22 August 2010

Munarman: SBY Manfaatkan Isu Terorisme Untuk Tarik Simpati Masyarakat

MUNARMAN

Jakarta - Dalam kesempatan konferensi pers di Markas FPI Jl. Petamburan III No. 5 Tanah abang Jakarta Pusat, Munarman yang merupakan ketua DPP FPI dan Komandan Laskar Umat Islam membeberkan sejumlah hasil investigasi yang berkaitan dengan rekayasa terorisme dan menjadikan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sebagai korbannya.

Menurutnya ada kejanggalan dalam koferensi pers yang dilakukan oleh Kapolri dan Menkopolhukam beberapa bulan lalu tentang skema jaringan teroris yang diungkapkan sebab aktor sentral yang sesungguhnya seperti SUFYAN TSAURI Tsauri tidak diekspos.

Ia menuturkan: “Setelah penangkapan anggota Jama’ah Ansharut Tauhid yang di Pejaten-Pasar Minggu, pada waktu itu dibuatlah skema jaringan terorisme versi polisi, salah satu yang dijadikan sentral pada waktu itu adalah yang bernama Abdul Haris yang kebetulan Abdul Haris adalah ketua JAT wilayah Jakarta, itu yang selalu disebut oleh pihak kepolisian tetapi polisi tidak pernah mengeskpos sejak tahun 2008-2010 ada seorang DESERTIR BRIMOB yang bernama SUFYAN TSAURI”

Kemudian Munarman juga menjelaskan kronologis peran Sufyan Tsauri yang merupakan tokoh sentral dalam rekayasa terorisme mulai tahun 2008 hingga tahun 2010. Tercatat bahwa Sufyan Tsauri ini adalah perekrut, pelatih bahkan donatur dan penyuplai senjata kepada relawan FPI yang pada waktu itu hendak berjihad ke Gaza dan juga dalam pelatihan militer yang disponsori olehnya.

Dalam penjelasannya Tokoh Muda yang pernah masuk hotel prodeo lantaran menentang Ahmadiyah ini mengatakan; “Kalau kita ingat saat penyerangan gaza pada tahun Desember 2008-Januari 2009 FPI memberikan pengumuman untuk merekrut relawan untuk pergi ke gaza dan di Aceh serta merta pengumuman itu direspon dengan membuka pelatihan, waktu itu pelatihannya diakukan di Aceh Timur.

Pada bulan Februari anak-anak yang dilatih di Aceh, pada bulan Maret anak-anak dari Aceh dipanggil sekitar 15 orang, dibiayai di Jakarta selama satu bulan. Sufyan Tsauri dalam masa satu bulan ini mengajak pelatihan militer di Mako Brimob Kelapa Dua Depok, bahkan melatih menembak dengan peluru tajam antara 40-50 butir peluru setiap kali latihan. Jadi gambar-gambar sketsa itu adalah gambar ketika latihan.

Setelah ini selesai, mulai periode Maret 2009 sampai Januari 2010 Sufyan Tsauri ini keliling bukan saja ke Aceh tapi ke pulau jawa. Misalnya pada waktu itu ia sempat ke Solo dan beberapa daerah lain. Yang aneh adalah ia menawarkan uang setiap pembukaan latihan sebesar 500 juta kepada ustadz-ustadz setempat kalau ustaz-ustadz ini mau membuka pelatihan militer. Untung saja ustadz-ustadz di sekitar Solo umumnya menolak. Tetapi rupanya ada beberapa orang yang berhasil direkrut dan dibawa ke pelatihan di Aceh. Nah, pelatihan di Aceh sebetulnya yang punya peran sentral soal uang dan segala macam senjata yang memasok sepenuhnya adalah Sufyan Tsauri, tapi sampai saat ini Sufyan Tsauri gelap dia tidak menjadi aktor sentral.”

Penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir memang terdapat banyak konspirasi. Dari mulai Densus 88 yang ingin memuaskan juragan barat bahkan tidak lepas dari politik pencitraan SBY selama ini. Karena sebagaimana kita lihat di berbagai media beberapa hari sebelum penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, Presiden SBY seolah-olah meminta dikasihani dan menarik simpati masyarakat dengan mengatakan kalau dirinya menjadi sasaran target serangan teroris.

Maka wajar saja jika Pengacara seperti Munarman mengungkapkan hasil analisanya tentang penangkapan tokoh sepuh seperti Ustadz Abu Bakar Ba’asyir begitu jelas penuh dengan kezhaliman.

“dugaan kuat kita kenapa Ustadz Abu ditangkap karena ada teman-teman kita yang dipaksa membuat pengakuan dalam BAP bahwa Ustadz Abu yang membiayai ini semua. Jadi sekali lagi ini adalah rekayasa besar karena Ustadz Abu dianggap sebagai icon bagi pemerintahan SBY bahwa ia berhasil memberantas terorisme di tanah air. Dan menurut saya ini ada dua tujuan; Satu, densusnya ingin menjalankan agenda asing. Kedua, SBY memanfaatkan ini sebagai sarana bahwa dirinya sedang menjadi target. Padahal tadi saya dengar Kadiv Humas Mabes Polri yang menyatakan bahwa tidak ada bukti-bukti yang mengarah kepada SBY. Jadi pemanfaatan isu-isu terorisme dan isu korupsi yang dilakukan SBY untuk menarik simpati dari masyarakat.”

Jadi beginikah pemimpin negeri ini bersikap terhadap rakyatnya? Bahkan terhadap Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang merupakan seorang ulama dan sudah tua renta. Sudah saatnya umat Islam di negeri bangkit untuk membela saudaranya, ulamanya dan amirnya yang saat ini tengah dizhalimi. (arrahmah.com)

Penangkapan Ba'asyir Bisa Masuk Kategori Langgar HAM

Ifdhal Kasim

Sleman - Komnas HAM menyayangkan bila memang Densus 88 melakukan penangkapan terhadap tokoh Islam Abu Bakar Ba'asyir dengan cara-cara yang melanggar asas criminal justice system seperti yang diatur dalam KUHAP. ''Memang sering kali kami mendapatkan laporan bahwa penangkapan yang dilakukan Densus 88 terhadap warga yang dicurigai sebagai teroris dilakukan dengang mengabaikan aturan dalam KUHAP,'' kata ketua Komas HAM, Ifdhal Kasim, Selasa (10/8) di Sleman.

Menurut dia, dengan alasan apapun penangkapan terhadap Abu Bakar Ba'asyir seharusnya dilakukan dengan mengikuti prosedur KUHAP. ''Dia juga adalah warga negara yang haknya dilindungi oleh undang-undang,'' kata Ifdal.

Menurut dia, Komnas Ham memang sudah dihubungi oleh tim pengacara, yang akan menangani masalah penangkapan Ust Ba'asyir ini. ''Kami akan dengar dulu keterangan dari mereka, selanjutnya baru kami akan mengambil langkah-langkah terhadap permasalah ini,'' kata dia.

Menurut dia, Komnas HAM memang melibat adanya masalah dalam penangkapan Ba'asyir ini karena terkesan dilakukan dengan cara yang tak sejalan dengan KUHAP, apalagi kabarnya penangkapan itu dilakukan dengan ''penyergapan''.

Menurut dia, walaupun orang yang hendak ditangkap itu dinyatakan sebagai orang yang dianggap berbahaya -- sebagai pelaku tindak pidana teroris, tetap saja penangkapannya seharusnya dilakukan ''dengan bersandar pada aturan dalam KUHAP, tidak boleh keluar dari itu.''

Menurut dia, memang UU tindak pidana teroris memberikan beberapa fasilitas kemudahan bagi petugas untuk ''menyimpang dari aturan KUHAP.'' Tapi, lanjutnya, semuanya itu hanya berlaku dalam konteks masa penahanannya, sedang proses penangkapannya tetap harus mengacu para prosedur KUHAP.

Sebenarnya, kata dia, Komnas HAM telah beberapa kali menyurati Kapolri tentang penangkapan yang dilakukan oleh Densus 88, yang terkesan berlebihan dan lebih memilih untuk menembak. ''Kita lihat bagaimana operasi Densus, seperti di Aceh atau di tempat lain, orang yang diduga teroris langsung ditembak, kan begitu. Cara inikah berada diluar pagar=pagar KUHAP,'' tandasnya.

Menurut dia, dalam memberantas teroris negara Indonesia sebenarnya seharusnya mengacu kepada criminal justice system, bukan seperti AS. ''Amerika kan jelas-jelas menyatakan perang terhadap teroris. Kita kan tidak, kita menangani terorisme dengan mengacu kepada KUHAP. Jadi prosedur hukum pidana harus diterapkan. Bukan dengan cara-cara kekerasan, apalagi fun shooting dengan menembak langsung.''

Dengan melanggar KUHAP, menurut dia, tindakan penangkapan seperti yang dilakukan Densus 88 tersebut bisa dikategorikan melanggar hak asasi manusia. Menurut dia, Komnas HAM akan mendalami lagi kasus penangkapan Ba'asyir ini. Bila memang ternyata melanggar HAM, Komnas HAM akan menyatakan surat keberatan kepada Kapolri. (republika.co.id)

Wartawan Tidak Boleh Jadi Corong Polisi


Jakarta - Direktur LKM-MediaWatch Sirikit Syah mengatakan, peliputan berita konflik atau terorisme yang dilakukan wartawan, seharusnya tidak sekedar menggunkan teori cover both side atau bahkan one side saja. Teori klasik tersebut, menurut mantan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur ini, bisa mengakibatkan polarisasi atau kubu-kubuan. Tidak hanya itu, masyarakat bisa menjustifikasi pemberitaan tersebut tanpa melakukan verifikasi lebih dulu.

“Karena itu, peliputan konflik dan terorisme tidak cukup hanya cover both side, tapi harus multi sides,” ujarnya seperti yang dilansir hidayatullah.

Mantan editor The Brunei Times ini menilai, pemberitaan terorisme yang dilakukan wartawan banyak yang menjadikan satu sumber, yakni dari pihak kepolisian saja. Jadi, kata Sirikit, wartawan seolah-olah seperti loudspeaker (corong) pihak kepolisian. Padahal, lanjut Sirikit, masih banyak pihak-pihak lain yang bisa diverifikasi.

Lebih lanjut, Sirikit mengatakan, kasus terorisme di Aceh seharusnya diliput langsung oleh wartawan di tempat. Di sana, lanjut Sirikit, wartawan bisa melakukan verifikasi dan melihat gambar TKP yang sebenarnya. Sebab, Sirikit menilai, latihan di Aceh tersebut tak jauh beda seperti apa yang dilakukan Banser.

Sikirit juga mempertanyakan apakah latihan militer di Aceh tersebut bisa dikategorikan tindakan terorisme. Dalam aksi itu, tepatnya siapa yang jadi korban teror? “Jangan-jangan hanya polisi yang merasa terteror,” katanya. Polisi menurut Sirikit boleh saja melakukan pre-emptive action, tapi bagaimana dengan aksi teror di tempat lain? di Papua, misalnya. Apakah polisi juga memperlakukan hal yang sama?

Sirikit berpesan, dalam liputan, seharusnya wartawan menggali lebih setiap berita dan tidak hanya mengambil dari satu sumber saja. Bagi masyarakat, tidak boleh mudah percaya berita yang ada di media karena belum lengkap. Masyarakat harus menunggu berita lain yang dari sumber berbeda. (hidayatullah.com)

Hariman Ragukan Demokrasi di Indonesia Bisa Bertahan

Hariman Siregar

Jakarta - Aktivis Politik Penggerak Malari 1974, Hariman Siregar, mengatakan demokrasi di Indonesia semakin mahal dan menjauh dari ideal sehingga ia meragukan demokrasi bisa bertahan.

"Saya ragu demokrasi bisa bertahan. Tidak tahu kapan, tapi saya yakin kejatuhan demokrasi akan terjadi," kata Hariman, yang juga Pendiri Nextlead Indonesia dalam diskusi di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, hal itu dipicu oleh demokrasi di Indonesia yang semakin mahal dan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat.

"Proses-proses demokrasi tidak lagi ada hubungannya dengan rakyat. Rakyat hanya untuk mengeruk popularitas yang dilakukan melalui cara yang mahal, pemilu yang mahal, kampanye ala Amerika Serikat yang mahal, semua dengan uang dan ini jelas tidak mendorong demokratisasi sebenarnya," katanya.

