“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Maidah : 8)
Ketika Bibit Chandra dijebloskan kedalam sel, ribuan orang bereaksi keras atas peristiwa ini. Demo besar-besaran membela Bibit Chandra terjadi diseantero wilayah Indonesia. Tekanan terhadap pihak kepolisian yang melakukan penahanan terhadap Bibit Chandra demikian kuatnya. Semua orang membicarakan rekayasa yang dilakukan oleh Polisi terhadap Bibit dan Chandra.
Begitu pula dalam kasus Prita dan Nek Minah, media massa mengangkat berita tersebut sebagai contoh kasus bahwa aparat penegak hukum, baik Polisi, Jaksa maupun Hakim, telah bertindak tidak adil dan zholim dalam menangani kasus tersebut.
Akan tetapi ketika begitu aparat hukum berlaku yang sama terhadap orang-orang yang dituduh sebagai teroris. Media massa menjadi mandul tak berdaya. Ketika mereka yang dituduh teroris satu persatu ditembak mati tanpa ampun, mulai dari Dr. Azhari, Ibrahim, Soesilo, Syaifuddin Zuhri bin Jaelani, Muhammad Syahrir bin Jaelani, Air Setiawan, Eko Joko Sarjono, hingga Noordin M Top. Tanpa perlu proses hukum, mereka langsung dieksekusi mati.
Ratusan orang yang ditangkap dengan tuduhan yang direkayasa dan dipaksakan, sebagaimana yang dialami oleh Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, Ustad Abu Jibril, Muhammad Jibril dan yang lainnya terus terjadi dan justru menjadikan Polisi sebagai salah satu institusi yang paling berprestasi dan membuat harum nama Kepolisian.
Sikap dan dukungan media massa dan masyarakat awam sangat berbeda dalam merespon kasus-kasus yang bernuansa ketimpangan hukum semata dengan kasus-kasus yang bernuansa teorisme. Dalam kasus-kasus yang menyangkut persoalan ketimpangan hukum, media massa begitu menggebu-gebu memberitakan dan memberikan dukungan terhadap orang-orang yang dizholimi tersebut. Jargon penegakkan hukum yang tidak adil menggema diseantero bumi.
Akan tetapi, media massa dan masyarakat awam bungkam seribu bahasa ketika yang mengalami ketidak-adilan tersebut adalah orang-orang yang dituduh sebagai teroris. Bahkan media massa dan masyarakat awam, justru membenarkan dan bersorak gembira ketika orang-orang yang dituduh teroris tersebut satu persatu tersungkur tertembus timah panas. Berbagai komentar yang menyanjung aparat hukum dilontarkan media massa dan masyarakat awam, mereka beramai-ramai memberikan dukungan kepada Kepolisian dengan mengacungkan jempol dan pembunuhan keji tersebut dianggap prestasi luar biasa. Tindakan sewenang-wenang aparat kepolisian justru dianggap sebagai prestasi oleh media massa dan masyarakat.
Prestasi Polisi dalam memberantas “terorisme” ini diwujudkan oleh institusi kepolisian dengan memberikan posisi jabatan strategis dan kenaikan pangkat yang cepat bagi personil-personil yang terlibat dalam “perang terhadap terorisme”.
Inilah cerminan masyarakat yang terjajah secara pemikiran. Mereka bereaksi keras hanya pada kasus-kasus yang secara emosional menguras perasaan. Ini cermin dari masyarakat sinetron, yang bersikap atas dasar emosi sesaat dan posisi protagonis sang aktor.
Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala berkehendak lain. Yang tadinya disanjung-sanjung serta dipuji dan dipuja oleh sebagian besar orang, justru kemudian menjadi sebuah bahan cemooh dan kapiran. Apa yang selama ini dianggap prestasi, justru kemudia terbuka dimata semua orang cara kerja yang penuh dengan rekayasa. Hilang sudah puja dan puji.
Sikap aparat hukum, media massa maupun masyarakat awam yang satu barisan dalam menghadapi para mujahidin, lebih didasarkan pada kebencian yang mendalam terhadap pejuang-pejuang Islam tersebut. Mereka telah menggunakan isu terorisme untuk memfitnah para mujahidin untuk membangkitkan kebencian masyarakat luas kepada agama Allah.
Kebencian yang mendalam terhadap Islam dari golongan musyrikin, kafirin dan munafiqin yang ada ditengah-tengah umat Islam inilah yang menyebabkan mereka bersikap tidak adil.
Namun makar mereka ini dibalas oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya dalam waktu sekejap. (suaraislam)