11 February 2010

Jeritan Hati Ani Yudhoyono

Soal Demo ''Kerbau SBY''

Contoh muslimah tidak berhijab

Jakarta – Berbagai kritikan yang mendera Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuat Ibu Negara Ani Yudhoyono berpilu hati.

Dalam wawancara khusus dengan ANTV bertajuk "Ibu Ani SBY Menjawab Kecaman Terhadap Presiden," Ani menjawab kecaman, sindiran, kritikan, serta 'ejekan' yang dilontarkan bertubi-tubi kepada sang suami, Presiden SBY. Dalam acara yang ditayangkan ANTV, Rabu malam (10/2/2010) pukul 21.30 WIB, Ibu Ani mengklarifikasi berbagai hal tentang suaminya, dari mulai bisnis berbau politik sampai soal Kerbau Si Bu Ya.

Ibu Ani mengaku sampai menitikkan air mata kesedihan, melihat aksi demonstrasi yang menurutnya sudah menjurus kepada penghinaan.

"Kalau kritik wajar, no problem. Walau pahit sekeras apapun kritikan, saya bisa menerima, Tapi kalau sudah menjurus hinaan, saya sedih," kata putri mendiang mantan Komandan RPKAD Letjen Sarwo Edhi Wibowo ini.

Mata ibu Ani Yudhoyono berkaca-kaca saat ditanya soal aksi demonstrasi kerbau ‘SBY,’ yang membawa kerbau bertuliskan Si Bu Ya, dengan inisial mirip nama sang suami, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Saya merasa terhina," kata Ani Yudhoyono kepada Eva Mazrieva dan Fenty Effendy dari ANTV.

Mata Ani Yudhoyono berkaca-kaca saat ditanya soal aksi demonstrasi kerbau ‘SBY,’ yang membawa kerbau bertuliskan Si Bu Ya, dengan inisial mirip nama sang suami, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

Ani Yudhoyono tak kuasa menahan sedih soal pertanyaan yang satu ini.

"Melihat Bapak (SBY) sudah bekerja keras, tapi masih dihina dengan cara-cara yang tidak sepatutnya," kata Ani Yudhoyono sambil berkaca-kaca.

Seperti diberitakan sebelumnya, saat memimpin rapat kerja di Istana Cipanas, Presiden SBY menyinggung soal aksi massa yang membawa kerbau ‘SBY.’

Aksi yang dimaksud adalah demonstrasi adalah 28 Januari lalu yang membawa isu 100 hari kinerja SBY-Boediono berpusat di depan Istana Presiden. Salah satu kelompok massa demonstran yang masih berada di Bundaran Hotel Indonesia (HI) terlihat membawa seekor kerbau.

Kerbau bertuliskan Si Bu Ya yang mirip inisial SBY itu dimake-up sedemikian rupa. Badan yang hitam diberi tulisan 'Si BuaYa' sebagai inisial namanya. Di bagian bokongnya ditempeli gambar kartun pria berpeci mirip Presiden SBY, dengan tulisan “turun!”

SBY Praktikkan Politik Kejahatan

Terkait dengan demo kerbau SiBuYa, sehari sebelumnya, Senin (8/22010), pengamat politik Universitas Indonesia (UI), Boni Hargens menyarankan agar Presiden SBY tidak perlu marah. Sebab katanya, substansi permasalahan yang dihadapi bangsa saat ini bukan pada hewan yang dibawa massa. Melainkan, lambannya pemerintah dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa.

"Presiden tidak usah marah soal kerbau. Berapa ekor pun di istana, itu tidak penting untuk dibahas. Yang perlu ditanyakan adalah, kenapa ada kerbau di istana," katanya.

Presiden tidak usah marah soal kerbau. Berapa ekor pun di istana, tidak penting untuk dibahas. Yang perlu ditanyakan, kenapa ada kerbau di istana. Kerbau dan hewan lainnya itu ada karena ada pemerintah SBY dinilai lamban dan tidak jujur

Ditambahkan Boni, kerbau dan hewan lainnya itu ada karena ada pemerintah SBY dinilai lamban dan tidak jujur.

"Itu kan dasarnya. Maka terbukalah, bertanggung jawablah terhadap kritik dan segera berbenah diri," tegasnya.

Mengenai model politik SBY, Boni menilai SBY adalah pengamal politik kejahatan. Menurutnya, dalam teori kejahatan, ada dua istilah yang mirip namun maknanya berbeda, yakni politik kejahatan dan kejahatan politik. Dijelaskan lagi, kejahatan politik merupakan tindakan melanggar hukum yang dilakukan warganegara dengan merusak simbol negara, atau melawan kepemimpinan negara yang subversif.

"Tapi kalau politik kejahatan, segala taktik, manuver, tindakan politik yang dilakukan oleh rezim yang berkuasa untuk membungkam segala bentuk suara kritis, dalam bentuk kritik yang dilakukan warganegara," ujar Boni di Doekoen Coffe, Jakarta.

Ditegaskan Boni, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tengah menerapkan politik kejahatan dengan cara menerapkan perangkat-perangkat demokrasi yang bertujuan membungkam suara rakyat dan lawan politiknya.

Praktik itu, kata dosen FISIP di UI ini erat kaitannya dengan negara diktator. Hanya saja, cara yang dilakukan SBY berbeda. "Diktator itu ada dua cara, yang hard dan yang soft. Kalau SBY itu menjalankan cara yang soft," jelasnya. (voa-islam.com)