Ia menambahkan, banyak kandidat yang tidak memiliki akar di masyarakat namun hanya mengandalkan popularitas yang dibeli melalui beragam media dan juga politik uang maju dalam pemilu.

"Partai hanya menjadi fungsi legitimasi, pemberi cap, dan gagal menjalankan fungsinya sebagai pengkader para pemimpin," katanya.

Kondisi ini, menurut dia, cepat atau lambat akan membuat demokrasi semakin kehilangan daya dukungnya.

Mantan Anggota KPU Mulyana W Kusumah mengatakan, dirinya juga meragukan keberlanjutan demokrasi di Indonesia.

Menurut Mulyana, patologi demokrasi di Indonesia sudah tampak. Banyak proses pemilu lokal yang kemudian gagal diselesaikan dalam sistem demokrasi di tingkat daerah. Al hasil, menurut dia, Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai penjaga terakhir dari peradilan pemilu dipenuhi dengan kasus sengketa pemilu.

Ia mengatakan, pada 2010 setidaknya ada 264 pemilihan kepala daerah, dan hingga saat ini sekitar 165 pemilu di daerah telah terlaksana.

Hasilnya, menurut dia, lebih dari 130 pemilu atau lebih dari 80 persen, terjadi kasus sengketa yang dibawa ke MK.

"Bagaimana membayangkan pemilu yang telah dilaksanakan akhirnya hanya ditentukan oleh sembilan orang hakim MK, berapa juta suara rakyat hilang karenanya," katanya. (antaranews.com)

Dakwah Ba’asyir Seputar Syariat dan Jihad Melawan Kezaliman


Pamekasan - Mantan Amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Ustadz Abubakar Ba’asyir (ABB) dilaporkan sering berdakwah di wilayah Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur.

"Sebelum akhirnya ditangkap tim Detasemen 88 Antiteror Mabes Polri di Banjar, Jawa Barat (9/8/2010), Ustadz Abu Bakar Ba'asyir memang sering datang ke Pamekasan untuk berdakwah ke sejumlah masjid," kata Kapolres Pamekasan, AKBP Mas Gunarso, Jumat (13/8).

Namun, kata Kapolres, selama melakukan kegiatan dakwah di Pamekasan, pimpinan Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Solo, itu tidak terpantau menyimpang, melainkan murni untuk syiar Islam.

Ia mengemukakan sebenarnya kegiatan yang dilakukan Abubakar bukan hanya diketahui Polres Pamekasan, namun juga telah terpantau Polda Jatim dan Mabes Polri.

"Jadi, meski Abubakar Ba’asyir datang ke Pamekasan, sepengetahuan kami, tidak ada hal-hal yang menyimpang yang dilakukan. Namun kami tetap melakukan pemantauan secara intensif," katanya.

Ada beberapa lokasi di Pamekasan yang sering didatangi Abubakar Ba’asyir dalam kurun waktu 2008 hingga 2010 yakni salah satu pondok pesantren dan masjid di wilayah Kecamatan Kota, Pamekasan dan sejumlah masjid di wilayah utara Pamekasan.

Umumnya, dakwah yang disampaikan Abubakar ketika datang ke Pamekasan tentang pentingnya umat Islam melaksanakan aturan agama Islam (syariat) dan pentingnya berjihad guna melawan berbagai bentuk kezaliman.

Sejumlah aktivis Islam di kota "Gerbang Salam" Pamekasan itu menyatakan sebenarnya tidak ada hal-hal yang menyimpang dari pesan dakwah yang disampaikan ustadz Abubakar ketika datang ke Pamekasan.

"Makanya ketika Abubakar Ba’asyir ditangkap polisi dan disangka sebagai dalang terorisme, kami justru bertanya-tanya," kata aktivis Partai Bulan Bintang (PBB) di kota itu, Suli Faris. (republika.co.id)

Syaikh Abu Bakar Ba'asyir Nasehati Pimpinan MPR


Amir Jamaah Anshorut Tauhid Ustadz Abu Bakar Ba'asyir memberikan nasehat kepada lima pimpinan MPR tentang pengelolaan negara. Menurut Ba’asyir hendaknya negara ini dikelola berdasarkan Syariat Islam. Nasehat itu disampaikan oleh Ba'asyir di Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah saat menerima rombongan pimpinan MPR yang diketuai oleh Taufik Kiemas, Kamis (29/4).

Selama dialog dengan pengasuh Ponpes Al Mukmin itu, Taufiq Kiemas didampingi empat Wakil Ketua MPR yakni Melani Leimana (Partai Demokrat), Hajriyanto Y. Thohari (Partai Golkar), Ahmad Farhan Hamid (unsur DPD), dan Lukman Hakim Saifuddin (PPP).

Usai bertemu dengan kelima pimpinan MPR itu, Ustadz Abu mengatakan dalam pertemuan yang dikatakannya hanya sebagai silaturahmi tersebut, ia memberi masukan kepada para pimpinan MPR dalam mengelola negara. Menurutnya hanya dengan cara yang sesuai dengan hukum Islam, negara ini akan selamat.

Menanggapi pertemuan antara pimpinan MPR dengan Ba’asyir itu, Farhan Hamid, selaku juru bicara pimpinan MPR, mengatakan para pimpinan MPR merasa sangat senang telah bertemu Ba'asyir yang merupakan salah seorang tokoh masyarakat. Nasihat yang disampaikan Ba’asyir akan ditampung sebagai masukan seorang warga negara sebagai bentuk perhatiannya.

"Ada beberapa buah pemikiran yang sejalan dan memang ada yang perlu dipikirkan kembali. Namun semua itu berupa masukan yang berharga. Yang pasti dari pertemuan ini terlihat bahwa Ustadz Ba'asyir sangat perhatian kepada bangsa dan negara," ujar wakil ketua dari unsur DPD tersebut.

Sedangkan wakil ketua dari Partai Golkar Hajriyanto Tohari memaparkan, dalam pertemuan tersebut kelima pimpinan MPR mendapat oleh-oleh dari Ba'asyir berupa sejumlah buku. Buku-buku tersebut berupa sikap-sikap dan pandangan-pandangan keagaman dalam menyoal akidah, tauhid maupun mengelola negara.

"Ini sebuah perkembangan, karena sudah dibukukan. Sebelumnya kan hanya disampaikan secara lisan sehingga mungkin lupa. Kalau dalam bentuk buku seperti ini akan mudah dipelajari dengan seksama berulang-ulang, terlepas kita setuju atau tidak," ujarnya.

Sementara Wakil Ketua MPR dari Partai PPP Lukman Hakim Saefudin mengatakan, "Ustadz Abu Bakar Ba'asyir ini komitmennya kuat sekali untuk bagaimana bangsa dan negara ini bisa lebih baik".

Selain itu, Abu Bakar Ba’asyir juga menyatakan tidak sefaham adanya kekerasan dengan cara pengeboman yang terjadi beberapa waktu lalu.

"Ustadz Ba’asyir tidak sepaham cara-cara yang dilakukan dengan kekerasan. Ini sekaligus ini menunjukkan kehadiran kita bahwa tidak benar tuduhan sebagian kalangan bahwa pesantren Al Mukmin Ngruki dan ustadz Abu Bakar Ba'asyir adalah teroris, karena tidak mungkin lembaga seperti MPR mengunjungi tokoh kharismatik seperti ini yang dituduh teroris" katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Ba'asyir juga menitipkan amplop berisi buku-buku untuk diserahkan kepada SBY dan istrinya. Dua amplop buku tersebut diserahkan kepada Taufiq Kiemas. Taufiq lalu menyerahkan dua amplop besar itu kepada Melani Leimena Suharli, wakil ketua MPR dari Partai Demokrat. Buku yang diberikan itu antara lain berjudul "Menghancurkan Demokrasi" dan "Nasihat Ulama Kepada Penguasa". (suara-islam.com)

Istri Ustadz ABB Menceritakan Kronologis Penangkapan Suaminya

Aisyah Baradja

Aisyah Baraja (istri ustadz Abu Bakar Ba'asyir) dan ibu Muslikhah (istri ustadz Wahyudin) yang turut dibawa ke kantor polisi di Banjar pada saat penangkapan ustadz Abu Bakar Ba'asyir bersama tujuh pria lainnya saat ini sudah tiba di rumah, didalam komplek Ponpes Al-Mukmin Ngruki, Sukoharjo. Kepada MuslimDaily keduanya menceritakan kronologis penangkapan, perlakuan Densus 88 terhadap ustadz Abu dan tujuh pria lainnya serta perlakuan Densus 88 terhadap ibu Aisyah Baraja dan ibu Muslikhah.

Awalnya mobil rombongan ustadz Abu dan pengawal memasuki kota Banjar pada pukul 07.30 WIB, setelah kedua mobil yang membawa ustadz Abu (kijang Krista) dan pengawal (Nissan Terrano) dipaksa masuk ke kantor polisi Banjar, langsung kedua mobil dikepung banyak anggota Densus 88 sambil menggedor-gedor mobil. Sopir ustadz Abu bernama Sartono mengatakan kepada penumpang agar mengunci semua pintu, "Tutup pintunya umi, jangan dibuka", kata Sartono seperti ditirukan ibu Muslikhah. Kemudian Densus 88 berteriak-teriak, "buka pintu-buka pintu", karena yang didalam mobil tidak mau menyerahkan diri begitu saja maka Densus 88 mulai memecahkan kaca depan bagian kanan, juga kaca tengah bagian kanan namun kaca bagian tengah tidak sampai pecah, hanya sekedar retak-retak.

Setelah memecah kaca depan, kemudian pintu dibuka dan sopir ustadz Abu ditarik keluar dan langsung ditiarapkan, diinjak-injak dan ditendangi setelah itu baru diborgol tangannya. Begitu juga pengawal ustadz Abu yang duduk dibagian belakang, dia ditarik keluar dari jendela yang kacanya sudah dipecahkan, dan langsung ditiarapkan serta diborgol, seperti yang dijelaskan ibu Muslikhah.

Sedang proses mengeluarkan ustadz Abu Bakar, seperti yang diceritakan ibu Muslikhah, ustadz dipegang tangannya oleh petugas dari Densus 88 dan ditarik keluar. Salah seorang petugas Densus 88 kemudian menodongkan senjata laras panjang kepada ustadz Abu sambil mengatakan "Saya tembak kamu," melihat ditodong seperti itu, ustadz Abu Bakar marah dan mengejar petugas Densus 88 yang menteror beliau tadi. "Ustadz Abu Bakar benar-benar marah pada saat itu" kata ibu Muslikhah, beliau bahkan mengejar petugas Densus 88 tersebut sambil mengatakan "Saya doakan kamu dilaknat sama Allah, saya doakan polisi dilaknat sama Allah," setelah itu petugas lain memegangi ustadz Abu Bakar yang sudah sepuh ini agar tidak mengejar petugas yang menodongkan senjatanya tadi. "Saya baru kali ini melihat ustadz Abu Bakar benar-benar marah," kata ibu Muslikhah.

Menurut Umi Icun (sapaan akrab Aisyah Baraja) itulah saat beliau terakhir bertemu ustadz Abu Bakar, beliau kemudian menghampiri suaminya dan bersalaman, disini ustadz Abu Bakar Ba'ayir mengatakan kepada istrinya agar bersabar. Setelah itu ustadz Abu dibawa ke mobil minibus yang berisi petugas Densus 88 dan dibawa pergi.

Kemudian Umi Icun dan ibu Muslikhah dibawa ke dalam kantor polisi Banjar tersebut. Mereka dimasukkan kedalam ruang tamu dan dimintai identitas diri. Ibu Muslikhah sempat berdialog dengan polwan yang memintainya keterangan, "Mbaknya ini Muslim kan?" lalu dijawab oleh polwan tersebut, "iya saya Muslim bu," kemudian ibu Muslikhah melanjutkan "seharusnya mbak ini tahu siapa itu ustadz Abu, ustadz itu seorang mubaligh beliau bukan perampok, beliau bukan penjahat, beliau bukan koruptor, kenapa ditangkap dengan cara kasar seperti ini?" namun si polwan hanya diam saja.

