“Termasuk tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu dan tetapnya kebodohan”. [Shahih Al-Bukhari, Kitaabul-’Ilmi, Baab Raf’il-’Ilmi wa Qabdlihi wa Dhuhuuril-Jahli:1/178 – bersama Fathul-Baari; dan Shahih Muslim, Kitaabul-’Ilmi, Baab Raf’il-’Ilmi wa Qabdlihi wa Dhuhuuril-Jahli wal-Fitan fii Aakhiriz-Zamaan:16/222 – bersama Syarh An-Nawawi].
“Sesungguhnya menjelang hari kiamat kelak, akan ada hari-hari yang diturunkanya kebodohan dan diangkatnya ilmu”. [Shahih Al-Bukhari, Kitaabul-Fitan, Baab Dhuhuuril-Fitan:13/13 – bersama Fathul-Baari].
“Telah semakin dekat zaman dimana akan di angkat ilmu, fitnah merajalela, penyakit kikir akan dijatuhkan (dalam hati manusia), dan banyaknya “Harj” (pembunuhan)”. [Shahih Muslim, Kitaabul-’Ilmi, Baab Raf’il-’Ilmi:16/222-223 – bersama Syarh An-Nawawi].
Berkata Ibnu Baththaal rahimahullah : “Seluruh tanda-tanda tentang hari kiamat yang terdapat dalam hadits ini telah kita lihat. Sungguh, ilmu telah berkurang, kebodohan merajalela, sifat kikir telah dijatuhkan/dijangkitkan dalam hati (manusia), fitnah telah tersebar, dan pembunuhan banyak terjadi”. [Fathul-Baari:13/16].
Ibnu Hajar rahimahullah mengomentari hal itu dengan berkata : “Yang nampak, tanda-tanda hari kiamat yang disaksikannya itu memang sudah banyak terjadi, bersamaan dengan adanya realitas yang sebaliknya. Dan yang dimaksud oleh hadits adalah dominannya hal-hal tersebut sehingga tidak tersisa hal yang tidak seperti itu melainkan sedikit. Inilah yang diisyaratkan oleh hadits dengan ungkapan : “diangkatnya ilmu”; tidaklah tinggal/tersisa kecuali hanyalah kebodohan. Namun hal itu tidaklah menghalangi untuk tetap adanya sekelompok ahli ilmu (ulama) di tengah umat, karena pada waktu itu mereka tertutup oleh dominasi masyarakat yang bodoh akan ilmu agama”. [Fathul-Baari:13/16].
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari manusia. Namun Allah akan mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Hingga ketika tidak tersisa lagi seorang berilmu (di tengah mereka), manusia mengangkat para pemimpin yang jahil. Mereka ditanya, dan mereka pun berfatwa tanpa ilmu. Hingga akhirnya mereka sesat dan menyesatkan (orang lain)”. [Shahih Al-Bukhariy, Kitaabul-’Ilmi, Baab Kaifa Yaqbidlul-’Ilm:1/194 – bersama Fathul-Barii, dan Shahih Muslim, Kitaabul-’Ilmi, Baab Raf’il-’Ilmi wa Qabdlihi wa Dhuhuuril-Jahli wal-Fitan:16/223-224 – bersama Syarh An-Nawawiy].
Berkata Al-Imam Muarrikh (ahli sejarah) Islam Adz-Dzahabi: “Tidaklah mereka diberikan ilmu melainkan sedikit. Adapun hari ini, tidaklah tersisa dari ilmu-ilmu yang sedikit tersebut melainkan lebih sedikit lagi di tangan orang-orang yang jumlahnya sedikit pula. Dan betapa sedikit lagi orang-orang yang beramal dengan ilmu mereka yang sedikit itu. Hasbunallaah, wa ni’mal-wakiil (Semoga Allah mencukupkan kita, dan Dia-lah sebaik-baik Pengurus)”. [Tadzkiratul-Huffadh:3/1031].
“Sungguh Al-Qur’an akan dicabut dari kalian, yaitu ia akan diterbangkan pada suatu malam, hingga ia lenyap dari hati manusia dan tidak ada lagi yang tersisa di muka bumi sedikitpun”. Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy, rijalnya adalah rijal Ash-Shahiih selain dari Syaddaad bin Ma’qil. Ia adalah tsiqah [Majma’uz-Zawaaid:7/329-330].