18 May 2010
Dasamuka yang Gemar Menyaru
Sebagai sosok yang begitu penting, Umar al-Faruq sama membingungkannya seperti tokoh dunia pewayangan Dasamuka --sang raksasa yang memiliki banyak wajah. Oleh kalangan intelijen, khususnya Badan Intelijen Negara (BIN) dan Dinas Rahasia Amerika (CIA), dia. diyakini bagai operator Al-Qaidah di Indonesia. CIA secara khusus menyebut tokoh ini mengakui terlibat dalam berbagai peledakan bom di Indonesia dan ikut serta dalam plot membunuh Presiden Megawati Soekarnoputri. Berdasar pengakuan Al-Faruq itu pula polisi belakangan menangkap Abu Bakar Ba'asyir, tokoh yang disebutnya memberikan perintah melakukan semua kejahatan tadi.
Namun penelusuran TEMPO menunjukkan: sejumlah orang yang dipercaya mengenal Al-Faruq --sebagian di antaranya adalah sumber resmi—terbukti tidak sependapat tentang detail dari riwayat hidupnya. Kapan dan di manakah dia dilahirkan? Benarkah dia tidak bisa berbahasa Indonesia? Kenapa dia bisa memiliki tiga KTP di kota berbeda? Apa sebenarnya aktivitas dia sehari-hari?
Banyak pertanyaan itu hanya akan terjawab jika saja aparat Indonesia tidak menyerahkan Al-Faruq kepemerintah AS. Dan kini, andai Al-Faruq bisa dihadirkan, semua kesaksian yang bertabrakan di bawah ini bisa dijelaskan.
Dinas Rahasia Amerika (CIA)Al-Faruq ditangkap di Indonesia 5 Juni lalu dan diserahkan kepada CIA untuk diinterogasi. Setelah berdiam tiga bulan, menurut dokumen CIA yang dikutip majalah Time, Al-Faruq buka mulut seperti ini.
• Lahir di Kuwait, 24 Mei 1971.
• Dikenal dengan nama Al-Faruq al-Kuwaiti.
• Tokoh kunci Al-Qaidah di Asia Tenggara.
• Berperan membekingi dana gerakan Jamaah Islamiyah yang tokohnya menjadi incaran di Malaysia dan Singapura.
• Sejak 1990-an mengikuti latihan Al-Qaidah di kamp Khaldan, Afganistan.
• Kenal dekat dengan pemimpin kamp, Al-Mughira al-Gaza'iri., dan tangan kanan Usamah bin Ladin, Abu Zubaidah. Dia juga mengaku kenal dengan Ibn Al-Shakyl al-Libi, yang kata dia pernah memerintahkan serangan ke pusat-pusat kepentingan Amerika di Asia Tenggara.
• Pergi ke Filipina Selatan dan membantu MILF (Front Pembebasan Islam Moro) serta tinggal di kamp Abu Bakar pada 1995.
• Membantu Agus Dwikarna (sekarang di tahanan Filipina karena dituduh membawa peledak saat masuk Filipina) melahirkan Lasykar Jundullah, kelompok Islam militan Makassar yang terlibat dalam kekerasan melawan warga Kristen di Poso, Sulawesi.
• Mendalangi sejumlah aksi peledakan gereja di Indonesia pada malam Natal 2000.
• Mendalangi kerusuhan antar-agama di Poso dan Ambon.
• Merencanakan penyerangan bom bunuh diri terhadap kapal perang Amerika yang berlabuh di Surabaya, akhir Mei lalu.
• Dua kali merencanakan membunuh Presiden Megawati Soekarnoputri.
Kepolisian RI
Pada 11 Oktober setelah memperoleh izin dari C1A, Kepolisian Republik Indonesia mengirim tim yang beranggotakan Superintenden Benny Mamoto dan Brigjen Aryanto Sutadi (Direktur Tindak Pidana Umum Markas Besar Polri) untuk menginterogasi Al-Faruq di Kabul, Afganistan.
Seperti kita baca dari berita acara pemeriksaan Abu Bakar Ba'asyir, interogasi terhadap Al-Faruq dilakukan dalam bahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Para interogator Indonesia banya mengumpankan 35 pertanyaan yang dijawab Al-Faruq dengan "yes" atau "no". Al-Faruq hanya sekali menjawab "no", yakni ketika dia ditanya apakah merasa dipaksa dalam interogasi, dan dia menjawab semua pertanyaan di bawah ini dengan "yes".
• Apakah nama Anda Ahmad Muhammad alias Faruq al-Kuwaiti alias Mahmud bin Ahmed Muhammed Sagaf alias Umar Faruq?
• Anda memakai nama Mahmud bin Ahmad Assegaf ketika berada di Indonesia?
• Apakah Anda lahir di Irak?
• Apakah Anda warga negara Kuwait?
• Anda masuk ke Indonesia sejak 1998 dari Filipina?
• Anda memimpin Koperasi "Rashid" di Ambon, yang dibiayai oleh Al-Moudi, Direktur Yayasan Al-Haramayn di Indonesia?
• Anda bertemu Abu Bakar Ba'asyir di Ambon ketika Anda memimpin koperasi itu?
• Anda menerima uang dan tiket dari Abu Zubaidah untuk pergi dari Peshawar (Pakistan) ke Filipina?
• Anda berencana menyerang kepentingan Amerika di Indonesia?