Mereka berdua akhirnya hanya duduk di ruang tamu tersebut. Menjelang siang hari, ibu Muslikhah mendengar dari ruang sebelah siaran TV One yang berisi wawancara dengan Direktur Ponpes Al Mukmin Ngruki, ustadz Wahyudin (suami ibu Muslikhah), kemudian ibu Muslikhah dan Umi Icun masuk ke ruang sebelah dan ikut menonton televisi. Ibu Muslikhah mengatakan "itu suami saya yang di tivi, saya mau mendengarkan dulu sebentar", setelah itu mereka berdua duduk untuk melihat tivi, namun baru beberapa saat tiba-tiba listrik dimatikan agar mereka tidak mendapat akses informasi.

Kemudian keduanya memilih kembali ke ruang tamu sambil menunggu proses selanjutnya. Sekitar pukul 15.00 WIB, umi Icun dan ibu Muslikhah kemudian diperbolehkan pulang, lalu mereka memilih diantarkan ke sebuah pondok di Ciamis bernama Ponpes Nurus Salam. Dan dari ponpes tersebut, malamnya selepas sholat Isya', mereka berdua diantar pulang ke Solo oleh pengurus JAT Jawa Barat bernama ustadz Yoyok. Sekitar pukul 05.00 WIB selepas Subuh mereka sampai ke pondok Ngruki dan pulang ke rumah di dalam kompleks pondok tersebut.

Semoga Allah memberikan ketabahan kepada Ustadz Abu Bakar Ba'asyir dan keluarganya serta ketabahan kepada para pemuda yang turut ditangkap Densus 88. (arrahmah.com)

18 August 2010

Penangkapan Ba'asyir Jadi Komoditi Polri


Jakarta - Direktur Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Solo, Wahyudin, menuding penangkapan Abu Bakar Ba'asyir untuk kali ketiga oleh Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri merupakan kesengajaan.

"Kayaknya Ustad Ba'asyir mau terus dikayak gitu (ditangkap terus menerus). Kayaknya kan komoditi," katanya di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (17/8/2010).

Menurutnya, orang-orang seperti Ba'asyir memang akan selalu menjadi santapan nikmat Densus yang mengklaim hanya bertugas memerangi kegiatan terorisme di Indonesia. Padahal, menurutnya, Ba'asyir bukanlah teroris. Dia hanyalah salah satu orang yang berusaha menegakkan syariah Islam.

"Siapapun yang berusaha untuk menegakkan syariah ya nasibnya kayak gitu. Jangankan ustad, para nabi juga begitu," tuturnya.

Wahyudin sendiri mengaku tak habis pikir mengapa Ba'asyir dituding terkait dengan kegiatan teroris di Aceh. Menurutnya Ustad Ba'asyir tidak pernah berhubungan dengan mereka yang disebut-sebut terlibat kegiatan teroris di Aceh. Ustad pun ditegaskannya tak pernah bertemu dengan Ubaid dan Dulmatin di Pondok Pesantren itu, pada sekitar November 2009, untuk membahas masalah pelatihan militer di Aceh.

"Kalaupun ada semua orang (yang bertemu Ba'asyir), Ustad menyikapinya dengan baik. Tidak pernah ada rasa curiga atau apa. Siapapun yang berkunjung sama beliau diterima dengan baik, keluhannya juga didengarkan. Siapapun itu, pejabat maupun nonpejabat," katanya.

Dia juga membantah tudingan Polri yang menyebut Ba'asyir mendukung kegiatan pelatihan militer di Aceh dan membantu pendanaan latihan militer itu. "Mana mungkin Ustad punya uang untuk mendanai itu. Dia cuma ulama. Cuma da'i yang mengisi ceramah ke sana kemari. Kalaupun ada pengakuan kan harus dibuktikan," lengkapnya.

Ba'asyir sendiri, menurut Wahyudin, jarang berada di pondok pesantren Al Mukmin, Ngruki, Solo. "Lebih banyak keluar beliau, di tengah umat pengajian. Jadwalnya sudah tertata terus di luar pesantren," ucapnya menutup pembicaraan. (tribunnews.com)

Jelang Pidato Kenegaraan, Tank dan Helikopter Berjajar di Gedung DPR


Jakarta - Pengamanan di sekitar Gedung DPR/MPR/DPD sangat ketat menjelang pidato kenegaraan Presiden SBY, Senin (16/8/2010). Tak kurang dari tiga tank dan dua helikopter dalam posisi siaga. Ada pula water canon dan mobil unit pemadam kebakaran. Tak hanya petugas keamanan dalam DPR dan pasukan pengamanan Presiden (paspampres), pengamanan juga diperkuat tentara dari kesatuan khusus.

Tank pertama diletakkan di gerbang utama pintu belakang. Sedangkan tank kedua diletakkan di tempat parkir mobil tamu di sisi selatan gedung parlemen. Tank ketiga diletakkan di depan ruang nusantara I. Sementara, water canon dan mobil pemadam diletakkan di pintu gerbang utama yang menghadap Jl Gatot Subroto. Di setiap lokasi, personil pengamanan nampak berwarna-warni, mulai dari keamanan dalam DPR, Paspampres, dan tentara.

Selain peralatan dan personil, prosedur pengamanan juga lebih ketat. Pengguna motor tak diperkenankan masuk ke kompleks gedung rakyat, jika tak menggunakan ID khusus atau ID pegawai. Antrean panjang terjadi, karena tidak setiap pengguna motor sudah mengenakan ID. Sebagian wartawan juga harus menunggu ID yang dibawa rekannya.

Dengan alasan pengamanan yang sama, pengguna angkutan umum dari arah Jl Gatot Subroto tak lagi bisa turun di halte di depan gedung parlemen. Mereka harus turun di halte gedung Manggala Wahana Bhakti milik Departemen Kehutanan, sekitar 300 meter dari gedung parlemen. Mereka yang menuju gedung parlemen masih harus berjalan memutar melewati gerbang belakang.

Tiba di gedung parlemen, belasan wartawan pun harus gigit jari tak bisa memasuki ruang sidang utama. Pasalnya, mereka mengenakan celana berbahan jeans. Mereka ‘lupa’ bahwa aturan kepresidenan melarang wartawan berpakaian berbahan jeans saat meliput presiden. Aturan ini berlaku di lingkungan istana, tapi kerap menjadi persoalan ketika presiden hadir di tempat lain, termasuk gedung parlemen yang tak menempatkan wartawan di satu lantai dengan presiden. (republika.co.id)






***

Terlalu berlebihan, rupanya takut sama bayang-bayang dosa kezholimannya sendiri. Masih belum sakarotul maut & jadi mayat, sudah ketakutan ruarr biasa, kasihan sekali...

FUI Minta Polri Bebaskan Ba’asyir Tanpa Syarat


Jakarta - Forum Umat Islam (FUI) meminta Polri segera melepaskan Amir Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba'asyir tanpa syarat. Mereka mengecam penangkapan Ba'asyir, saat sedang bersafari dakwah di Bandung, Senin lalu.

"Beliau sudah tua. KTP-nya saja sudah seumur hidup. Jadi janganlah lagi dibatas-batasi," kata Sekjen FUI Muhammad Al Khaththath di Mabes Polri, Selasa (10/8/2010).

Menurut FUI, tak ada bukti Ba'asyir terlibat pendanaan teroris. "Kalau dikatakan mendanai, tidak ada hitam diatas putih, tidak ada rekening, tidak ada bukti-bukti, tidak ada saksi-saksi," tuturnya.

Ditambahkannya, penangkapan Ba'asyir karena dugaan terlibat tindak pidana terorisme, hanya berdasarkan keterangan satu tersangka. "Itu juga yang diperiksa dibawah tekanan dan tanpa didampingi pengacara," imbuhnya enggan mengungkap tersangka teroris yang dimaksud.

FUI menduga kuat penangkapan Ba'asyir merupakan politik rekayasa terorisme, pengalihan isu seperti rekening gendut perwira tinggi Polri, skandal Bank Century, keterlibatan Polri dalam rekayasa kasus, teror bom elpiji, kenaikan tarif daftar listrik, pencabutan subsidi BBM, serta merupakan bentuk pemberangusan gerakan Islam yang hendak memperjuangkan syariat Islam.

"Kami menolak segala bentuk upaya terorisasi Islam dan tokoh serta segala umatnya. Kepada seluruh aktivis Islam yang masih ada di luar, tetap berjuang memperjuangkan Islam, syariat Islam tanpa rasa takut. Rapatkan barisan dan lawan segala kezaliman. Karena beliau (Ba'asyir) di dalam (sel) baik-baik saja," tandasnya.

Sementara itu Ketua Presidium FPI Habib Rizieq Syihab mengungkapkan, FUI akan terus memperjuangkan pembelaan hukum terhadap Ba'asyir jika permintaan mereka agar Ba'asyir dibebaskan tidak direalisasikan. "Tentunya sesuai dengan syariat Islam dan UU yang berlaku," tutupnya. (tribunnews.com)


Senjata “Teroris” Aceh Berasal dari Gudang Polri

Senjata dari polisi kembali ke polisi ?

Jakarta – Sedikitnya 12 pucuk senjata yang digunakan oleh kelompok “teroris” di Aceh berasal dari gudang Deputi Logistik Mabes Polri di Jakarta. Bocornya senjata itu melibatkan dua oknum polisi aktif dari Deputi Logistik Mabes Polri. Mereka terlibat karena motivasi ekonomi.

Hal itu dibenarkan oleh Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Edward Aritonang kepada Kompas, Senin (12/4). ”Dua orang bintara (oknum polisi) itu sudah ditahan. Keduanya bekerja sama dengan Sofyan untuk memperoleh senjata-senjata yang sudah disposal untuk dipoles, dirakit ulang,” kata Edward.

Selain senjata, di antaranya jenis AK-47, kedua oknum Polri itu juga memasok sedikitnya 8.000 butir peluru kepada kelompok “teroris” melalui Sofyan, polisi desersi yang menjadi anggota kelompok “teroris” di Aceh.

Edward mengatakan, sejauh ini kedua oknum polisi itu terlibat sebatas karena motivasi ekonomi, bukan keterlibatan yang berlatar belakang ideologis.

Informasi yang diperoleh di kepolisian, kedua polisi bintara itu berpangkat brigadir satu. Keduanya bernama Abdi dan Tatang. Berdasarkan keterangan salah satu tersangka “teroris”, Yudi Zulfahri, kepada Kompas, satu senjata dibeli seharga Rp 17 juta melalui Sofyan.

Sementara itu, lima tersangka kasus pelatihan kelompok bersenjata di kawasan Perbukitan Krueng Linteung, Jalin, Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Senin, ditangkap oleh tim Detasemen Khusus 88 Antiteror di dua tempat di Banda Aceh dan sekitarnya. Seorang “teroris” tewas tertembak karena melawan saat hendak ditangkap, kemarin.

Adapun lima dari enam tersangka “teroris” yang ditangkap anggota Kepolisian Sektor Medan Kota, Minggu siang, diterbangkan ke Nanggroe Aceh Darussalam untuk pengembangan kasus. Seorang tersangka lainnya dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Medan karena menderita malaria.

Masuk DPO

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah NAD Komisaris Besar Farid A Solekh di Banda Aceh, Senin petang, menjelaskan, ”Yang tewas tertembak masuk dalam daftar pencarian orang karena terkait dengan kasus teror di Poso, Sulawesi Tengah, beberapa tahun lalu.”

Farid menjelaskan, satu tersangka yang tewas adalah Enal Tao alias Zainal alias Ridwan alias Haris (35). Jenazahnya masih di kamar pemulasaraan jenazah RSU Zainoel Abidin, Banda Aceh.

Tersangka tewas ditembak saat anggota Densus 88 menggerebek rumah tersangka lainnya, Aidil Syakrisah (38), di Desa Gla Meunasah Baro, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Aidil dicurigai polisi membantu kelompok bersenjata itu selama berlatih dan mencoba melarikan diri keluar dari wilayah ini.

Polisi menjelaskan, setelah Aidil—pemilik CV WML—ditangkap, dia memberitahukan tempat persembunyian tiga anggota lainnya. Mereka disembunyikan oleh Aidil di sebuah ruko di Jalan Jama’a, kawasan Beurawe, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.

