24 November 2009

Keteladanan Ummul Mukminin Shafiyyah bintu Huyaiy

Rabu, 15-07-2009 | 14:17:53 WIB

Bila dimasa sekarang ini kita berbicara mengenai wanita, pastilah pembicaraan akan berkisar tentang masalah rumah-tangga, membesarkan anak, berpenampilan menarik atau wanita dengan karir cemerlang, tentunya semua dilakukan dengan penuh kecerdasan.

Namun apakah kunci untuk mencapai itu semua, sebenarmya cukup dua jawaban untuk menjawab masalah ini, yakni pengetahuan yang luas dan ketegasan.

Akan tetapi apakah berbagai pembicaraan tadi hanya mengacu bagi wanita pada era saat ini? Tentu saja tidak.

Apabila kita mau menengok kembali sejarah 14 abad silam, bagaimana Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hidup bersama isteri-isteri beliau, yang juga merupakan ibu bagi kaum yang beriman, maka kita bisa melihat keteladanan wanita-wanita agung yang hidup penuh dengan kemuliaan. Salah satunya adalah Shafiyyah bintu Huyaiy.

Dia adalah Ummul Mukminin Shafiyyah bintu Huyaiy bin Akhthob bin Syu’bah bin Tsa’labah bin Ubaid bin Ka’ab bin Khozroj bin Abi Habib bin Nadhir bin Tuham bin Tahum Al-Israiliyyah. Dia adalah keturunan Nabi Harun saudara Nabi Musa ‘Alahis Salaam. Ibunya adalah Barrah bintu Samuel dari Bani Quraidhah. Sebelumnya dia bernama Habibah kemudian diganti oleh Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam menjadi Shafiyyah.

Dia adalah salah seorang wanita yang mulia, cerdas, memiliki kehormatan dan taat beragama. Dia dikenal sebagai seorang wanita yang lembut dan berwibawa.

Pernikahannya dengan Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam

Sebelum masuk Islam, Shafiyyah telah menikah dengan Salam bin Masykam, salah seorang penyair Yahudi sampai dia meninggal, kemudian menikah lagi dengan Kinanah bin Abu Habiq yang juga merupakan seorang penyair Yahudi.

Ketika terjadi perang Khaibar, Kinanah terbunuh dan Shafiyyah tertawan, dia berada di saham Dihyah Al-Kalby, kemudian ada yang mengatakan kepada Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam: ”Dia ini adalah penghulu wanita Bani Quraidhah dan Bani Nadhir, dia tidak pantas kecuali untukmu”, maka Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian mengambilnya dari Dihyah dan menggantinya dengan 7 tawanan yang lain.

Sebelum berumah-tangga dengan Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam, Shafiyyah diserahkan kepada Ummu Sulaim untuk dirias, kemudian Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam memboncengnya di untanya dalam keadaan diberi hijab, kemudian Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam membuat walimah pernikahannya dengan Shafiyyah. (Muttafaq Alaih dari Hadits Anas).

Ketika Shafiyyah tiba di Madinah, dia memberikan anting-antingnya kepada Fatimah. (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dalam Thobaqoh Kubra 8/127 dan dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Al-Ishobah 7/741 :Sanadnya shahih mursal dari Ibnul Musayyib).

Keteladanan Shafiyyah

Beliau begitu intens mendalami Al Quran dan memiliki hafalan yang banyak. Kemurnian tauhidnya begitu nyata dan disaksikan sendiri oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Shafiyyah bintu Huyaiy termasuk deretan istri-istri Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menjaga dan menyampaikan sunnah-sunnah Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam. Diantara deretan perawi yang meriwayatkan hadits dari dia adalah Ali bin Husain, Ishaq bin Abdullah bin Harits, Kinanah Maulanya, dan sebagainya dari kalangan sahabat dan tabi’in.

Hadits-hadits yang datang dari jalan Shafiyyah ada 10 hadits, salah satunya adalah di dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim (Siyar 2/238).

