31 October 2009

Waspadai Upaya Pemurtadan Agama Berkedok Bantuan Gempa


Mantan Ketua Dewan Dakwah Islamiah Indonesia (DDII) Provinsi Sumatra Barat (Sumbar), Buya H. Mas`oed Abidin mengingatkan masyarakat daerah itu, terutama yang terkena bencana gempa bumi jangan sampai berubah aqidah karena berharap bantuan.

Buya Mas`oed Abidin menyatakan itu, ketika diminta tanggapannya adanya penyitaan 24 buah Injil, selebaran dan komik anak-anak oleh Polresta Padang Pariaman, Kamis (29/10). Dia sangat menyayangkan adanya relawan yang berkedok menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk memurtadkan (mengkafirkan) masyarakat yang memeluk Islam.

“Betul sejumlah masyarakat Sumbar pasca gempa tengah berada dalam keadaan susah, lapar dan rumah rusak. Namun, bukan berharap bantuan untuk mengubah aqidah (agama) mereka,” kata buya menyesalkan ulah oknum tak bertanggung jawab tersebut.

Jadi, relawan yang ingin merusak aqidah masyarakat Minang, agar kembali sadar dan sebaiknya kembali bawa misi tersebut jauh-jauh. “Masyarakat korban benar berharap bantuan yang disalurkan dengan ikhlas tanpa ada iming-imingnya mengkafirkan,” katanya.

Ia menambahkan, kalau ada “udang dibalik batu” sebaiknya tak disalurkan bantuan. Justru itu, masyarakat Sumbar yang berada di daerah terkena bencana gempa beberapa waktu lalu, diminta tak terpengaruh dengan bantuan yang sampai merubah aqidah.

“Harga Islam bukanlah sebungkus mie instan. Lebih baik masyarakat makan tanah dan berlindung di bawah langit dari pada aqidah berubah,” katanya mengingatkan masyarakat.

Dugaan kasus pemurtadan di kawasan Patamuan, Padang Alai, Kabupaten Padang Pariaman, tercium pihak Polresta Pariaman. Polresta berhasil menyita 24 buah Injil. Selain itu, juga selebaran dan komik anak-anak dengan judul “Si Bodoh” dan “Bagaimana Caranya jadi Kaya” yang diduga komik itu disebarkan ke sekolah-sekolah. Selanjutnya, ketiga pelaku pemurtadan itu juga datang dalam rangka memberikan bantuan uang, yakni bagi orang dewasa Rp10 ribu/orang, anak-anak Rp5.000/orang.

Kasat Reskrim Polresta Pariaman, AKP Hendri Yahya, menyebutkan ada tiga orang pelaku, St dan RG asal California, AS didampingi penerjemah mereka Doni dari Jakarta. “Kita sudah mengopi paspor dan identitasnya mereka, kini tengah dilacak organisasi mereka,” katanya dan menambahkan, pihaknya belum bisa menetapkan tindakan atas kasus tersebut. Bila sudah, Mabes Polri yang akan menangani.

Tindak misionaris itu tercium ketika beredarnya video hasil rekaman ponsel berisi ajakan murtad berdurasi 48 detik di Kabupaten Padang Pariaman. (tvone.co.id)