Sementara itu, Minggu dini hari, polisi dari Polsek Medan Baru menangkap enam buronan terorisme, dua di antaranya bekas narapidana, yakni Lutfi Haedaroh alias Ubeid dan Ibrohim. Selain itu, polisi juga menangkap Abu Yusuf yang berperan sebagai pemimpin pelatihan di Aceh, Komarudin alias Abu Musa, Pandu Wicaksono, dan Bayu Seno.

Bayu merupakan buronan lama, yang diduga terlibat dalam pengeboman Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton. Bayu merupakan salah satu perakit bom, yang disembunyikan di Jatiasih, Bekasi. Bom itu disebut Polri hendak menyasar iring-iringan Presiden dari Cikeas.

Dikirim ke NAD

Lima dari enam “teroris” yang ditangkap di Medan, kemarin, terbang dengan pesawat PK VVJ tipe 208 milik maskapai Susi Air via Bandara Polonia, Medan, Senin pukul 10.00. Densus 88 membawa beberapa unit komputer, yang diduga dipakai kelompok itu untuk berhubungan dengan jaringan lainnya di luar NAD. (kompas.com)


Abu Jibril: Penangkapan Ba'asyir Pengalihan Isu Rekening Gendut


Jakarta - Setelah Front Pembela Islam (FPI) dan FUI (Forum Umat Islam), Ustad Abu Jibril juga ikut menjenguk Abu Bakar Ba'asyir. Sayangnya, Abu Jibril tidak diperkenankan masuk melihat Ba'asyir.

"Di suruh datang lagi Jumat. Tadi kita memang terlambat," ujar Abu Jibril usai ke luar dari Bareskrim, Jl Trunojoyo, Jaksel, Selasa (10/8/2010).

Abu Jibril mengecam tindakan penangkapan terhadap Ba'asyir. Menurut ayah dari terpidana teroris M Jibril ini, polisi sengaja memainkan isu teroris terhadap Ba'asyir untuk mengalihkan isu.

"Ini jelas hanya pengalihan isu rekening jenderal yang selama ini tidak jelas," tegasnya.

Senada dengan Abu Jibril, Sekjen FUI Muhammad Al Khaththath menuding pemerintah telah sengaja memainkan kasus terorisme untuk menutup borok pemerintah selama ini. Penangkapan Ba'asyir merupakan intimidasi Densus 88 kepada aktivitas dakwah Islam.

"Ini politik pengalihan isu untuk menutupi ketidakmampuan pemerintahan pimpinan presiden lebay," tuturnya.

Ketua FPI Rizieq Shihab menuntut agar Ba'asyir dibebaskan tanpa syarat. FPI menuding pelatihan teroris di Aceh tidak ada kaitannya dengan Ba'asyir, melainkan rekayasa desertir anggota Brimob.

"Kita akan melakukan pembelaan sesuai dengan aturan syariah dan aturan hukum yang berlaku. Ba'asyir tidak sama sekali terkait," tandasnya. (detiknews.com)


15 August 2010

Habis Menangkap Ba'asyir

Kapolri Menghilang, Kemanakah Gerangan ??


Acara pelantikan dan serah terima jabatan perwira tinggi di jajaran institusi Kepolisian Republik Indonesia (Polri) hari ini kacau. Acara sertijab urung dilaksanakan. Kapolri tiba-tiba hilang secara misterius.

Awalnya, acara sertijab akan dimulai pukul 09.00 WIB di Rupatama Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jaksel, Jumat (13/8/2010). Rencananya, Kapolri akan menjadi inspektur upacara sertijab. Namun, hingga siang hari, Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri (BHD) belum kelihatan hingga dilakukan penundaan. Kadivhumas Polri Irjen Pol Edward Aritonang menjelaskan kalau acara sertijab ditunda.

"Ditunda karena Kapolri dan Wakapolri ada tugas luar," ucap Edward yang saat itu harusnya menyerahkan jabatannya kepada Brigjen Iskandar.

Dugaan sebelumnya, Kapolri menghilang karena dipanggil atasannya, Presiden RI, SBY. Tidak ada yang bisa menghentikan aktivitas Kapolri selain Presiden SBY. Diduga, SBY sengaja memanggil Kapolri karena tidak setuju dengan mutasi yang telah ditetapkan Mabes Polri. "Logikanya, siapa yang bisa menghentikan aktivitas Kapolri. Hanya Presiden," kata Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, Jumat (13/8/2010).

Kabar itu pun diamini oleh Wakadiv Humas Mabes Polri. "Terkait penundaan sertijab memang tadi pagi Pak Kapolri berhalangan karena ada kegiatan rapat dengan Bapak Presiden," ujar Wakadiv Humas Mabes Polri Kombes Pol I Ketut Untung Yoga Ana di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (12/8/2010).

Sayangnya, keterangan resmi dari Mabes Polri dibantah mentah-mentah oleh Menko Polhukam dan Jubir Istana Presiden. Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto tidak melihat Kapolri dipanggi di Istana oleh Presiden. Rapat di Istana dengan Presiden hari ini cuma membahas finalisasi naskah pidato Presiden pada 16 Agustus di DPR.

"Saya nggak tahu. Saya dipanggil dalam rangka persiapan finalisasi naskah pidato beliau (Presiden), dengan Menkeu, Bappenas, Menteri Perekonomian untuk pidato beliau besok tanggal 16," kata Djoko.

Pihak istana melalui Juru Bicara Presiden Julian Adrian Pasha juga membantah keterangan Edward dan Yoga Ana. Julian memastikan tidak ada pertemuan SBY dengan Kapolri. SBY hanya memanggil sejumlah menteri untuk membahas persiapan pidato kenegaraan 16 Agustus.

"Tidak benar berita yang mengatakan Kapolri di panggil Presiden. Dari pagi, Presiden di kantor Presiden. Tidak ada pertemuan dengan Kapolri," kata Julian di Istana Negara.

Presidium Indonesia Police Watch (IPW) menduga menghilangnya Kapolri karena alasan mutasi 5 pati yang terindikasi memiliki rekening gendut. Namun Neta tidak menyebut siapa jenderal Polri yang memiliki rekening gendut yang mendapat promosi dalam gerbong mutasi kali ini. Yang jelas, lima perwira tinggi yang seharusnya dilantik Kapolri pagi tadi adalah:
  1. Irjen Soenarko sebagai Deputi Operasi Kapolri menggantikan Irjen S Wenas
  2. Brigjen Iskandar Hasan sebagai Kadivhumas Polri menggantikan Irjen Edward Aritonang
  3. Brigjen Muji Waluyo sebagai Kadivbinkum menggantikan Irjen Badrodin Haiti
  4. Brigjen Robert Aritonang sebagai Kadivtelematika menggantikan Irjen Yudi Sus Hariyanto
  5. Irjen Uid Sus Hariyanto sebagai Delog Mabes Polri menggantikan Irjen Joko Sardono.

Kapolri Belum Terlihat di Acara Buka Bersama SBY

Dalam acara buka bersama Presiden SBY pun, Kapolri juga belum terlihat hadir. Nama Kapolri sempat disebut-sebut dalam acara yang digelar di Istana Negera, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Jumat (13/8/2010) sekitar pukul 16.30 WIB. "Kapolri sudah datang belum?" kata seorang anggota Paspampres kepada rekannya.

Meski acara sudah dimulai, Kapolri belum ada di kursi barisan undangan. Padahal, Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono telah hadir di acara tersebut. SBY mengenakan batik warna coklat dan Ibu Ani memakai kerudung warna coklat. Demikian pula dengan Wapres Boediono dan Ibu Herawati juga sudah hadir di lokasi. Boediono terbalut batik warna coklat dan Ibu Herawati memakai kerudung warna putih.

Sekitar 100 veteran yang mayoritas mengenakan batik sudah datang memenuhi meja undangan. Acara ini juga dihadiri sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II antara lain Menkominfo Tifatul Sembiring, Menag Suryadharma Ali, Menko Kesra Hatta Rajasa, Menteri Kelautan Fadel Muhammad, Mensos Salim Segaf Aljufri. Dalam awal sambutannya, SBY mengucapkan hormat dan penghargaan kepada tamu yang hadir. SBY menyebut Panglima TNI dan Kapolri.

Namun entah kenapa, Wakadiv Humas Mabes Polri Kombes I Ketut Untung Yoga Ana mengatakan, Kapolri memang sedang beracara dengan Presiden. Namun Untung mengaku tidak mengetahui pasti apa agenda pertemuan itu.

“Hilangnya” Kapolri Pasti Ada Urusan Penting Terkait Institusi

Hingga sore hari, belum juga ada kepastian di mana keberadaan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri (BHD). Istana sudah membantah keterangan Polri. Jadi di mana Kapolri saat ini? "Ini pasti ada urusan yang penting, yang besar sampai pelantikan ditunda," kata pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar di Jakarta, Jumat (13/8/2010).

Isu beredar, Kapolri bukan ke Istana, melainkan ke Cikeas bertemu orang kepercayaan presiden. Pertemuan salah satunya dikabarkan menyangkut suksesi di tubuh kepolisian. Namun sumber resmi membantah isu ini. Bambang juga enggan berspekulasi mengenai kabar ini. "Pastinya tentu ini ada tugas menyangkut kepentingan institusi. Kapolri menunda pelantikan tentu karena urusan institusi, wajar seorang pimpinan memilih prioritas," imbuhnya.

Apa artinya pelantikan kurang penting? "Pelantikan itu kan urusan internal, bisa dilakukan lain waktu. Nah kemudian mungkin ada urusan yang jauh lebih penting," imbuhnya.

Dia meminta, mengenai keberadaan Kapolri ini sebaiknya berpegang kepada pernyataan Divisi Humas Polri. Jadi tidak menjadi polemik. "Ya Humas Polri kan corong Polri, kita pegang saja pernyataannya," papatnya.

Kapolri Dipanggil SBY Terkait Rekaman Ade-Ari?

Beberapa hari ini, Kapolri memang sering dikritik keras oleh para aktivis anti korupsi dan sejumlah kelompok masyarakat. Kapolri dinilai telah membohongi publik karena menyebutkan ada rekaman percakapan Ari-Ade, meski akhirnya ditegaskan oleh Kabareskrim Komjen Ito Sumardi bahwa Polri tidak memiliki rekaman, melainkan Call Data Record (CDR).


Kapolri Sakit?

Sementara di kalangan pergerakan Islam, hilangnya Kapolri ditanggapi gembira oleh kalangan pendukung ABB. Mereka senang dan mendoakan agar BHD hilang saja selamanya.

"Semoga hilangnya itu karena sakit atau azab yang ditimpakan kepadanya," ujar seorang pendukung ABB saat ditemui di Solo.

"Biar tahu rasa dia jika itulah konsekuensi menzolimi seorang kyai (Ba'asyir_red). Doa orang terzolimi sifatnya mudah terijabah," tambahnya.

Jadi, dimanakah sebenarnya Kapolri berada? Benarkah ia di azab sebagaimana doa para aktivis Islam Solo? Mengingat semua institusi menyatakan tidak melihat Kapolri. (muslimdaily.net)

***

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada Thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna." Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. QS. An-Nisaa': 60-63

Yang selalu memusuhi Nabi dan kaum Muslimin. Termasuk Thaghut juga:
1. Syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah.
2. Orang yang menetapkan hukum secara curang menurut hawa nafsu.

Setelah Penangkapan Ustadz Abu

Ternyata Kapolri Sakit


Staf Khusus Kapolri, Kastorius Sinaga, membantah semua rumor yang menyebutkan bahwa Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri dipanggil ke Istana, Cikeas, atau alasan-alasan yang berkembang tempo hari sehingga sertijab 9 Kapolda ditunda. Ternyata, setelah penangkapan terhadap Abu Bakar Ba'asyir, Kapolri jatuh sakit.

"Tidak benar rumor itu. Pukul 17.40, Bapak Kapolri menelepon saya dan mengabarkan dia sedang sakit di rumah dinas," ucap Kastorius Sinaga, sebagaimana dikutip dari Kompas.com.

"Pak Kasto, saya ini sedang di rumah dinas. Saya sakit," demikian Kapolri seperti diceritakan Kastorius. Lalu Kastorius bertanya," Sakit apa, Pak? Saat ini banyak rumor yang tak jelas menyangkut diri Pak Kapolri."

Kapolri menjawab, "Biasa, saya kecapaian. Saya merasa mual dan pusing sehingga saya tidak bisa menghadiri acara sertijab."