Keutamaan-keutamaannya

Shafiyyah berkata: ”Suatu saat sampai kepadaku bahwa Aisyah dan Hafshah berkata: ”Kami lebih mulia di sisi Rasulullah Shafiyyah, karena kami adalah putri-putri pamannya”, maka aku adukan hal itu kepada Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ”Kenapa tidak engkau katakan kepada keduanya” Bagaimana kalian berdua lebih baik dariku, sedangkan suamiku adalah Muhammad, bapakku Harun, dan pamanku Musa”.(Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Jami’nya sebagaimana dalam Siyar 2/233).

Suatu saat seorang budah perempuan Shafiyyah berkata kepada Umar bahwa Shafiyyah menyukai hari Sabtu dan menyambung tali-kekerabatan dengan orang-orang Yahudi, maka Umar menyuruh seseorang untuk menanyakan hal itu kepada Shafiyyah, maka Shafiyyah menjawab: ”Adapun tentang hari Sabtu maka aku tidak pernah menyukainya sejak Alloh menggantikannya bagiku dengan hari Jum’at. Adapun tentang orang-orang Yahudi maka aku punya hubungan kerabat dengan mereka sehingga aku menyambung tali-kekerabatan dengan mereka”. Kemudian Shafiyyah berkata kepada budak perempuannya: ”Apa yang mendorongmu melakukan ini?”, Budak perempuan tersebut menjawab: ”Syaithan”, maka Shafiyyah berkata: ”Pergilah sekarang juga, karena aku telah membebaskanmu!”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr sebagaimana dalam Siyar 2/232).

Dari Shafiyyah bahwasanya Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam berhaji bersama istri-istrinya, tiba-tiba unta Shafiyyah berhenti dan tidak mau berjalan, maka menangislah Shafiyyah, kemudian datanglah Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam menghampirinya dan mengusap air mata Shafiyyah dengan tangannya, Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam menyuruh Shafiyyah berhenti menangis tetapi dia terus menangis hingga kemudian Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam menghentikan semua rombongan.

Ketika mereka hendak berjalan Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada Zainah bintu Jahsy: ”Berikan seekor untamu kepada Shafiyyah!”-Zainab adalah yang paling banyak untanya di antara para wanita-, maka Zainab berkata: Bagaimana mungkin aku memberi tunggangan kepada wanita Yahudimu?!”, maka Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam marah dan tidak berbicara sama sekali dengan Zainab sampai pulang ke Madinah sampai bulan Muharram dan Shafar. Sesudah itu Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak pernah datang ke tempat Zainab, sampai ketika masuk bulan Rabi’ul Awwal. Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam baru datang ke tempat Zainab, ketika Zainab melihatnya maka dia berkata: ”Wahai Rasulullah apa yang harus aku perbuat?”. Sebelumnya Zainab mempunyai seorang budak perempuan yang didapatkan dari Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam. Zainab berkata: ”Budak ini untukmu wahai Rasulullah”, maka berjalanlah Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam menghampiri ranjang Zainab yang lama disimpan, dia letakkan ranjang tersebut dengan tangannya dan dia telah ridha Zainab istrinya”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dalam Thobaqoh Kubro 8/126-127).

Dari Zaid bin Aslam bahwasanya ketika Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam jatuh sakit yang kemudian sesudahnya beliau meninggal, Shafiyyah berkata: ”Wahai Nabiyullah aku sangat ingin kalau yang menimpamu itu menimpaku”. Maka serentak istri-istri Rasulullah Shollallahu ’Alaihi wa Sallam yang lain memandang tajam kepada Shafiyyah. Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat hal itu dan berkata kepada istri-istrinya: ”Berkumurlah kalian!”. Mereka berkata: ”Karena sebab apa?”, Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: ”Karena pandangan kalian kepada Shafiyyah. Demi Alloh sungguh benar ucapannya”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dalam Thobaqoh Kubro dan dihasankan sanadnya oleh Ibnu Hajar dalam Al-Ishobah 7/741).

Ketika Utsman bin Affan dikepung oleh orang-orang Khowarij sehingga tidak bisa keluar sama sekali dari rumahnya, maka Shafiyyah mengirim air dan makanan kepadanya, meskipun orang-orang Khowarij mengancamnya. (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dalam Thobaqoh Kubro dan dihasankan sanadnya oleh Ibnu Hajad dalam Al-Ishobah 7/741). (muslimdaily.net)