18 August 2010

Penangkapan Ba'asyir Jadi Komoditi Polri


Jakarta - Direktur Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Solo, Wahyudin, menuding penangkapan Abu Bakar Ba'asyir untuk kali ketiga oleh Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri merupakan kesengajaan.

"Kayaknya Ustad Ba'asyir mau terus dikayak gitu (ditangkap terus menerus). Kayaknya kan komoditi," katanya di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (17/8/2010).

Menurutnya, orang-orang seperti Ba'asyir memang akan selalu menjadi santapan nikmat Densus yang mengklaim hanya bertugas memerangi kegiatan terorisme di Indonesia. Padahal, menurutnya, Ba'asyir bukanlah teroris. Dia hanyalah salah satu orang yang berusaha menegakkan syariah Islam.

"Siapapun yang berusaha untuk menegakkan syariah ya nasibnya kayak gitu. Jangankan ustad, para nabi juga begitu," tuturnya.

Wahyudin sendiri mengaku tak habis pikir mengapa Ba'asyir dituding terkait dengan kegiatan teroris di Aceh. Menurutnya Ustad Ba'asyir tidak pernah berhubungan dengan mereka yang disebut-sebut terlibat kegiatan teroris di Aceh. Ustad pun ditegaskannya tak pernah bertemu dengan Ubaid dan Dulmatin di Pondok Pesantren itu, pada sekitar November 2009, untuk membahas masalah pelatihan militer di Aceh.

"Kalaupun ada semua orang (yang bertemu Ba'asyir), Ustad menyikapinya dengan baik. Tidak pernah ada rasa curiga atau apa. Siapapun yang berkunjung sama beliau diterima dengan baik, keluhannya juga didengarkan. Siapapun itu, pejabat maupun nonpejabat," katanya.

Dia juga membantah tudingan Polri yang menyebut Ba'asyir mendukung kegiatan pelatihan militer di Aceh dan membantu pendanaan latihan militer itu. "Mana mungkin Ustad punya uang untuk mendanai itu. Dia cuma ulama. Cuma da'i yang mengisi ceramah ke sana kemari. Kalaupun ada pengakuan kan harus dibuktikan," lengkapnya.

Ba'asyir sendiri, menurut Wahyudin, jarang berada di pondok pesantren Al Mukmin, Ngruki, Solo. "Lebih banyak keluar beliau, di tengah umat pengajian. Jadwalnya sudah tertata terus di luar pesantren," ucapnya menutup pembicaraan. (tribunnews.com)