Kastorius bertanya lagi, "Ada rumor Pak Kapolri dipanggil atasan, Pak Presiden ke Istana. Bagaimana, Pak?"

Bambang Hendarso kemudian membantah hal itu kepada Kastorius. Ia juga membantah penjelasan Kepala Divisi Humas Polri Irjen (Pol) Edward Aritonang. "Saya tidak sempat memberi tahu Kadiv Humas soal kondisi saya," ungkap Bambang kepada Kastorius. Kapolri mengajak Kastorius bertemu dengannya pada Rabu (18/8/2010).

Staf Khusus Kapolri ini menegaskan, hubungan Kapolri dan Presiden baik-baik saja. "Tolong luruskan hal ini," kata Kastorius.

Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Polri Irjen (Pol) Edward Aritonang membantah berita yang beredar bahwa "hilangnya" Kapolri selama satu hari ini disebabkan kelelahan dan harus beristirahat di rumah.

"Enggak. Enggak. Pak Kapolri baik-baik saja. Beliau sehat," kata Irjen (Pol) Edward Aritonang.

Polri juga tegas membantah bahwa Kapolri urung melantik lima pejabat baru di lingkungan Mabes Polri, salah satunya Kadiv Humas Polri, karena dia dipanggil Presiden. Adapun pemanggilan terjadi setelah seorang perwira tinggi Polri yang terseret mutasi berdasarkan keputusannya tidak dapat menerima keputusan itu.

"Enggak. Enggak ada itu. Enggak ada beliau dipanggil," tuturnya.

Tanggapan Pendukung ABB

Dugaan sakit atas Kapolri yang sehari Jumat kemarin (14/08/10) menghilang, sempat tersebar di kalangan kaum pergerakan Islam Solo. Mereka justru berharap Kapolri sakit dan menyadari bahwa sakit itu adalah peringatan kepadanya atas penangkapannya terhadap ustadz Abu Bakar Ba'asyir.

Dalam acara malam keprihatinan yang diprakarsai oleh Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Solo Kamis dan Jumat malam, acara diisi dengan tausiah dan doa yang ditujukan kepada Kapolri dan Densus 88, dilanjutkan dengan tarawih berjamaah dengan pembacaan doa Qunut Nazilah, serta doa melaknat Densus 88.

Seperti yang disampaikan Humas JAT tempo hari, Endro Sudarsono Spd, maksud acara ini adalah dalam rangka pembinaan rutin anggota JAT Solo dan tak lupa mendoakan Kaporlri Jendral Bambang Hendarso Danuri dan Kadensus 88 Tito Karnavian bermuhasabah atau intropeksi atas segala yang dilakukan dengan sadar menangkap dan menahan ulama sepuh KH. Abu Bakar Ba'asyir menjelang Ramadhan 1431 H.

Menanggapi informasi sakitnya Kapolri, umat Islam Solo merasakan sedikit kegembiraan karena doa mereka dikabulkan.

Dan ketika ditanya perihal sakitnya Kapolri ini apakah disebabkan doa umat Islam di Indonesia yang menentang penangkapan ustadz Abu Bakar Ba'asyir ataukah faktor kebetulan belaka, Abdul Rochim Ba'asyir, bungsu Abu Bakar Ba'asyir memberikan tanggapan diplomatis.

"Wallahu a'lam. Semua hal yang ghaib adalah kewenangan Allah yang tidak dapat diketahui oleh manusia," demikian tanggapan awal anak bungsu Abu Bakar Ba'asyir saat dihubungi Muslimdaily via ponsel.

"Namun, kami -umat Islam- meyakini bahwa doa seseorang yang sedang terzalimi adalah ijabah. Jarak antara doa orang yang terzalimi dengan Allah tidak terpisah oleh hijab. Sehingga doanya pasti langsung didengar Allah dan lebih cepat untuk terijabah," tambahnya.

"Apalagi, doa-doa orang yang terzalimi di negeri ini atas tindakan-tindakan Polri dan aparat pemerintah secara umum tidak hanya kami (pendukung ABB_red) yang merasakannya. Ada korban tabung gas, korban aksi berlebihan Densus 88, korban korupsi para pejabat Polri pemilik rekening gendut, dan lain-lainnya. Jika sebanyak itu jumlah orang yang terzalimi, maka potensi terijabahnya doa-doa itu sangat besar," ujarnya.

"Kami tidak meyakini adanya faktor kebetulan di dunia ini. Semua terjadi atas kehendak dan qodarullah yang tidak ada faktor kebetulan di dalamnya. Dan kami meyakini bahwa doa memiliki kekuatan!", tegasnya.

Iim, sapaan akrab Abdul Rochim, juga menghimbau umat Islam secara keseluruhan agar meningkatkan kualitas keimanan dan kualitas doa nya selama bulan Romadhon ini karena Romadhon adalah bulan yang sangat mulia untuk berdoa. Ia menghimbau agar umat Islam yang tengah berada dalam ombang-ambing kepentingan penguasa dan kerap dikorbankan, berdoa untuk kekuatan dan kemuliaan Islam dan umat Islam. (muslimdaily.net)

***

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada Thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna." Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. QS. An-Nisaa': 60-63

Yang selalu memusuhi Nabi dan kaum Muslimin. Termasuk Thaghut juga:
1. Syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah.
2. Orang yang menetapkan hukum secara curang menurut hawa nafsu.

Inilah Kronologi Terorisasi Aceh

Yang Dipakai untuk Menjerat Ba'asyir


Penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir dikaitkan dengan tudingan terlibat kegiatan terorisme di Aceh. Inilah kronologi terorisasi di Aceh yang didalangi oleh seorang desertir Brimob:

DESEMBER 2008

Israel melakukan agresi terhadap Gaza untuk yang kesekian kalinya tepatnya 27 Desember 2008 sampai 18 Januari 2009. Dalam serangan agresi ini, Israel menggunakan bom phosphor dan senjata kimia lainnya yang melanggar hukum internasional. Atas serangan agresi membabi-buta tersebut dunia merespon dengan mengeluarkan kecaman. Dunia Islam khususnya memberikan reaksi yang keras atas agresi tersebut. FPI sebagai ormas Islam yang berkedudukan di Indonesia merespon dengan mengumumkan membuka posko-posko untuk pendaftaran mujahidin guna dikirim ke Gaza.

JANUARI 2009

FPI Aceh sebagai salah satu ujung tombak dalam organisasi adalah salah satu yang menjadi pelaksana dari program rekruitmen mujahidin tersebut. Secara resmi, DPD FPI Aceh membuka posko pendaftaran pada tanggal 10 Januari 2009, bertempat di Mushola Nurul Muttaqin, desa Bathoh Banda Aceh dan Pondok Pesantren Darul Mujahidin Lhokseumawe.

Dari hasil pendaftaran tersebut berhasil menjaring sebanyak 125 orang mujahidin untuk dilatih dan kemudian bila memenuhi kriteria dan sesuai kemampuan yang dimiliki organisasi akan diberangkatkan ke Gaza. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 23-27 Januari 2009 di pesantren Darul Mujahidin Lhokseumawe. Pelatihan tersebut berlangsung terbuka dan mendapat liputan dari media lokal khususnya.

Instruktur dalam pelatihan tersebut adalah seorang yang menawarkan diri untuk menjadi pelatih yaitu Sofyan Tsauri, deserter Polisi yang pernah bertugas di Polda Jabar.

FEBRUARI 2009

Para peserta pelatihan di Aceh, yang berjumlah lebih kurang 15 orang datang ke Jakarta untuk persiapan berangkat ke Gaza.

15 Februari 2009, sebagian peserta pelatihan di Aceh yang tengah berada di Jakarta, secara individual tanpa diketahui pimpinan rombongan pergi ke Depok menemui mantan pelatih mereka yaitu Sofyan Tsauri.

21 Februari 2009, selesai persiapan untuk keberangkatan ke Gaza yang ditunda karena berbagai alasan, salah satunya serangan Israel atas Gaza telah berhenti, para mujahidin diminta untuk pulang terlebih dahulu ke Aceh, menunggu instruksi dan perkembangan situasi di Gaza lebih lanjut.

Dari 15 orang mujahidin yang datang ke Jakarta, 5 orang pulang ke Aceh dan 10 orang secara diam-diam, tanpa pemberitahuan ke DPP FPI, pergi ke Depok, rumah tempat tinggal Sofyan Tsauri, mantan pelatih mereka di Aceh.

10 orang tersebut tinggal selama lebih kurang 1 bulan di rumah Sofyan Tsauri dengan biaya yang sepenuhnya ditanggung oleh Sofyan Tsauri, termasuk uang saku dan biaya makan serta kebutuhan lainnya.

FEBRUARI-MARET 2009

Selama kurun waktu akhir Februari hingga akhir Maret 2009, 10 orang yang berasal dari Aceh tersebut dilatih dan diindoktrinasi oleh Sofyan Tsauri. Adapun salah satu bentuk indoktrinasi tersebut adalah membolehkan cara-cara perampokan untuk membiayai jihad, menyebarkan kebencian dan permusuhan semata-mata atas dasar orang asing.

Adapun pelatihan yang dilakukan adalah melakukan pelatihan menembak dengan menggunakan peluru tajam (peluru asli) di dalam Markas Komando Brimob Kelapa Dua. Masing-masing peserta pelatihan diberikan sekitar 30 hingga 40 peluru tajam untuk latihan menembak tersebut.

Peserta latih juga diberikan uang saku perminggu selama proses pelatihan tersebut.

Dari informasi yang didapatkan peserta latih, Sofyan Tsauri ini secara sengaja meletakkan surat pemecatan dari kepolisian untuk dibaca oleh peserta latih, yang berisi bahwa yang bersangkutan dipecat karena terlibat dalam kegiatan jihad, melakukan poligami dan jarang masuk kerja.

JANUARI 2010

6 orang dari 10 orang yang mengikuti pelatihan di Depok, kediaman Sofyan Tsauri, ikut serta dalam pelatihan militer di Jantho Aceh Besar. Pelatihan kali ini juga difasilitasi oleh Sofyan Tsauri.

FEBRUARI 2010

Pelatihan militer di Jantho Aceh Besar disergap oleh aparat keamanan.

MEI 2010

Pelatihan Militer di Jantho Aceh Besar dihubungkan dengan penggerebekan kelompok Dulmatin di Pamulang, dan diekspos oleh kepolisian dan media massa sebagai pelatihan untuk persiapan kegiatan terorisme. (voa-islam.com)

***

Apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka ?. QS. Muhammad:29

FUI : Ungkap Satgas Liar Dibalik Rekayasa Terorisme


Jakarta - Sedianya acara pertemuan antara FUI (Forum Umat Islam) dengan Komisi III DPR RI yang membidangi hukum dan hak asasi manusia dilangsungkan pada pagi hari ini yakni Kamis, 17 Juni 2010 pukul 10.00 WIB, namun karena adanya rapat paripurna maka pertemuan FUI dengan anggota DPR RI Komisi III dilangsungkan tengah hari sekitar pukul 12.00.

Para perwakilan dari FUI terdiri dari Sekjen FUI KH. Muhammad Al-Khatthath, Munarman, Ahmad Michdan, Ahmad Sumargono, KH. Misbahul Anam, Ust. Abu Jibril, KH. Fathul ‘Azhim, dan beberapa perwakilan tokoh ormas lainnya diterima Komisi III DPR RI.

Anggota Komisi III yang hadir diantaranya adalah; Fahri Hamzah sebagai pimpinan rapat, Firman Jaya, Ahmad Yani, Nudirman Munir, Ruhut Sitompul, dan yang lainnya.

Dalam rapat tersebut FUI (Forum Umat Islam) menyampaikan adanya rekayasa pemberantasan terorisme yang dilakukan pihak-pihak tertentu. Hal ini terlihat dengan adanya keterlibatan salah seorang oknum polisi (konon seorang desertir) yang bernama Sofyan Sauri yang telah menjadi penghubung peristiwa Aceh, Pamulang, Pejaten dan Solo. Peristiwa ini persis seperti peristiwa KOMJI (Komando Jihad) yang direkayasa aparat keamanan pada dekade 1970-an.

