03 December 2009

Ada apa dengan Papua

Ada apa dengan Papua ?. Tampaknya Papua seperti anak ayam yg mati di lumbung ubi. Bagaimana tidak, Papua merupakan penyumbang emas terbesar No.2 di dunia.

Namun ironisnya, Amerika Serikat selama ini memperoleh kekayaan hingga mereka mampu hidup mapan di negaranya adalah sumbangan dari salah satu provinsi di Indonesia yaitu Papua. Sementara Indonesia saat ini hanyalah negara miskin, menurut image dunia, yang hanya bisa mengirimkan para tenaga kerja ke luar negeri untuk dijadikan pekerja kasar dengan gaji rendah.

Jika Indonesia mempunyai image negara miskin di dunia, namun Papua pun mempunyai image provinsi yang rakyatnya seolah-olah tidak pernah tersentuh oleh peradaban dan hidup di bawah garis kemiskinan. Bencana kelaparan pernah terjadi di Kabupaten Yahukimo Irian Jaya, November 205, dengan korban tewas 55 orang, 112 sakit berat dan 15 ribu penduduk kelaparan. Bahkan sebuah Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Papua untuk Hak Asasi Manusia menyebutkan jumlah korban meninggal 154 orang.

Benarkah propinsi Papua miskin? “ I FOUND THE PARADISE!!”, ungkap Ester wisatawan asal Belanda yang kagum akan keindahan alam di kawasan Kepulauan Raja Ampat, Papua. Lautan Papua sangat kaya organisme laut. Kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia.

Fak-Fak, hutan perawan dengan kayu-kayu mahal. Cokelat, cengkeh, pala dan kopi tumbuh subur disana. Lautan seluas 2.292 Km2 dengan panjang pantai 484 mil menyimpan berbagai macam kekayaan laut. Nabire, kota pantai dengan 1,4 juta ha taman laut yang sangat indah.

Di Sorong, terdapat minyak bumi dengan jumlah yang sangat besar, nikel di pulau Gag, mutiara di Waigeo, Bantata dan Misol. Selain di Sorong, batu bara dan gas bumi juga terdapat di Jayapura, Membramo, Yapen Waropen dan Manokwari yang mempunyai deposit terbesar di seluruh daratan Papua. Di Timika, penambangan emas dan tembaga 200 ribu ton perhari, belum terhitung perak, platina, nikel, batu bara, kapur, marmer, kaolin serta batu gamping.

Pegunungan Papua merupakan tambang emas terbesar di dunia dengan cadangan terukur kurang lebih 3.046 ton emas, 31 juta ton tembaga dan 10 ribu ton lebih perak yang masih akan dikeruk hingga 34 tahun mendatang (menurut berbagai sumber). PT Freeport sejak 1991 hingga 2002 telah memproduksi total 6,6 juta ton bijih tembaga, 706 ton emas dan 1,3 juta ton perak. Jumlah ini setara dengan US$ 8 milyar.

Membaca kenyataan ini, Papua adalah sesuatu nuu waar ( sumber cahaya yang masih tersembunyi) yang ajaib. Papua menyimpan banyak kekayaan alam dan dengan satu provinsi saja, Papua diperkirakan mampu menjamin kehidupan untuk rakyat Indonesia umumnya dan Papua khususnya. Palinbg tidak Indonesia merupakan negara terkaya di dunia dengan bermodalkan satu propinsi saja yakni di Papua.

Namun Indonesia tetap saja dikenal sebagai negara miskin materi, karena harus menanggung hutang negara kepada IMF dan Bank Dunia. Indonesia juga dikenal miskin moral karena selama ini dicekoki gaya hidup AS dan Eropa yang semuanya bertentangan dengan norma-norma Islam. Lebih menyedihkan lagi, rakyat Papua itu sendiri hidup di bawah garis kemiskinan dan tidak pernah tersentuh peradaban.

Lalu ada apa dengan Papua?. Apakah pemerintah pusat meng-anak-tirikan propinsi tersebut?? Adakah pemerintah menelantarkan rakyatnya hingga membiarkan mereka hidup dibawah garis kemiskinan, bodoh, primitif dan mati kelaparan?. Ternyata tidak.

Anggaran Belanja (APBD) Papua merupakan salah satu yang terbesar di seluruh Indonesia. Pemerintah Pusat, hingga pada tahun berjalan ini, mengucurkan tak kurang dari Rp 17 Triliun kepada Pemerintah Daerah Papua. Kemudian menyusul tambahan dana Rp 24,4 Triliun pada tahun anggaran 2008.

Dana sebesar itu hanya digunakan untuk menghidupi warga masyarakat Papua yang berjumlah 2 juta jiwa saja. Dalam jumlah tersebut belum termasuk dana-dana bantuan dari Luar Negeri yang masuk melalui PBB dan LSM asing. Namun ternyata jumlah dana yang begitu besar hanya mampu menghantarkan rakyatnya untuk hidup di bawah garis kemiskinan dan tidak terjamah peradaban.

Tampaknya masih ada fakta lain yang masih tersembunyi di bawa permukaan. Bukanlah hal yang mengada-ada bila semua itu terjadi karena misi misionaris bukan hanya sekedar wacana. Mereka terbukti berada dibalik semua fenemona kemiskinan, kebodohan dan keprimitifan rakyat Papua.

Para anggota legislatif dan yudikatif yang bercokol di DPRD dan bahkan anggota Kepolisian Negara RI adalah para penentang berdirinya Islamic Centre. Pada 17 Nopember 2005 yang ikut hadir dalam demo penentang berdirinya Islamic Centre seperti Bupati Manokwari Drs. Dominggus Mandacan, Ketua DPRD Kabupaten Manokwari Moses Mosioi, STh, Dandim 1703 Manokwari Letkol Suyitno dan Kapolres Manokwari AKBP Drs. Pietrus Waine, SH, serta sejumlah anggota DPRD Kabupaten Manokwari. Dibarisan long march terdepan, tampak pendeta-pendeta diantaranya Wakil Ketua Sinode GKI Papua, Pdt Herman Awom. Pernyataan sikap Kristiani Manokwari dibacakan oleh Ketua Badan Pekerja Antar Gereja Pdt I.S. Rumbiak STh. Dengan dalih bahwa penduduk mayoritas rakyat Papua adalah Nasrani. Benarkah?? Karena menurut Junaidi aktivis GP Anshor, selisih penduduk non-Muslim dan Muslim di Manokwari tidak terpaut jauh..

Melihat ada gelagat Islam akan eksis dengan adanya Islamic Centre dan mengungkap kenyataan saat ini yg terjadi di Papua, maka para misionaris menggulirkan isu Papua adalah tanah Kristen. Mereka mengklaim bahwa mayoritas penduduk Papua adalah Nasrani. DPRD Manokwari juga menyiapkan Raperda yang menetapkan Manokwari sebagai kota Injil.

Sebuah pertanyaan besar timbul, benakah masyarakat Papua mayoritas Nasrani?? Ternyata jawabannya, TIDAK!! Menurut salah satu tokoh Islam di Papua, pada tahun 1994, sensus dilakukan pada penduduk Jayapura dan hasilnya 70% Muslim, namun fakta ini ditolak oleh Pemda setempat. Dan menurut tokoh Islam lainya yang juga pengasuh pondok pesantren Darut Taqwa Manokwari, Raperda yang diluncurkan untuk membangun kota Injil adalah bukan murni dirancang oleh Pemerintah Daerah, namun merupakan tekanan dari pihak gereja seluruh Papua. (arana-arana.blogspot.com)