Ada cerita yang tertinggal dari gempa Sumbar, khususnya di daerah Korong Koto Tinggi, Kenagarian Gunung Padai Alai, Padang Pariaman. Di saat relawan bahu membahu membantu saudara-saudaranya yang tertimpa musibah, AS dibantu LSM lokal melancarkan misi pemurtadan dan pendangkalan aqidah ummat. Berikut kesaksian dari seorang relawan Korps Relawan Mujahidin, Muhammad Shiddieq.
I. Kronologis Peristiwa
Di antara daerah terparah yang terletak di pusat kejadian gempa yakni daerah Korong Koto Tinggi, Kenagarian Gunung Padang Alai Kecamatan V Koto Timur. Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat
Semenjak hari pertama kejadian tanggal 30 September 2009, daerah ini seperti daerah mati karena seluruh fasilitas yang ada tidak berfungsi, seperti: tidak adanya saluran air bersih, aliran arus listrik mati, jaringan telekomunikasi tidak berfungsi dan yang lebih parah lagi daerah ini tidak bisa diakses melalui jalan darat
Untuk menuju daerah Korong Koto Tinggi, ada tiga jalur jalan yang bisa dilalui :
1. Dari daerah Kabupaten Padang Pariaman
2. Dari Daerah Kabupaten Agam dan
3. Dari daerah Kota Bukittinggi
Namun karena dahsyatnya gempa sehingga jalur lalu lintas dari Kabupaten Padang Pariaman terputus bahkan sampai saat sekarang belum bisa dilewati melalui jalan darat dengan kendaraan roda empat, sedangkan jalur lalu lintas dari Kabupaten Agam dan kota Bukit Tinggi pada waktu itu longsor di beberapa titik sehingga daerah ini tidak bisa ditempuh melalui jalan darat
Memanfaatkan kondisi genting seperti ini, pada hari Sabtu tanggal 4 Oktober 2009 mulailah mendarat Helikopter dari Amerika Serikat yang berkerjasama dengan LSM Samarintan sebanyak 4 kali pendaratan dalam setiap hari dan mereka membuat Posko di daerah Korong Koto Tinggi
Pada awalnya Amerika Serikat yang berkerjasama dengan LSM Samaritan hanya sekedar mengantarkan bantuan saja sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan, di antara bantuan yang mereka salurkan berupa logistik, tenda , alat-alat dapur, alat-alat pertukangan dan sebagainya
Namun beberapa hari sesudah itu akhirnya dalam istilah Amerika Serikat tidak ada makan siang yang gratis sehingga mereka mulai untuk melancarkan program-program misionaris dan pemurtadan
II. Bukti-Bukti Upaya Pemurtadan di Daerah Korong Koto tinggi
Pernyataan dari relawan LSM Samaritan kepada warga Korong Koto Tinggi, dia mengatakan kepada masyarakat Korong koto Tinggi "Ada Hikmah di balik Musibah Ini" yaitu :
1. Bapak dan Ibu bisa menjadikan kami sebagai sorga, sehingga apa saja yang Bapak dan Ibu minta akan kami kabulkan. Bapak dan Ibu meminta rumah akan kami bangunkan, Bapak dan Ibu ingin punya kendaraan akan kami belikan Bapak dan Ibu minta apa saja akan kami wujudkan karena kami adalah sorga bagi Bapak dan Ibu.
2. Kami bersedia untuk mendaratkan helikopter sebanyak 4 kali pendaratan, minimal sebanyak 2 kali pendaratan dalam setiap hari selama 3 tahun berturut-turut tanpa pernah berhenti mendarat walaupun dalam satu hari. Tapi syaratnya hanya satu, Bapak dan Ibu harus mengikuti aturan kami
3. Ketika berposko di Korong Koto Tinggi, mereka melaksanakan pembinaan kepada anak-anak, Setelah melaksanakan pembinaan kepada anak-anak Korong Koto Tinggi dengan jujur anak-anak tersebut mengaku kepada orang tuanya bahwa mereka telah diajarkan pemahaman-pemahaman yang keliru, diantara pemahaman yang keliru tersebut, yaitu:
Misionaris bertanya kepada anak-anak Korong Koto Tinggi: “siapa tuhanmu?”. Dengan jujur anak-anak tersebut menjawab: “Tuhan kami adalah Allah”, dan missionaris membantah sambil berkata: “tuhan itu bukan Allah tapi Isa Al Masih”.