Dalam surat terbuka yang dilayangkan kepada angggota Komisi III DPR RI FUI menyampaikan beberapa himbauan diantaranya:
  1. Menolak dan menghentikan setiap upaya rekayasa terorisme yang mengorbankan anak bangsa sendiri, terlebih seorang ulama seperti KH. Abu Bakar Ba’asyir
  2. Mengontrol KAPOLRI agar tetap pada tracknya sebagai aparat keamanan yang digaji oleh rakyat, bukan bekerja untuk segelintir elit penguasa yang tunduk pada program war on terrorism yang dikendalikan AS.
  3. Berkaitan dengan penahanan, penyiksaan para aktivis JAT (Jama’ah Ansharut Tauhid) dan penyegelan kantor sekretariat JAT yang merupakan salah satu anggota FUI (Forum Umat Islam) menyerukan kepada anggota komisi III untuk memanggil Kapolri dan memintanya untuk menghentikan aksi tersebut dan merehabilitasi para aktivis Islam yang direkayasa sebagai teroris sehingga mereka bisa berkativitas seperti biasa.
Munarman yang juga anggota TPM (Tim Pengacara Muslim) memberikan pemaparan berbagai keganjilan dalam operasi pemberantasan terorisme kepada anggota Komisi III. Ia mengatakan:

“Adanya posko-posko yang dibentuk oleh tim BUSER atau Satgas anti Bom –bukan Densus- dimana posko ini tidak berada di lingkungan markas kepolisian RI baik itu Mabes Polri, di Polda maupun di Polsek. Posko ini bukan hanya untuk penanganan kasus terorisme, namun posko ini juga digunakan untuk penanganan tindak pidana lainnya, contohnya; dalam tindak pidana Curas (Pencurian dengan Kekerasan) orang-orang yang ditangkap itu biasanya terlebih dahulu tidak langsung di bawa ke kantor polisi tetapi disimpan dahulu di suatu tempat, dan ini adalah hasil wawancara langsung dengan narapidana-narapidana. Jadi ditangkap, dipukuli, digebugi dulu baru kemudian dibawa ke penyidik di markas kepolisian.

Kerja seperti ini juga terjadi dalam pemberantasan terorisme, salah satu posko tempat dilakukan proses untuk mendapatkan pengakuan itu adalah sebuah hotel Pondok Wisata di daerah lebak bulus. Para pelaku ditelanjangi di bawa ke hotel tersebut kemudian diancam akan disodomi termasuk diantara salah satunya adalah Muhammad Jibril. Inilah upaya sitematis karena ini telah menjadi pola kerja umum.”

“Menurut keterangan Susno Duaji ia juga menyatakan adanya Satgas-Satgas liar, dibentuknya tim-tim khusus di luar struktur jabatan kepolisian. Dalam penanganan kasus terorisme ini ada tim lain di luar Densus 88 yang bernama Satgas Anti Bom yang mengumpulkan para alumni-alumni baru, ia merekrut sebanyak 40 orang yang tugasnya untuk melakukan pengejaran (tim Buser) nah, tim inilah yang melakukan pembunuhan, penyiksaan terhadap para tersangka kasus terorisme.”

Selanjutnya Munarman juga meminta kepada Komisi III DPR RI untuk melakukan berbagai upaya diantaranya sebagaimana yang ia jelaskan:

Pertama, “pada periode yang lalu ketika Da’i Bahtiar masih menjadi Kapolri dengan terbuka ia menyatakan bahwa ia baru mengumpulkan dana sebesar US $ 50 juta dari pemerintah AS termasuk untuk pembentukan, pelatihan Densus 88. Oleh sebab itu Komisi III diminta menggunakan kewenangannya untuk mengaudit dana-dana yang digunakan oleh Densus 88. Yang perlu bapak-bapak ketahui bahwa Densus 88 membeli pesawat dan beberapa pejabat Densus 88 bahkan keluarganya tidak hidup di Indonesia, anaknya, istrinya itu tinggal di Singapura, pertanyaannya dari mana biaya itu?”

Kedua, “DPR menggunakan hak interpelasinya mengenai satgas-satgas di luar struktur dan posko-posko liar tadi.”

Ketiga, “Dan yang paling penting DPR bisa menggunakan hak angket karena ini merupakan pelanggaran HAM berat terhadap ekstra judicial killing (pembunuhan di luar proses hukum), terutama contoh kongkritnya adalah terhadap dua orang yang hingga dikuburkan tidak diketahui identitasnya.”

Anggota DPR Komisi III Fahri Hamzah yang memimpin rapat siang itu mengatakan bahwa, “kami memerlukan kinerja yang lebih luas bukan hanya di dewan tapi juga di Komnas HAM dan institusi-institusi lain yang concern dalam masalah ini. Mudah-mudahan ini bukan pertemuan yang terakhir tetapi ada persiapan-persiapan dari kita untuk menyiapkan bukan hanya fakta hukum tetapi juga dokumen delik untuk kemudian kita ajukan sehingga bisa dinvestigasi masalah ini secara lebih luas. “

Sementara Anggota komisi III lainnya Nudirman Munir menambahkan, “bahwa darah umat Islam yang menjujung kemerdekaan ini bagaikan sungai yang mengalir banyaknya dan luar biasa pengorbanannya karena itu kita sebagai generasi penerus mempunyai kewajiban membela kepentingan mereka dan saya yakin dengan data-data yang bapak punya kita akan mempertanyakan ini semua kepada Kapolri, karena itu seperti apa yang disampaikan oleh rekan saya Fahri Hamzah sebagai pimpinan Komisi III tadi yakinlah bahwa ini akan kami permasalahkan ini sampai ke akar-akarnya.”

Senada dengan Anggota dewan yang lainnya, Ahmad Yani menginginkan agar permasalahan ini ditindaklanjuti ke Panja Pengawasan hukum.

Dan beberapa anggota dewan lainnya yang hadir dalam rapat tersebut pun turut mendukung untuk mengusut tuntas berbagai pelanggaran kemanusiaan yang terjadi.

Setelah para anggota komisi III selesai memberikan tanggapan KH. Mudzakir ulama asal solo ini menegaskan bahwa umat Islam di solo menolak berbagai rekayasa terorisme yang dilakukan sebagai pengalihan isu seperti kasus Bank Century.

Sementara salah seorang perwakilan FPI yang hadir mengusulkan agar institusi POLRI diletakkan di bawah Kementrian Dalam Negeri agar POLRI lebih sipil dan bermasyarakat juga tidak liar. “orang baru diduga teroris sudah main tembak, buat apa adanya pengadilan, buat apa adanya kejaksaan?” imbuhnya.

Tidak ketinggalan KH. Fathul ‘Azhim salah seorang ulama dan tokoh masyarakat Banten (keturunan Sultan Ageng Tirtayasa), mengutip pernyataan salah seorang pejabat Lemhanas dan Ketua MK dalam sebuah surat kabar yang menuntut agar POLRI benar-benar bisa membuktikan bahwa mereka yang ditangkap dan dibunuh itu adalah benar-benar teroris dan harus dibuktikan melalui pengadilan. Beliau juga mengeluh lantaran isu terorisme ini berbagai aktivitas seperti pengajian di kediaman beliau yang diasuh oleh Ustadz Abu Bakar Ba’asyir setiap awal bulan mendapatkan fitnah dari penduduk setempat bahkan para oleh Kiyai dan Ulama (MUI Serang) sebagai tempat pengkaderan teroris.

Terakhir sebagai penutup rapat dengan Komisi III Ust. Abu Jibril juga ikut menyampaikan himbauannya kepada Komisi III dan juga mengisahkan apa yang dialami putranya Muhammad Jibril Abdurrahman yang saat ini masih dalam proses persidangan.

“Kami dari tahun yang lalu sudah datang ke Kompolnas, Komnasham, ke Mabes Polri bahkan sudah dua kali kami ke sana untuk membicarakan masalah teroris ini secara nasional, agar perkara ini tidak menjadi kambing hitam khusus untuk kaum muslimin. Apa yang dilakukan oleh non muslim seperti OPM tidak pernah dikatakan sebagai teroris tetapi disebut separatis. Kelihatannya bahwa teroris ini hanya diperuntukkan untuk kaum muslimin yang menurut versi Densus melakukan kejahatan padahal belum dibuktikan. Kami sudah menyarankan kepada pemerintah agar duduk bersama ulama, untuk menuntaskan apa itu terorisme, apa itu jihad, apa itu teroris, apa itu mujahid?.”

“Selanjutnya saya mendapat data dari anak saya Muhammad Jibril yang sekarang sedang disidang, bahwa begitu ia ditangkap oleh Densus yang beragama Islam lalu penyikasaan dilakukan oleh Densus yang tidak beragama Islam dan waktu disiksa itu ada Gories Mere yang menyaksikan penyikasaan anak saya dan itu dilakukan oleh mereka sebelum tujuh hari, empat hari berturut-turut. Saya sudah sampaikan kepada Daud Nasution, Susno Duadji dan Saleh Saaf pada waktu itu, agar jangan sampai anak saya disiksa, ternyata disiksa dan ditelanjangi dan ditubuhnya saya melihat ia mengalami penyikasaan. Jadi saya ingin proses ini dilihat bagaimana proses penyikasaan itu, bagaimana tangannya ketika dilingkarkan besi kemudian dialiri listrik dan ini tidak pernah menjadi pemberitaan. Oleh karena itu kepada Komisi III jangan sampai ini hanya menjadi sebuah cerita, kami sudah banyak melapor-melapor dan melapor tetapi tidak ada tindakan. “

“Dan yang terakhir, pemerintah melalui Presiden, Kapolri begitu bersemangat menjadikan isu terorisme ini. Bahwa umat Islam dimana pada waktu itu diumumkan Kapolri, mereka yang dituduh teroris ini akan mengadakan revolusi pada tanggal 17 Agustus yang diperkirakan seluruh jajaran pemerintahan ini meninggal semua (dibunuh), kemudian besoknya akan dideklarasikan syari’at Islam, seolah-olah begitu ditayangkan teroris inilah yang akan menegakkan syari’at Islam di Indonesia, berarti semua umat Islam yang ingin menegakkan syari’at Islam dituduh sebagai teroris, ini juga perkataan presiden, kita tidak mau Presiden dan Kapolri sebagai pembohong!.” (muslimdaily.net)

***

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana." Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. QS. Al-Maa'idah:51-52

Sang Mujahid Besar

Karena Dibesarkan oleh Musuhnya


Kini ustadz Abu Bakar Ba’asyir kembali ditangkap. Seorang ulama sepuh yang tegas pendirian dalam memegang Islam kini menjadi sorotan publik hanya karena dituduh terkait jaringan terorisme.

Jika kita tengok perjalanan dakwah ustadz Abu Bakar Ba’asyir semua jauh dari kesan untuk mencari kesenangan dunia terlebih popularitas di mata masyarakat. Tapi ketegasan beliau menyampaikan Islam dengan apa adanya telah menjadikan beliau mendadak terkenal di tengah-tengah ummat.

Dan lebih mengherankan lagi tidak ada upaya sedikitpun dari beliau untuk memperkenalkan dirinya, sebagaimana cara para artis maupun tokoh politik untuk mendongkak reputasinya agar dikenal masyarakat.

Banyak tokoh politik yang menghabiskan dana miliaran hanya supaya ingin dikenal orang, kemudian memuluskan langkahnya untuk menjadi pejabat dengan kantong tebal. Sang mujahid manapun, misalkan Syaikh Ahmad Yasin, Sayyid Quthub, Usamah bin Ladin, Mullah Umar Muhammad, Ustadz Abdullah Sungkar dll, termasuk Ustadz Abu Bakar Ba’asyir justru dibesarkan oleh musuhnya sendiri, karena dianggap menjadi penghalang sistem kafir.

Semua ini terjadi karena sang mujahid tegas dalam menyampaikan dan menyuarakan kebenaran Islam. Jika kita jumpai karena di tengah kita ada sang mujahid besar yang tegas dalam menyuarakan Islam, maka dukung dan bergabunglah pada barisannya, niscaya anda akan selamat, sebab indikator kebenaran dakwah adalah banyaknya ujian dan cobaan, dan bukan panggung politik.

