Cipanas - Para demonstran sudah kehabisan akal untuk menyampaikan aspirasi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Setelah berbagai cara di tempuh, mereka berdemo dengan bahasa binatang kerbau. Tepat pada hari ke-100 pemerintahan SBY-Boediono, 28 Januari 2010 lalu, para pendemo membawa kerbau di Bundaran Jakarta.
Kerbau yang ikut berdemo itu telah di make-up sedemikian rupa. Badan yang hitam diberi tulisan “Si BuaYa” sebagai inisial namanya. Di bagian bokongnya ditempeli gambar kartun pria berpeci dan berbaju biru mirip Presiden SBY, dengan tulisan “turun!”
Kerbau tersebut berjalan bersama dua orang pendemo yang berdandan serba putih, dengan memakai celana pendek. Sementara kerbau yang terlihat “bingung”, hanya diam, tak tahu kenapa dia diarak di tengah ribuan manusia. Juga tak tahu kenapa ia diberi nama SBY (SiBuYa).
Rupanya, aksi kerbau berinisial SBY itu memancing Presiden SBY untuk berkomentar. Pada saat memberikan pengantar pada pembukaan rapat kerja pemerintah dengan seluruh menteri dan para gubernur se-Indonesia di Istana Kepresidenan di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, Selasa (2/2/2010) pagi, Presiden SBY minta agar demo dilakukan dengan mengindahkan norma-norma kepantasan. Presiden juga menginstruksikan agar persoalan ini dibahas bersama agar mendapatkan jalan keluar yang terbaik.
"Tolong dibahas dan diberi masukan, apakah unjuk rasa beberapa hari lalu di negara Pancasila, yang konon memiliki budaya, nilai dan peradaban yang baik, apakah harus seperti itu?. Tanpa mengganggu demokrasi itu sendiri, kebebasan dan ekspresi dan sebagainya," tanya Presiden.
Menurut Presiden SBY, pembahasan soal itu dilakukan agar semua pihak dapat menyelamatkan demokrasi, budaya, dan peradaban di Indonesia. Sebab, dunia menyaksikan aksi tersebut dengan teknologi yang canggih.
"Pembahasan itu bukan untuk memasung demokrasi. Demokrasi itu bagian dari reformasi kita, cita-cita kita. Namun, buatlah demokrasi yang bermartabat, demokrasi yang tertib dan mendorong kebersamaan dan kesatuan kita," lanjut Presiden yang mengenakan baju safari warna gelap.
Presiden kemudian memberikan contoh, "Saya memahami, akan tetapi banyak orang yang memberikan masukan yang menggelitik, Pak SBY apa ya cocok dengan loudspeaker yang keras lalu berteriak-teriak SBY maling, Boediono maling, dan menteri maling, dan tidak bisa diapa-apakan."
Lalu ditambahkan lagi oleh Presiden, "Ada yang bawa kerbau, 'SBY badannya besar, malas dan bodoh seperti kerbau'. Apa itu ekspresi kebebasan dan demokrasi?. Juga foto diinjak-injak dan dibakar di mana-mana dan di daerah," ungkap Presiden lagi.
...Ada yang bawa kerbau, “SBY badannya besar, malas dan bodoh seperti kerbau”. Apa itu ekspresi kebebasan dan demokrasi?" ungkap Presiden SBY...
Selain menteri dan gubernur, pertemuan itu juga dihadiri oleh staf khusus dan sebagian Dewan Pertimbangan Presiden, pimpinan LPND, seperti Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Muladi, Kapolri, Panglima TNI, dan Jaksa Agung, serta pejabat pelaksana tugas pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Tumpak Haturongan Panggabean, dan penjabat gubernur Bank Indonesia (BI), Deputi Gubernur Senior BI Darmin Nasution.
Jika tidak merasa (gendut dan lamban), Presiden SBY jangan tersinggung
Meski aksi demonstrasi unik kerbau ”SBY” yang dilakukan oleh Yosep Rizal telah menjadi buah bibir secara nasional, sampai-sampai Presiden SBY sampai membahasnya dalam rapat kerja di istana Cipanas, namun Yosep mengaku jika aksi yang ia lakukan pada tanggal 28 Januari lalu tidak dimaksudkan untuk mengumpamakan seseorang dengan kerbau tersebut.
