09 February 2010

Operasi Zionis Israel Di Indonesia

Ada Zionis di Telkomsel


Kantor Dagang Israel Belum secara resmi dibuka, namun perusahaan-perusahaan Israel sudah dengan bebasnya beroperasi di Indonesia. Di Nusa Tenggara Timur sejak Maret 2008, Grup Merhav, sebuah kelompok usaha swasta asal Israel, mengumumkan akan menanamkan investasi pada pengembangan bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel dengan perusahaan budi daya tanaman jarak pagar (Jatropha curcas). Kelompok perusahaan Israel menanamkan investasi di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Modalnya tak tanggung-tanggung. Rp 6 trilyun rupiah atau sekitar US$ 700 juta.

PT Manhattan Capital yang berbasis di Jakarta merupakan investor nasional yang bermitra dengan Merhavv Group Israel dalam pengembangan sumber daya energi biodiesel seperti jatropa beserta infrastruktur pendukungnya di sejumlah daerah di Indonesia.

Di sektor energi perusahaan yang dimiliki kaum zionis dengan nama ORMAT bekerja sama dengan Medco, perusahaan milik Arifin Panigoro, menggarap energi panas bumi (geothermal) senilai US $ 200 juta.

Begitu juga dalam pameran dagang tahun 2008 yang lalu, mereka melakukan pameran dagang di Kemayoran dengan nama perusahaan.

Kabar terkini mengenai operasi perusahaan Zionis Israel ini adalah, mereka sedang mempersiapkan diri untuk ikut terlibat dalam penyelenggaraan perangkat teknologi informasi, billing system dan WiMax melalui perusahaan yang bernama AMDOCS.

Dalam Company Profile AMDOCS tertulis secara jelas beberapa nama pelaku bisnis Israel, antara lain : Zohar Zisapel sebagai Director and Chairman of Technology and Innovation Committee AMDOCS adalah mantan dari Kepala Bidang Riset dan Pengembangan Tehnologi Elektronic Kementrian Pertahanan Zionis Israel pada periode 1978~1982 dan sebagai Chairman of The Israel Assiciation of Electronic Indrustries pada periode 1998 – 2001. Nehemia Lemelbaum sebagai salah satu Director AMDOCS adalah mantan pegawai Kementerian Komunikasi Israel periode 1967 – 1976.

Dr.Giora Yaron sebagai salah satu Director AMDOCS adalah juga sebagai Kepala Bidang Riset Tehnologi Universitas Hebrew di Yerusalem sejak tahun 2004. Ayal Shiran sebagai Senior Vice President and Head of Customer Business Group AMDOCS adalah mantan pekerja di Israel Air Force.

Yang menjadi masalah adalah bahwa sektor telekomunikasi ini adalah salah satu sektor strategis yang terkait dengan kepentingan publik dan keamanan. Lagi pula sebagai sebuah entitas negara yang mendukung perjuangan bangsa Palestina, tidak sepatutnya Pemerintah dan sektor swasta Indonesia memberi kesempatan kepada Penjajah seperti Israel untuk melakukan hubungan dalam bentuk apapun. Hal ini merupakan wujud dari solidaritas kepada penderitaan bangsa Palestina.

Salah satu respon yang cukup keras terhadap keterlibatan perusahaan AMDOCS tersebut datang dari Front Pembela Islam. Sebagai ormas Islam yang istiqomah memperjuangkan kepentingan dunia Islam, FPI telah mengirimkan surat kepada Menkominfo agar membatalkan keterlibatan perusahaan Zionis Israel dalam penyelenggaraan komunikasi di Indonesia.

Selain itu juga FPI mengecam keras PT Telkomsel yang telah dengan sengaja mengizinkan perusahaan Zionis Israel atau pun afiliasinya ikut dalam tender pengadaaan perangkat lunak billing system dan tekhnologi WiMax. Serta menuntut PT Telkomsel agar segera membatalkan segala bentuk kerjasama dan keikut-sertaan perusahaan Zionis Israel mau pun afiliasinya dalam penyelenggaraan sistem komunikasi dan informasi di Indonesia, termasuk dalam tender apa pun yang digelar PT Telkomsel.

Ketua FPI Habib Rizieq Syihab menyatakan bahwa “FPI tidak akan pernah ragu atau pun segan untuk mengambil tindakan tegas untuk mencegah dan menghentikan segala upaya pengikut-sertaan Zionis Israel dalam penyelenggaraan sistem komunikasi dan informasi di Indonesia”.

Bisnis di sektor telekomunikasi ini merupakan salah satu bisnis andalan dan target bagi berbagai perusahaan penyedia jasa informasi dan telekomunikasi Israel.ini dapat dilihat dari berbagai tulisan dan artikel yang ada di situs resmi kedutaan Israel di Singapore maupun berbagai “perusahaan” penghubung antara Israel dan Indonesia. Jangan lupa M.S Hidayat. Menteri Perindustrian saat ini, pada waktu menjabat Ketua Kadin adalah salah satu yang menandatangani kerjasama dagang dengan Israel.