BIOGRAFI

Perjalanan panjang Abu Bakar Ba'asyir, bermula dari sebuah Desa Pekunden, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur, sebuah desa di pingiran Kabupaten Jombang-Jawa Timur. Di desa kecil itulah ulama sepuh ini terlahir di dunia. Kelahirannya di Jombang di sambut sayup-sayup senandung takbir yang terdengar di sudut-sudut desa yang didengungkan anak-anak melalui surau-surau tua di sekitar rumahnya. Senandung takbir perayaan peringatan keteladanan pengorbanan Bapak Tauhid, Ibrahim ‘Alaihis Salam yang hendak menyembelih putranya.

Ia terlahir pada tanggal 12 Dzulhijjah 1359, dua hari setelah Hari Raya ‘Idul Adha. Gemuruh takbir yang menggetarkan hati beriringan dengan gemuruh bangsa Indonesia yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya untuk keluar dari penjajahan tentara kafir Belanda dalam suasana serba kekurangan dan keprihatinan. Tanggal kelahirannya bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 1938. Raut muka syukur dan linangan air mata syukur kedua orang tuanya mengiringi kelahiran sosok Abu Bakar Ba’syir yang diharapkan meneladani pengorbanan Ibrahim dan semangat patriotisme seorang pejuang dalam mempertahankan prinsip kebenaran dan keislaman. Ia terlahir bersama tiga saudara laki-laki dan tiga saudara perempuan.

Orang tua Abu Bakar Ba’asyir bukanlah seorang yang kaya raya selayaknya kebanyakan warga masyarakat keturunan Arab lainnya. Namun, kecintaan terhadap Islam dan ketundukan orang tuanya pada Allah-lah yang menjadikan Abu bakar kecil ini mampu bertahan. Darah keturunan Hadramaut Yaman mengalir deras dalam dirinya. Ayahnya bernama Abud bin Ahmad dari keluarga Bamu'alim Ba'asyir yang membuat Abu Bakar menyandang marga Ba’asyir di belakang nama aslinya. Kenangan indah bersama sang ayah tak banyak ia rasakan dan ia nikmati. Saat usia tujuh tahun, ayahnya harus meninggalkan tawa riang Abu Bakar kecil menuju keharibaan Ilahi. Ayahnya meninggal dunia. Ia menjadi yatim di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang masih kacau meskipun telah memperoleh kemerdekaannya.

Di tengah carut-marutnya kehidupan bangsa Indonesia, ibunya yang masih buta huruf latin aksara Indonesia mengasuh sendiri Abu Bakar kecil. Ibunya bernama Halimah yang lahir di Indonesia walaupun masih juga berketurunan Yaman dari keluarga Bazargan. Demi melanjutkan amanat agama dan suaminya, sang Bunda terus menanamkan nilai-nilai keislaman demi kebahagiaan sang putra kelak. Ibundanya yang pandai membaca Al-Quran dan seorang muslimah taat beragama selalu mendampingi pendidikan agama sang anak di rumah meskipun Abu Bakar kecil juga tak pernah absen menghadiri pendidikan agama di mushala kampung tempat tinggalnya.

Tak ingin membiarkan anaknya tertinggal dalam kebodohan, orang tuanya memasukkan Abu Bakar kecil untuk menempuh pendidikan pertamanya di sebuah Madrasah Ibtida’iyah (Sekolah Islam setingkat SD). Namun, dikarenakan situasi konflik revolusi bangsa Indonesia melawan Belanda pada saat itu, sekolahnya harus tertunda dan mengalami jeda. Baru kemudian setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, ia dipindahkan ke Sekolah Rakyat (Sekolah umum sederajat SD saat ini).

Selama menjadi siswa di madrasah, Abu Bakar kecil sempat ikut kegiatan gerakan Kepanduan Islam Indonesia (pada masa orde lama yang kemudian difusikan dalam Gerakan Pramuka). Untuk menutup kekurangan sang anak dalam ilmu agama, setiap malamnya, Abu Bakar kecil belajar mengaji dan ilmu agama di musholla desa tempat tinggalnya. Selain kegiatannya di musholla, sang bunda masih terus mendampingi langsung pendidikan Abu Bakar kecil di rumah.

Setelah lulus dari Sekolah Rakyat (SR), pendidikannya berlanjut ke jenjang sekolah menengah. Ia bersekolah di sebuah SMP Negeri di kota Jombang yang berjarak 13 km dari rumah tempat tinggalnya. Setiap hari, perjalanan sejauh minimal 26 Km ia tempuh dengan sepeda. Semasa SMP ini, Abu Bakar aktif mengikuti kegiatan berorganisasi dalam Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) ranting Mojoagung disamping masih menjadi anggota Gerakan Pramuka.

Menginjak masa remaja setelah merampungkan sekolah di SMP, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMA. Saat itu, ia masuk SMA Negeri Surabaya. Kondisi perekonomian Indonesia yang sedang mengalami keterpurukan merata di seluruh lapisan masyarakat membuat pendidikannya di SMA hanya mampu bertahan selama 1 tahun. Kegiatan berorganisasinya pun juga terpaksa harus terhenti. Selanjutnya, ia memutuskan hijrah ke Solo untuk membantu kakaknya yang sedang mengembangkan sebuah perusahaan sarung tenun di Kota Solo.

Hingga pada tahun 1959 M, atas dorongan dan bantuan kedua kakaknya, Salim Ba'asyir dan Ahmad Ba'asyir, ia mendaftar sebagai santri di Pondok Pesantren Darussalam Gontor, sebuah Pondok Pesantren yang terbilang terbaik dan termaju di Indonesia. Atas berkat rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia berhasil menjadi santri di pondok pesantren tersebut. Di sini, keaktifan berorganisasinya kembali tersalurkan dalam wadah Pelajar Islam Indonesia (PII) cabang Gontor. Impiannya melanjutkan pendidikan yang sempat terhenti membuatnya serasa melihat pelita di tengah buta kegelapan malam.

Empat tahun menjadi santri pondok pesantren Darussalam Gontor, dengan rahmat Allah, ia berhasil lulus dari kelas Mualimin pada tahun 1963 M. Semangatnya untuk menempuh pendidikan masih membara di benaknya sehingga (masih atas bantuan kakaknya), ia melanjutkan studinya di Universitas Al-Irsyad jurusan Dakwah di kota Solo selama kurang lebih tiga tahun.

Selama menjadi mahasiswa , ia aktif dalam beberapa organisasi pemuda. Ia menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Solo. Di HMI, dia pernah mendapatkan amanah sebagai Ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) -sebuah lembaga semi otonom HMI- cabang Solo di masa Ir. Imaduddin sebagai Ketua Umumnya. Di organisasi Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Abu Bakar Ba’syir pernah mendapatkan amanat dakwah sebagai Ketua pada tahun 1961. Selain itu, di dalam organisasi Pemuda Al-Irsyad, ia menjadi sekreatis cabang Solo.

Menginjak usia dewasa, panggilan hati untuk menikah mengarahkannya untuk menyunting seorang muslimah bernama Aisyah binti Abdurrahman Baraja'. Sejak saat itu, keberadaan sang istri selalu menyertai perjuangan dakwahnya. Kesetiaan sang istri tak hanya dibuktikan dengan kata mutiara dan hiasan pujian semata. Namun, keberadaan sang istri, Aisyah Baraja’, dalam perjuangan dakwah terwujud dalam tindakan nyata dan fakta. Dari rahim istrinya, keduanya memiliki tiga orang anak yang saat ini telah menikah dan masih hidup semuanya. Tiga anaknya terdiri atas 1 orang putri dan 2 orang putra. Mereka adalah Zulfah, Rosyid Ridho dan Abdul Rohim.

Perjalanan dakwahnya kemudian berlanjut dengan mendirikan radio dakwah yang di namai radio ABC (Al-Irsyad Broadcasting Center) di gedung Al Irsyad Solo yang hingga kini masih berdiri. Ikut aktif bersama beliau adalah Ustadz Abdullah Sungkar rahimahullah, Ustadz Abdullah Thufail rahimahullah,dan Ustadz Hasan Basri rahimahullah. Karena terjadi perselisihan faham dengan beberapa pengurus Al-Irsyad terkait acara radio tersebut, maka beliau keluar bersama beberapa pengurus radio ABC dan mendirikan Radio Dakwah Islamiah Surakarta (Radis) yang padat dengan muatan dakwah yang tegas dan menghindari lagu-lagu maksiat. Radis didirikan di komplek masjid Al-Mukmin lama yang akhirnya ditutup oleh rezim orba karena dianggap menentang pemerintah.

Tak cukup hanya dakwah lewat frekuensi udara, beliau mendirikan madrasah diniyah (semacam lembaga non formal yang mengajarkan pendidikan agama Islam yang biasanya diselenggarakan pada sore hari) di komplek masjid Al Mukmin Gading Wetan (saat ini menjadi SMU Islam 1 Surakarta, bukan SMU Al-Islam 1 Surakarta). Pada mulanya, madrasah yang hanya masuk sore hari ini memberikan pendidikan Bahasa Arab dan materi syariat Islam. Selanjutnya, melalui madrasah diniyah inilah, cikal bakal Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki kemudian berdiri hingga sekarang.

Melihat pekembangan madrasah yang pesat dan didorong oleh amanah yang diamanatkan oleh KH. Zarkasyi (Pendiri Pondok Pesantren Darussalam Gontor), Abu Bakar Ba’asyir berinisiatif mengembangkan madrasah diniyah menjadi pondok pesantren yang saat itu bertempat di Gading Kidul-Surakarta menempati area yang sempit. Barulah setelah 2 tahun kemudian, Pondok Pesantren Al Mukmin dipindahkan ke tanah yang lebih luas di desa Ngruki yang dibeli dari salah seorang tokoh agama di solo. Desa Ngruki sendiri saat itu masih ”dikuasai” oleh kalangan komunis yang masih cukup kental.

Bersama Ustadz Abdullah Sungkar rahimahullah, Ustadz Hasan Basri rahimahullah, Abdullah Baraja' rahimahullah, Ustadz Yoyok Raswadi rahimahullah, dan ustadz Abdul Qahar Haji Daeng Matase, ustadz Abu Bakar Ba'asyir terus membangun dan mengembangkan pendidikan di Pesantern Al-Mukmin Ngruki. Pendukung utama berdirinya pondok pesantren tersebut adalah anggota pengajian-pengajian yang di asuh oleh tokoh-tokoh pendiri, terutama anggota pengajian kuliah Dzuhur di Masjid Agung Surakarta. Alhamdulillah, hingga sampai saat ini kegiatan pengajian tersebut masih berjalan.

Sejak awal, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dan teman-temannya mempunyai karakter yang tak enggan menyampaikan kebenaran dimanapun dan apapun keadaan yang harus di hadapinya walaupun harus berhadapan dengan penguasa. Hal inilah yang kemudian membuat pemerintah menjadi gerah. Karena materi yang disampaikan dianggap menentang rezim saat itu, akhirnya Ustadz Abdullah Sungkar, Ustadz Hasan Basri, dan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sendiri dipenjara selama 4 tahun tanpa alasan yang jelas hingga akhirnya Ustadz Abdullah Sungkar dan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir kembali di vonis hukuman 9 tahun penjara. Tidak terima dengan keputusan hakim, maka beliau berdua mengajukan banding, hingga diturunkan menjadi 4 tahun sesuai dengan masa tahanan yang sudah dijalani. Tak puas dengan hasilnya, Jaksa Agung mengajukan kasasi ke MA.

Dua orang ustadz ini seringkali disebut oleh sebagian kalangan sebagai dwi tunggal. Jika orang nasionalis punya Soekarno-Hatta, maka orang-orang pergerakan Islam memiliki Abdullah Sungkar-Abu Bakar Ba’asyir. Setelah bebas, sembari menunggu hasil kasasi, Ustadz Abu Bakar Ba'asyir bersama Ustadz Abdullah Sungkar rahimahullah, tetap melanjutkan aktivitas pendidikan dan dakwah mereka seperti semula.

Hal itu menjadikan rezim orba menekan MA untuk menaikkan masa hukuman menjadi 9 tahun agar menjadi alasan bagi penangkapan mereka kembali. Ketika panggilan dari pengadilan Sukoharjo untuk mendengarkan keputusan pengadilan datang, sang dwitunggal memahami benar maksud dan tujuan licik pemerintah. Maka setelah berkonsultasi dengan beberapa ulama, mereka berdua memutuskan untuk tidak menghadiri undangan pengadilan tersebut karena hal tersebut adalah dosa. Hingga tidak ada pilihan lain bagi mereka kecuali berhijrah atau tetap di rumah hingga ditangkap oleh polisi. Bagi keduanya, hal demikian adalah lebih mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala daripada datang menyerahkan diri kepada Thaghut (sesuatu yang di sembah selain Allah). Nampaknya pilihan hijrah-lah yang dipilih, karena jalan ini adalah yang paling baik dari kedua pilihan itu.