"Itukan maknanya banyak. Terserah orang mau menyimpulkan apa, yang jelas itu SBY sendiri yang meyimpulkan kalau dia gendut dan lambat," ujar Yosep Rizal santai di Jakarta, Rabu (3/2/2010).
Menurut Yosep, tidak seharusnya SBY menanggapi serius aksi yang ia lakukan pada perayaan 100 hari pemerintahan kabinet SBY tersebut. "Kalau dia tidak merasa (gendut dan lamban) jangan tersinggung dong," jelas Yosep.
...Kalau dia tidak merasa (gendut dan lamban) jangan tersinggung dong, jelas Yosep...
Meski Presiden SBY telah menyinggung demo sang kerbau ‘SBY’, namun para demonstran bertekad ingin mengadakan demo kerbau ‘SBY” lanjutan. Pada hari yang sama, para aktivis yang tergabung dalam gerakan Pemuda Cinta Tanah Air menyebarkan SMS undangan untuk mengadakan demo kerbau ’SBY’ jilid dua, berikut isi undangannya:
”'AYO DATANG & DUKUNG !!!: Demo Kerbau jilid 2 SileBaY, KEBO CENGENG ! Rabu 3 Februari 2009 pukul 11 wib di Bundaran HI Jl. MH Thamrin JakPus. - aktor tunggal: Yosep Rizal, Pemuda Cinta Tanah Air.'”
Yosep menjelaskan, aksi itu akan dilakukan dengan mengarak kerbau 'SBY' dengan mobil bak terbuka. Kerbau jilid dua ini akan diberi nama kerbau ”Si leBaY.” Yosep mengaku tidak pernah takut atau khawatir jika aksinya nanti akan mendapat hadangan dari pihak kepolisian. "Kalau dilarang itu berarti pemerintah sudah melarang hak warga untuk berekspresi," kata Yosep.
Rupanya, rencana demo kerbau 'SBY' jilid dua itu tidak semulus demo pertama. Aparat kepolisian berupaya menggagalkannya dengan menahan sang kerbau ”Si leBaY” di Kalimalang Jakarta Timur, saat dalam perjalanan dari Bekasi ke Jakarta. Aparat kepolisian mencegat 'Si Lebay' bersama sejumlah orang saat sedang diangkut memakai mobil pick up. Kerbau itu tidak diperbolehkan ikut demo dengan alasan mengganggu ketertiban umum. Meski tanpa kerbau ‘SBY,’ Yosep tetap menggelar demo di Bundaran HI.
"Teman-teman dari Bekasi, yang bertugas membawa kerbau, ditahan polisi dari Polda di Jalan Kalimalang. Katanya tidak boleh masuk ke Jakarta untuk demo karena mengganggu ketertiban umum," ujar Yosep Rizal saat menggelar demo di Bundaran HI, Rabu (3/2/2010).
Yosep lalu mengeluhkan tingkah polisi yang melarang kerbau itu masuk Jakarta. "Padahal tanggal 28 Januari lalu, kerbau itu aman-aman saja masuk Jakarta," keluh Yosep.
...Menurut Yosep, kerbau itu hanya sebagai simbol saja, bisa dimaknai apa saja. Maka aneh jika Presiden SBY memaknai kerbau itu untuk dirinya...
Menurut Yosep, kerbau itu hanya sebagai simbol saja, dan bisa dimaknai apa saja. Maka aneh jika Presiden SBY memaknai kerbau itu untuk dirinya.
"Lucunya SBY memaknai kerbau sebagai dirinya yang gendut, lamban dan bodoh," tutur Yosep.
Presiden SBY terlalu reaksioner hadapi demo Kerbau "SBY"
Curhat Presiden SBY soal dirinya disamakan dengan kerbau dalam demo 28 Januari dinilai terlalu reaksioner dalam menghadapi kritikan yang diarahkan kepadanya. Cara komunikasi seperti ini kontraproduktif bagi seorang presiden.