Dengan adanya misi pemurtadan di balik solidaritas kemanusiaan, akhirnya masyarakat Korong Koto Tinggi mulai resah dengan keberadaan relawan dari Amerika Serikat dan LSM Samaritan
III. Tindakan Masyarakat Koto Tinggi Dalam Menyikapi Gerakan Misionaris
Setelah masyarakat mulai merasakan adanya gejala-gejala misionaris dan permutadan, maka lebih dari 100 orang warga Korong Koto Tinggi mengadakan rapat bersama di masjid Raya Koto Tinggi, hasil dari rapat tersebut mereka sepakat :
- Walaupun daerah kita tidak mendapatkan bantuan,
- Walaupun daerah kita tidak didatangi oleh relawan-relawan muslim, dan
- Walaupun kita mati kelaparan yang penting aqidah kita jangan sampai bertukar. Kita lahir beragama Islam, besar dalam Islam, dan kitapun bertekat mati dalam Dienul Islam
IV. Kondisi Masyarakat Pasca Pengusiran Lembaga Asing dan LSM Misionaris
Pasca pengusiran orang-orang Amerika Serikat dan LSM Samaritan dari daerah Korong Koto Tinggi, membuat kondisi masyarakat menjadi memprihatinkan, karena :
- Putusnya jalan menuju daerah ini sehingga bantuan yang datang sangat minim bahkan nyaris tidak ada.
- Masyarakat masih trauma akibat rumah, fasilitas serta sarana dan prasarana yang mereka miliki hancur dan rusak berat.
- Sarana lalu lintas yang rusak berat sehingga untuk menuju daerah ini sangat sulit.
- Listrik sebagai sarana penerangan masih padam.
- Saluran air bersih tidak tersedia.
- Sarana komunikasi masih rusak dan tidak berfungsi.
- Beberapa hari setelah kejadian gempa, daerah ini tidak tersentuh oleh para relawan muslim.
V. Tanggung-Jawab Kaum Muslimin
Sebagai saudara sesama muslim kita sangat bangga dengan saudara-saudara kita di Korong Koto Tinggi yang jauh lebih mementingkan Aqidah dari pada perut, jauh lebih mementingkan akhirat dari pada dunia, namun kita harus berbuat untuk membuktikan solidaritas dan ukhuwah Islamiyah kita dengan sesama muslim, diantara yang bisa kita perbuat yaitu :
1. Memprioritaskan bantuan yang sudah ada ke daerah Korong Koto Tinggi, karena disamping daerah ini rusak parah dan juga akibat dari sikap penolakan mereka terhadap orang asing dan misionaris membuat daerah ini sangat kekurangan dibandingkan dengan daerah-daaerah lain yang bersedia menerima bantuan dari lembaga-lembaga asing tersebut.
2. Berupaya untuk merangkul elemen-elemen dan lembaga - lembaga muslim untuk memprioritaskan bantuan ke daerah Korong Koto Tinggi.
3. Menghimbau kepada korban gempa bumi untuk mewaspadai gerakan misionaris.
4. Kepada ormas dan lembaga Islam, untuk membuat tim-tim dakwah yang siap untuk dikirim kedaerah-daerah yang rawan dengan gerakan misionaris.
5. Menjadikan daerah Korong Koto Tinggi menjadi daerah percontohan bagi daerah lain, sehingga tidak mudah dalam menerima bantuan-bantuan asing dan LSM non muslim lainnya. (arrahmah.com)