Berkat pertolongan Allah melalui Bapak. Muhammad Natsir, mantan Ketua Umum Masyumi dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, mereka berdua berhasil berhijrah ke Malaysia dan menetap di sana. Kemudian, keberadaan mereka disusul oleh keluarga yang kemudian juga turut menetap di sana selama 15 tahun. Selama masa hijrah, beliau tetap bekerja dan berdakwah seperti semula.

Tahun 1998, Allah Subhanahu wa Ta’ala berkehendak meruntuhkan kekuasaan orde baru yang zalim. Kemudian, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir memutuskan kembali ke Indonesia bersama Ustadz Abdullah Sungkar pada tahun 1999. Namun tak berselang lama, tepatnya pada tahun 2000 M, Ustadz Abdullah Sungkar wafat. Kemudian, Ustadz Abu Bakar Ba'asyir memutuskan kembali ke Ponpes Al Mukmin Ngruki meneruskan pendidikan dan dakwah untuk menegakkan cita-cita demi tegaknya syariat Islam di Indonesia.

Dalam rangka mengembangkan dakwah, Ustadz Abu Bakar Ba'asyir mengikuti kongres umat Islam yang digagas oleh beberpa aktivis dakwah di Yogyakarta, dimana pada kongres tersebut, umat Islam sepakat membuat sebuah wadah untuk kaum muslimin bersatu demi menegakkan kalimat Allah di bumi Indonesia, hingga terbentuklah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Hasil kongres memutuskan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir diangkat menjadi Amir Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) MMI atau juga di sebut sebagai Amir MMI.

Tahun 2003, beliau ditangkap lagi oleh pemerintahan Megawati karena dituduh terlibat kegiatan terorisme yang membuatnya di vonis 1,5 tahun walaupun tanpa bukti. Anehnya vonis itu di jatuhkan bukan karena keterlibatan dengan terorisme seperti yang selama ini di tuduhkan kepadanya. Arah tuduhan di persidangan berbelok dari urusan terorisme kepada tuduhan makar dan pemalsuan KTP, walau saksi-saksi di persidangan dari kalangan pejabat pemerintah daerah Sukoharjo sendiri menyatakan bahwa tidak ada kejanggalan apapun pada proses pembuatan KTP Ustadz Abu Bakar Ba’asyir.

Tahun 2004, setelah keluar dari pintu penjara Salemba, beliau langsung dicegat oleh polisi untuk dijebloskan kembali ke penjara. Lagi-lagi karena tuduhan yang sama. Dia dianggap terlibat kasus bom Hotel JW Marriot. Padahal, saat kejadian Bom Mariott berlangsung, beliau sendiri sedang mendekam di penjara Salemba sejak 1,5 tahun sebelumnya. Hingga pada saat pemerintahan SBY, Ustadz Abu Bakar Ba'asyir tetap harus tinggal di penjara hingga 30 bulan karena tekanan pihak asing hingga bulan Juni 2006. Baru Kemudian beliau merasakan kebebasan. Selanjutnya, aktivitas dakwahnya masih beliau lanjutkan dengan berkeliling ke seluruh Indonesia untuk mensosialisasikan penegakan Syariat Islam di Indonesia.

Kini, melalui wadah dakwah Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), yang dibentuknya sebagai konsekuensi adanya perbedaan pandangan prinsip dengan pengurus Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), beliau masih memperjuangkan cita-citanya untuk berjuang menegakkan syariat Islam hingga nyawa berpisah dari jasad.

Tak hanya kalangan ulama yang ia datangi, tak kurang dari pemukiman penduduk, perumahan, perkantoran, majelis-majelis taklim, masjid, musholla, pejabat, dan birokrat serta penjara ia datangi bersama aktivis Islam maupun yang elemen-elemen Islam. Presiden Indonesia (Megawati dan SBY) pun ia kirimi hadiah buku dan nasehat-nasehat yang tegas sesuai prinsip-prinsipnya dengan cara yang santun (baca buku Nasehat Untuk Penguasa).

Kesibukannya berdakwah selepas dari penjara hampir tidak menyisakan waktu di rumah untuk bercengkerama dengan keluarganya, anak-anak, serta cucunya selayaknya orang-orang tua yang telah menikmati masa pensiun, karena beliau tahu benar bahwa dunia dakwah tak memiliki masa pensiun. Kini, ia pun kembali ke penjara.

Mengutip perkataan Ibnu Taimiyah, ustadz Abu sering berpesan:

Apa yang bisa diperbuat musuh padaku ?! Taman dan kebun (surga)ku ada di dadaku Kemanapun ku pergi, ia selalu bersamaku Dan tiada pernah tinggalkan aku. Terpenjaraku adalah khalwat Pembunuhanku adalah mati syahid Terusirku dari negeriku adalah rekreasi

Sabarlah sang mujahid besar, generasi setelah pun pasti akan segera mengikuti langkahmu. (muslimdaily.net)

ALLAHU AKBAR !!!

Tidak Ada Pilihan Selain Melawan


Tidak ada pilihan selain kita harus melawan setiap ketidakadilan yang menimpa umat Islam. Kita adalah satu tubuh, saling menanggung rasa sakit saudaranya, ikut mengaduh dan menangisi setiap luka yang menimpa saudaranya seperti menangisi luka yang menimpa diri kita.

Dan kasus penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir adalah pelecehan terhadap Islam dan Ulama, tanpa sopan-santun polisi yang tidak punya perasaan menyeret orang yang sudah sepuh, apakah Ustadz Abu Bakar Ba'asyir lebih hina dari para koruptor, maling duit rakyat, penipu berkedok penegak hukum hingga perlakuan kepada beliau sungguh tidak manusiawi?.

Ayolah, kenapa kita masih diam melihat semua ini, kalian takut bila membela ulama akan menemui kematian, kalian takut bila kita melawan kemungkaran akan disiksa, apakah kalian lebih takut dengan penguasa dunia daripada Penguasa dunia dan akhirat?.

Kita harus bangkit, tidak membiarkan setiap penghinaan kepada Ulama dan Islam terus berlanjut, agar mereka juga tahu bahwa kita punya harga diri, bahwa kita juga sakit hati bila melihat ulama seperti Ustadz Abu Bakar Ba'asyir diperlakukan secara semena-mena. Mari kita buktikan kecintaan kita pada ulama dan Islam pada hari ini, biarlah raga kita luruh kebumi namun kita mati membawa kemuliaan dan menanggalkan kehinaan yang terus diberikan oleh musuh Allah itu.

Apakah belum cukup penghinaan mereka terhadap Islam dan ulama, hingga kita masih diam seribu bahasa, mengunci rumah dan berdandan sebagai banci. Membiarkan semua ini terjadi tanpa ada perlawanan, celakalah kita yang diberi beban untuk menyuarakan kebenaran dan menumpas kebathilan, kita masih main-main dengan janji kita kepada Allah, janji untuk menjual diri kita sampai titik darah penghabisan untuk membela Dien-Nya hingga syahid menjemput, masihkah kita diam dengan semua ini?. (muslimdaily.net)

Pengunjung Capai 70.000

Polri Monitoring Situs Freeabb.com


Jakarta - Pasca penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir, gelombang dukungan pembebasan dari umat Islam banyak terkonsentrasi melalui situs freeabb.com. Mabes Polri pun mengaku telah mengetahui adanya gerakan “Bebaskan Abu Bakar Ba'asyir (Free ABB)” di internet. Saat ini kemunculan gerakan itu terus dimonitoring Polri.

"Tentu kita ambil langkah-langkah dan monitor dan koordinasi untuk menyikapi apa yang masuk dan tertuang dalam media itu," kata Wakadivhumas Polri Kombes Untung Yoga Ana di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jaksel, Jumat (13/8/2010).

Menurut Yoga, Polri memang tidak bisa mengatur dan mengendalikan gerakan sosial seperti itu. Apalagi, gerakan itu muncul di dunia maya. "Memang kita tidak bisa mencegahnya," imbuhnya.

Gerakan meminta pembebasan Amir Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba'asyir muncul di internet. Melalui freeabb.com pendukung Ba'asyir menggalang kekuatan. Selain melalui situs freabb.com, muncul juga gerakan di facebook bernama Freedom and Support Ustadz Abu Bakar Ba'asyir (ABB).

Situs freeabb.com ini berisi tulisan-tulisan dari sejumlah mantan dan murid ABB di Ponpes Ngruki. Hingga tulisan ini dibuat, pengunjung situs ini, freeabb.com, sudah mencapai perharinya sudah mencapai 73.366 pengunjung.

Tidak kalah ramai juga Facebook Freedom and Support Ustadz Abu Bakar Ba’asyir (ABB) sudah mencapai 14.890 penggemar dan insyaALLAH akan terus meningkat.

Nasir Abbas: Bisa Memicu Kemarahan dan Pembalasan

Sementara itu menanggapi penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir dan adanya situs freeabb.com, mantan pimpinan Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abbas meyakini penahanan Amir Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba'asyir akan memunculkan aksi teror yang lain. Para pengikutnya dikhawatirkan akan memunculkan pembalasan.

"Saya melihat ini bisa memicu kemarahan, yang menganggap aparat sembarangan. Bisa saja mereka melakukan sikap pembalasan," kata Nasir, Jumat (13/8/2010).

Dia menilai, penahanan Ba'asyir juga tidak akan menyurutkan pergerakan kelompok-kelompok yang menjadikan Ba'asyir pemimpin. "Ini tidak akan membuat berhenti," imbuhnya.

Dia menjelaskan, pengganti Ba'asyir pun akan segera dicari. Sosoknya tentu yang kritis dan berani melawan pemerintah. "Kita lihat saja siapa yang paling keras bersuara antipemerintah. Dahulu Ba'asyir dijadikan panutan karena dia berani melawan Soeharto saat orde baru," terangnya.

Lalu bagaimana agar aksi kelompok ini bisa diredam, dirangkul agar tidak melakukan teror? "Tidak sulit kalau ada program yang rutin, ada perhatian meluruskan paham, dan diajak bicara. Mereka ini tidak anti hukum sekuler, mereka masih menggunakan hukum sekuler, misalnya masih menggunakan banding, menggunakan pengacara," tutupnya.

Semua Tuduhan Polisi Untuk Melemahkan Umat Islam

Sementara itu, tuduhan polisi bahwa Ustadz Abu Bakar Baasyir sebagai teroris hanya mengada-ada dan bagian dari skenario untuk melemahkan kelompok muslim yang memperjuangkan syariat Islam.

Demikian penilain tokoh Islam kharismatik Ustadz Hasyim Yahya dalam perbincangan, Jumat (13/8). “Itu sudah jelas (ada skenario besar itu),” ujar Ustadz Hasyim.

Dia merujuk pada negara-negara Barat yang menggunakan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai kendaraan untuk menindas kelompok Islam. Hasyim menengarai Barat tidak ingin tampilnya kelompok Islam di tampuk kepemimpinan.

Menurut Ustadz Hasyim, dari dulu Ustadz Abu Bakar Baasyir dikenal sangat konsisten dalam menyampaikan dakwah menyerukan agar kaum muslim kembali ke syariat Islam. Dia mengungkapkan, Ustadz Abu Bakar Baasyir yang dikenalnya sejak awal 1970-an itu sangat sederhana. Saat diundang berdakwah, mantan pemimpin Jemaah Islamiyah yang belakangan memimpin Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) itu pun bersedia tidur di atas tikar.

“Dari dulu kita bicara apa? Merobohkan negara ini? Tidak! Kita berbicara bagaimana menyebarkan Islam. Apakah itu salah?” tanya Ustadz Hasyim.

Menurut Hasyim, Ustadz Abu Bakar Baasyir dikenal ahli fiqih dan syariah (hukum Islam) sehingga dakwahnya tidak lepas dari materi tentang syariah Islam. “Memang beliau getol; memperjuangkan syariat Islam. Pertanyaannya, apakah salah jika orang Islam memperjuangkan Syariat Islam?” (voa-islam.com)