"Tak perlu ada reshuffle kabinet, sebab hanya ada satu jalan untuk mengakhiri kegagalan pemerintah SBY-Boediono, yakni dengan revolusi rakyat"
DI mata budayawan Ridwan Saidi, dalam 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II, tak ada satupun program kerja yang terealisasi. SBY dan para menterinya hanya sibuk menghadapi persoalan-persoalan yang ditimbulkan oleh mereka sendiri, seperti kasus Bank Century, Chandra-Bibit, dan soal Susno Duadji. “Tidak ada Keppres-Keppres di bidang pembangunan yang dia bikin, tidak ada juga aturan tentang bagaimana memperbaiki birokrasi. Yang dia janjikan ada 45 butir program, tapi tak satu pun program yang terlaksana dalam 100 hari ini,” ujar Ridwan Saidi kepada Sri Widodo dari Indonesia Monitor, Selasa (21/1). Berikut ini petikan wawancara dengan penulis buku Bencana Bersama SBY itu.
Jadi, menurut Anda, pemerintah SBY-Boediono gagal?
Kalau sekali sudah gagal, saya rasa seterusnya akan gagal. Jadi membiarkan dia, berarti memperpanjang kegagalan saja.
Tapi kan ada usaha pemerintah untuk memperbaiki keadaan, misalnya terbongkarnya sel mewah di LP Pondok Bambu?
Itu soal kecil. Kasus seperti itu sudah terjadi sejak lama. Tidak ada yang baru. Kita jangan dialihkan oleh berita ecek-ecek seperti itu. Yang diurus cuma kepala lapas, itu soal kecil. Itu hanya pengalihan perhatian.
Mengalihkan perhatian?
Ya, mengalihkan. Tapi itu tidak bisa mengalihkan perhatian rakyat pada persoalan Bank Century dan siapa sebenarnya yang membunuh Nasruddin.
Apa benang merahnya jika kasus ini diindikasikan sebagai usaha untuk mengalihkan isu?
Mengapa tiba-tiba SBY membentuk Satgas Markus? Dan Satgas Markus tahu-tahu mengurusi penjara. Padahal mereka seharusnya yang pertama kali beroperasi dalam sistem peradilan, bukan dalam penjara. Sel mewah terbongkar bersamaan dengan kasus Century yang sedang gencar-gencarnya memanggil mereka yang terlibat. Itu pengalihan saja.
Upaya pengalihan tampaknya berhasil?
Tidak mungkin. Itu tidak akan menjadi isu orang banyak. Itu hanya terbatas hanya pada soal tahanan, bukan menyangkut seluruh rakyat Indonesia. Sebentar lagi juga reda. Itu upaya pengalihan yang sia-sia belaka.
Tapi, Pansus DPR sepertinya juga kurang bisa diharapkan, seperti kemarin mereka kelihatan tak berdaya saat menghadapi Sri Mulyani?
Ya, karena pansus ilmunya kurang, akhirnya tidak dapat menghasilkan apa-apa. DPR kalau maki-maki jago sekali.
Kasus Century diprediksi akan menemui jalan buntu dan akhirnya menghilang begitu saja?
Tidak akan. Memang, kasus Bank Century tidak akan bisa diselesaikan oleh Pansus DPR, tapi akan diselesaikan di jalanan.
Maksud Anda?
Revolusi. Revolusi akan menyelesaikan Bank Century dan sebagainya.
Bukankah masyarakat masih menaruh harapan banyak terhadap SBY-Boediono?
Oh, itu kata Denny JA (peneliti LSI). Padahal, banyak orang menyesal memilih SBY. SBY sudah habis di mata rakyat. Sudah banyak orang yang mengatakan SBY tidak benar. Banyak rakyat yang ingin melakukan perlawanan. Maka SBY perlu diganti, cuma susah cara mengorganisasinya. Kita perlu kesabaran.
Apakah perlu dukungan militer untuk melakukan perlawanan?
Terserah militer mau mendukung atau tidak. Kita tidak mau mengatur mereka. Yang jelas Februari kita akan melakukan aksi.
Sebenarnya seberapa parah program kerja pemerintah?
Programnya nggak ada yang nyata. Yang nyata justru program menyengsarakan rakyat, seperti menyengsarakan industri batik Indonesia dengan kesepakatan perdagangan bebas dengan Cina. Jadi, yang dilakukan SBY untuk mensejahterakan rakyat Indonesia sama sekali tidak ada.
Apakah Menteri Perdagangan Mari Pangestu perlu diselidiki?
Tak usah selidiki, buang-buang waktu, capek kita. Sudahlah, jatuhin saja ini pemerintah dengan revolusi.
Kan masih ada cara dengan reshuffle?
Tidak usah, itu angan-angan Buyung Nasution (Wantipres) saja. Sudahlah revolusi saja.
Caranya bagaimana?
Tidak usah pakai cara, revolusi itu jalan dengan sendirinya. Kalau rakyat menghendaki, maka terjadilah. Tidak benar itu revolusi memakai panitia.
Tapi revolusi sebelumnya selalu gagal?
Yang ini tidak gagal. Yang gagal itu revolusinya Sri Bintang yang mengatakan harus ada perubahan sebelum ayam berkokok. Sri Bintang tidak salah, cuma ayamnya saja yang tidak kukuruyuk. Kalau ini revolusi rakyat, tidak ada urusannya dengan Sri Bintang, Hendri Saparini (ekonom), atau Permadi. Ini urusan rakyat.
Kapan deadline-nya?
Masih panjanglah. Tapi Februari kita akan melakukan aksi
Kalau masih panjang, keburu selesai dong pemerintahan SBY?
Oh, tidak mungkin selesai dia. Dia pengkor duluan. Pengkor itu kagak bisa jalan.
Kubu SBY sesumbar masih didukung 63 persen rakyat Indonesia...
Itu kan dulu, zaman pilpres, bukan sekarang. Jangan angka itu dipanggul-panggul sampai sekarang. Sekarang mereka sudah menarik dukungan. Dukungan ke SBY sudah mulai habis.
Jadi kapan revolusinya?
Revolusi adalah ukuran rakyat, bukan urusan Ridwan Saidi. Suatu hari Anda bangun tidur sudah ada presiden baru. Maka tidur saja yang pulas sejak sekarang. ■