"Secara komunikasi politik ini kurang baik. Seorang presiden yang terlalu banyak curhat sesuatu yang tidak substantif menjadi kontraproduktif karena masyarakat bisa menganggap SBY lebay (berlebihan-red)," ujar pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanudin Muhtadi dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (3/2/2010).
Dia menilai apa yang dilakukan SBY dengan mengeluhkan kerbau itu bagian dari politik melankolis yang mencoba mengail simpati masyarakat sebagai figur yang selalu dipojokkan. Politik melankolis memang tidak salah sama sekali. Masalahnya, kalau terlalu overdosis malah akan jadi bumerang dan bisa menimbulkan kemuakan masyarakat.
"Seperti soal ancaman pembunuhan dirinya pada kasus terorisme, soal kekhawatiran demo hari antikorupsi 9 Desember, dan terakhir pada demo 28 Januari. Saya khawatir bukan rasa iba yang didapat tapi malah muncul sinisme," katanya.
...SBY semestinya lebih fokus pada substansi kritikan dan bukannya pada pernak-pernik kritikan yang dialamatkan kepadanya...
SBY diminta tidak terlalu sering curhat soal kritikan yang dialamatkan kepadanya. SBY semestinya lebih fokus pada substansi kritikan dan bukannya pada pernak-pernik kritikan yang dialamatkan kepadanya.
"Fokus saja pada substansi, jangan pernak-perniknya," pungkasnya.
Suka Curhat, Wibawa Presiden SBY Merosot
Tindakan Presiden SBY yang suka menumpahkan unek-uneknya bisa mengakibatkan kewibawaannya merosot. Pemimpin seharusnya tegar dan tidak mengumbar cerita ke publik.
"Kalau satu sampai dua kali curhat, nggak apa-apa. Tetapi, kalau seringkali curhat, kita menganggapnya beda. Kalau SBY mungkin maksudnya untuk kampanye mencari simpati. Tetapi, bagi kita ini malah mengurangi kewibawaan. Mungkin beda kalau dia orang lemah. Tetapi dia kan penguasa," kata anggota Komisi III DPR Desmond J Mahesa di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (3/2/2010).
Menurut Desmond, penguasa seharusnya menunjukkan kepemimpinan dan ketegasan. "Persepsi saya, pemimpin harus orang yang tegar, tidak cerita ke publik, tidak berkeluh kesah," ujar dia.
Desmond menilai tindakan SBY menunjukkan fenomena kepemimpinan yang lemah. "Fenomena ini harusnya menjadi pikiran buat rakyat, ini nggak siap jadi pimpinan. Harusnya pemimpin mengayomi. Kalau pemimpin keluh kesah apalagi kita sebagai rakyat," papar politisi Gerindra ini.
Seluruh anak bangsa perlu bersikap arif. Demo dengan cara ’binatangisme’ memang tidak bagus, karena Indonesia adalah negeri berbudaya. Jika demo kerbau ’SBY’ itu dimaksudkan menyamakan Presiden SBY dengan simbol Kerbau ’SBY,” maka itu jauh dari akhlak manusiawi.
Presiden SBY jangan menafsirkan demo kerbau 'SBY' sebagai simbol untuk dirinya, jika pendemo itu tidak bermaksud demikian. Jawablah kritikan itu dengan bukti nyata yang konkret. Buktikan bahwa simbolisasi kerbau, gemuk, malas, lebay, buaya, dan maling itu tidak ada pada dirinya. Karena rakyat tak butuh curhat dan polemik. Rakyat sedang menunggu kinerja yang lebih cepat dan lebih baik. (voa-islam.com)
*****
"Kerbau SBY" Dijegal di Perbatasan Jakarta
Jakarta - Massa dari Pemuda Cinta Tanah Air (PECAT) berencana akan menggelar aksi teatrikal dengan seekor kerbau di Bundaran HI, Jakarta, Rabu (3/1). Namun, kerbau yang sempat membuat Presiden Yudhoyono tersinggung itu, ternyata tidak bisa dihadirkan karena di jegal pihak kepolisian di perbatasan Jakarta.