• Benarkah Abu Bakar Ba'asyir merestui serangan ke Kedutaan Besar Amerika di Jakarta?
• Benarkah Abu Bakar Ba'asyir merestui menggunakan anggota Jamaah Islamiyah untuk menyerang kepentingan Amerika di Asia Tenggara?
• Benarkah ikut merencanakan peledakan bom di sejumlah gereja pada malam Natal 2000?
Mira Agustina
Perempuan bercadar ini menikah dengan Al-Faruq pada 26 Juli 1999. Mira, santri Pondok Al-Muttaqien, Jepara, Jawa Tengah, dijodohkan oleh ayahnya (almarhum), Haris Fadillah. Bersama dua anaknnya dari perkawinannya dengan Al-Faruq, Mira kini tinggal di Desa Cijambu, Cijeruk, Bogor, Jawa Barat.
Majalah Time yang mengutip dokumen CIA menunjuk Mira dari Cijeruk itulah istri dari Al-Faruq yang kini ditawan di Baghram, pangkalan Amerika di Afganistan. Namun, ketika ditunjukkan fotokopi gambar Al-Faruq, Mira sendiri mengatakan "tidak mengenalnya".
Inilah Al-Faruq versi Mira.
• Bernama asli Mahmud bin Ahmad Assegaf, namun sering dipanggil Abu Faruq.
• Seorang keturunan Arab yang lahir di Ambon, 24 Mei 1971.
• Fasih berbahasa Indonesia dengan logat Ambon.
• Semua keluarga sudah meninggal, dan Faruq punya ayah angkat di Kuwait yang juga sudah meninggal.
• Sehari-hari berdagang mutiara dan kayu gaharu.
• Senang menonton televisi, terutama film laga dan program flora-fauna.
• Tidak mengenakan pakaian gamis ala Islam ketika keluar rumah sehari-hari.
Dody M. Wibowo
Kepala Imigrasi Kelas I Makassar ini pejabat yang bertanggung jawab saat Al-Faruq mengajukan aplikasi paspor. Menurut Dody, Al-Faruq ditangkap dan dikarantina di Makassar karena bersikap mencurigakan: tidak bisa berbahasa Indonesia.
Inilah AI-Faruq versi Dody.
• Al-Faruq mengajukan permohonan paspor dengan nama Faruq Ahmad.
• Memiliki akta kelahiran dengan nama Faruq Ahmad, lahir di Ujung Pandang (nama lama Makassar), 10 Desember 1966.
• Memegang KTP Makassar dengan nomor 21.5005.101266.0001, yang berlaku dari 8 Februari 1999 hingga 10 Desember 2002.
• Tinggal di Makassar dari 8 Februari 1998 hingga Februari 1999 di Jalan Veteran Selatan Lorong 2/2A. (Warga setempat yang diwawancarai TEMPO mengatakan tidak mengenal nama Faruq, dan menyatakan tidak pernah ada pria yang menyewa rumah tersebut.)
• Kepada petugas imigrasi, Faruq mengaku datang dari Pakistan dan masuk ke Malaysia, kemudian ke Indonesia. Saat di Malaysia, Faruq kehilangan paspor Pakistan. Dia masuk Indonesia secara ilegal pada Februari 1998, untuk berdakwah sebagai mubalig.
Kantor Wali Kota Ambon
Al-Faruq pernah tinggal di Ambon. Dokumen dari kantor ini mendukung kesaksian Mira, bahwa Al-Faruq:
• Bernama Mahmud bin Ahmad Assegaf, lahir di Ambon, 24 Mei 1971.
• Memiliki KTP Ambon nomor 25.5002.240571.0001.
• Alamat di BTN Kebun Cengkeh Blok 04 no 2 RT 004/RW 005, Batu Merah, Sirimau, Ambon. (Dari penelusuran TEMPO, tidak banyak tetangga yang mau bercerita tentang Al-Faruq, tapi ada seorang tokoh muda muslim yang menyatakan Al-Faruq sering berdakwah di masjid-masjid, membangkitkan semangat solidaritas keislaman di Maluku.)
Ayi Nugraha
Kepala Sub-Direktorat Penindakan Keimigrasian Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Kehakiman. Ayi menunjukkan fotokopi paspor dan KTP Al-Faruq dengan alamat Jakarta:
• Kantor imigrasi Jakarta Timur mengeluarkan paspor Al-Faruq 27 Februari 2002 atas nama Ahmad Assegaf dengan foto Al-Faruq seperti yang diberitakan media.
• Dia membawa KTP nomor 09.5401.240571.85277 dengan alamat RT 03/RW 07, Kelurahan Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta Timur.
Ali Al-Dafiri
Kuasa usaha Kedutaan Besar Kuwait di Jakarta ini memberikan dua keterangan berbeda tentang kewarganegaraan Al-Faruq.
• Al-Faruq memiliki paspor Irak dan lahir 1969 dengan nama Mahmud Ahmad Muhammad Al-Rasyid.
• Dia masuk ke Kuwait pada 1985 dan bekerja di sana hingga meninggalkan Kuwait tahun 1995. (Namun ketika dihubungi TEMPO lagi pekan lalu, Al-Dafiri menyatakan Faruq lahir di Kuwait dan meninggalkan Kuwait pada 1995.)
Sebagian keluarganya masih di Kuwait, namun tetap bukan warga negara Kuwait. (Majalah TEMPO Edisi 25 November – 1 Desember 2002, hal. 69 - 87)