperkuat hujjahnya. Dalam menghadapi perkara yang ghoib, sifatnya Tauqifiyyah.

Sebagai penegas, adanya himbauan agar bermuhasabah dengan metode seperti itu, tidak ada yang salah dengan dalilnya. Namun mengapa harus mengambil dalil itulah yang menjadi subhat yang patut di jawab dalam postingan ini. Mengapa patokannya harus digit waktu gempa?.

*****
Ada baiknya bila diambil renungan dari firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala berikut, yang artinya:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan-jawabnya. (QS. Al Israa' : 36)

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS. Al An'aam : 116)