Menurut koordinator aksi PECAT Yosep Rizal, kerbau yang didatangkan dari wilayah Bekasi Jawa Barat dijegal polisi di perbatasan Jakarta dan Jawa Barat, daerah Pangkalan Jati, karena dianggap mengganggu ketertiban umum. "Saya sudah telpon teman saya yang bawa kerbau itu, katanya dijegal sama aparat kepolisian di daerah Kalimalang, dekat lampu merah yang ada tamannya (Pangkalan Jati)," kata Yosep Rizal di Bundaran HI, Jakarta, Rabu (3/2).
Yosep yang biasa bekerja sebagai penulis lepas ini mengaku sangat kecewa dengan tindakan kepolisian. "Kami tidak mengerti alasannya, katanya mengganggu ketertiban umum. Pelarangan kerbau itu mengekang ekspresi masyarakat. Kami sangat kecewa," ungkapnya.
Ia mengaku deg-degan jika benar kerbau tersebut disita polisi, karena ia harus mengganti harga satu ekor kerbau sekitar Rp 15 juta. "Dari mana saya punya uang sebanyak itu. Itu kan kerbau teman," ungkapnya.
Kerbau yang saat itu dibawa ke HI pada aksi 28 Januari berasal dari Pejagalan Jakarta Timur. Namun, Yosep juga mendapat kabar kerbau tersebut tidak bisa digunakan, karena dijegal polisi. Untuk itu, ia mengambil kerbau dari temannya di Bekasi dengan hanya membayar uang transport saja. "Cuma ganti uang transport, sekitar Rp 200 ribuan," katanya.
Karena tidak bisa menghadirkan kerbau, Yosep dan teman-temannya tidak kehilangan akal. Mereka pun langsung menggelar aksi teatrikal dengan menyapu beberapa selebaran bergambar foto Presiden. Bahkan, massa sempat membakar selebaran tersebut. "Ini adalah simbol bahwa pemerintahan ini sudah kotor, makanya harus dibersihkan dengan sapu. Jika tidak, maka pemerintahan seperti ini justru membuat penderitaan rakyat semakin bertambah," teriak Yosep.
Kok Presiden Cengeng
Pada peringatan 100 Hari Pemerintahan SBY-Boediono 28 Januari lalu, Yosef juga menghadirkan kerbau di tempat yang sama. Aksi kerbau itu lah yang membuat Presiden Yudhoyono tersinggung, karena dianggap sebagai bentuk demokrasi yang kebablasan.
Yosep membantah bahwa kerbau yang dihadirkan pada aksi 28 Januari yang merupakan simbol binatang gemuk, malas, lamban dan bodoh itu ditujukan langsung kepada Presiden. Menurutnya, simbol kerbau itu ditujukan kepada seluruh jajaran pemerintahan Yudhoyono.
Bagi Yosep, jika Presiden memaknai pesan dari simbol seekor kerbau itu adalah pemimpin gemuk, yang malas dan bodoh, itu adalah hak Presiden. "Kerbau itu adalah simbol yang punya seribu makna, terserah orang memaknainya. Kalau SBY memaknai sebagai simbol pemimpin yang gemuk, malas, lamban meski sudah dipecut, itu terserah dia," ujarnya.
Pernyataan Presiden di Cipanas Selasa (2/2) kemarin terlihat sekali dia tersinggung. Bagi Yosep, itu adalah bagian dari tak-tik belaka. "Itu bagian dari politik kehumasan dan strategi dia. Karena dia kan selalu mengeluh untuk pencitraan," ujar Yosep.
Menurutnya, taktik Presiden seperti itu memang sering digunakan dalam setiap pidatonya. Yosep mengaku aneh, kenapa Presiden kok menampilkan sikap cengeng kepada rakyatnya. "Pernyataan SBY kemarin berarti dia pemimpin yang cengeng. Dia mengeluh kepada rakyatnya. Seharusnya 'kan rakyat yang mengeluh ke pemimpinnya," gerutunya. (sripoku.com)