Seorang dokter bedah Indonesia yang sering bepergian ke medan konflik di seluruh dunia seperti Afghanistan, Irak, Lebanon, Palestina, Somalia, dan lain-lain mengungkapkan banyak peralatan ICU yang ada di rumah-rumah sakit besar di negeri ini dibeli dari Israel. Dalam kaitan itu, lanjutnya, pemerintah Indonesia telah mengirimkan tenaga-tenaga medis Indonesia ke sana untuk pelatihan ICU (Intensive Care Unit). Menurutnya, seperti dikutip eramuslim, rumah-rumah sakit besar yang ada di Indonesia, terutama di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, sudah lazim mengirim tenaga-tenaga medisnya untuk mendapat pelatihan ICU di Israel.

Selain dunia medis, menurut data yang didapatkan Suara Islam, TNI juga telah melakukan pembelian sejumlah senjata api jenis senapan sniper seperti Galil-Galatz keluaran Israeli Military Industries (IMI) beberapa tahun lalu. Kasus ini pernah mengemuka dan menjadi perdebatan publik beberapa waktu lalu namun isunya menguap begitu saja seiring berjalannya waktu.

Bahkan, menurut Jenderal (Pur) Soemitro dalam memoarnya berjudul, ”Soemitro dari Pangdam Mulawarman sampai Pangkopkaptib,” menegaskan hubungan yang harmonis antara intelijen Israel, Mossad, dan TNI.

Ia menulis: ”David, Raviv, dan Yosi Melman dalam buku mereka Every Spy Prince menulis bahwa Indonesia pernah mengadakan hubungan dengan Mossad. Katanya, Mossad mengirimkan utusan, satu tim dari posnya di Singapura ke Jakarta lalu mengadakan pembicaraan yang berbuah: Pihak Israel menyelenggarakan latihan buat tentara Indonesia dan intelijennya.

Mossad, katanya, telah menganggap pilihan yang bagus, dan intelijen Israel membuka perwakilan-nya di Jakarta dengan ‘berwajah dagang’. Indonesia mengirimkan tenaganya ke Israel untuk mendapatkan pelatihan di sana. Saya sendiri tidak pernah punya hubungan langsung dengan pihak Israel, tidak pernah. Paling-paling, saya ingat, saya pernah datang ke Jalan Tosari (kalau tidak salah) memenuhi undangan mata rantai Israel yang ada di Jakarta.

Yang saya benarkan waktu itu mengadakan hubungan dengan Israel, dan itu sehubungan dengan penumpasan PKI, adalah intelijen kita. Dalam hal ini Pak Sutopo Yuwono, Pak Kharis Suhud, dan Nicklany. Tiga orang ini yang saya izinkan. Kami mengadakan hubungan dengan Mossad dan dengan MI-6 (Inggris). Kedua-duanya amat peka mengenai masalah komunis. Amerika (CIA) kalah dalam hal ini. Apalagi setelah terjadinya Water-gate. Hancur intelijen Amerika waktu itu. Kerja sama Indonesia waktu itu dengan intelijen itu (Mossad dan MI-6) adalah meliputi komunisme, dan itu berjalan baik.”

Sebuah blog intelijen di internet mengungkapkan bahwa saat ini malah intelijen Israel telah masuk ke Indonesia. ”Mereka bergerak tidak dalam jumlah yang besar, tetapi sangat efektif karena beberapa agen yang telah mendapat pelatihan melalui “paket wisata rohani” sehingga bisa masuk Israel. Keberadaan beberapa agen lokal yang telah dilatih tersebut kemudian membina beberapa informan, tanpa si informan tahu untuk siapa sebenarnya dia bekerja, karena yang penting mereka menerima bayaran.

Dalam pengamatan pemilik blog, jumlah agen Mossad yang aktif di Indonesia hanya sekitar 2-3 orang saja, saling bergantian dan hampir selalu berjalan minimal berdua. Pusat komunikasi dan komando tetap berada di Singapura, lagi pula mereka secara mobile bisa bermarkas di mana saja,”tulisnya. Tujuan infiltrasi itu, menurutnya, secara umum memang ditargetkan untuk memperoleh pengaku-an atau pembukaan hubungan diploma-tik. Meski Indonesia bukan negara Islam, tetapi pengakuan keberadaan Israel sangatlah penting dan strategis.

Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa telah ada hubungan yang ‘harmonis’ antara Indonesia dan Israel dengan bungkus di luar masalah diplomatik. Bisa perdagangan, pariwisata atau yang lainnya. Hanya saja hubungan itu disem-bunyikan karena jelas hubungan itu tidak sesuai dengan prinsip bangsa Indonesia khususnya umat Islam yang anti penja-jahan. Bagaimana pun bentuk hubungan itu tidak dapat dibenarkan.

Dalam perkembangannya, prinsip itu dikalahkan oleh mereka yang menjadikan bisnis/uang sebagai segalanya dalam hidup. Para pengkhianat bangsa seakan tak peduli lagi dengan nilai-nilai. Inilah jebakan sukses yang ditanamkan oleh kaum Zionis di negeri ini: menghalalkan segala cara!. (suaraislam)

Artikel terkait: Yahudi Makin Mencengkeran Indonesia