07 October 2009
Munarman, SH: Kita Di Intervensi
Ternyata Intervensi Amerika di Indonesia sudah berlangsung lama. Intervensi itu sudah hampir meliputi seluruh sektor kehidupan di Indonesia, tak terkecuali di sektor keagamaan.
Apa tujuan dari intervensi itu?. Ya kendali. Kendali atas arah kebijakan Politik dan Ekonomi Indonesia. Supaya Indonesia tidak bisa mengelola Sumber Daya Alamnya yang akan digunakan untuk kemakmuran rakyat,” ujar Munarman, ketua An Nahsr Institute. Berikut wawancara lengkap Munarman dengan wartawan Tabloid Suara Islam.
Benarkah intervensi Amerika di Indonesia sudah begitu dalam?
Kalau bicara soal intervensi Amerika baik dari skala maupun dari segi waktu, itu sudah berurat-berakar. Hampir seluruh sektor kehidupan di Indonesia itu sudah ada antek-antek Amerikanya. Tidak terkecuali di sektor keagamaan.
Di bidang keagamaan kita bisa saksikan kader-kader Intelijen AS sudah bercokol di situ, mempropagandakan ide Pluralisme dan Islam Liberal.
Di bidang ekonomi kita cek, ada Mafia Berkeley.
Di bidang pertahanan ada yang namanya Lembaga-lembaga Kajian Strategis.
Di bidang Energi juga ada kader-kader mereka yang dibina dengan pendekatan bangunan-bangunan, baik itu di perusahaan maupun melalui kader-kader mereka di Pemerintahan.
Di Pemerintahan malah luar biasa. Mereka menempatkan orang-orangnya baik di bidang Polkam, di bidang Kesra maupun bidang Ekonomi. Jadi di 3 bidang besar itu ada agen-agen Amerika, yang fungsinya untuk menjalankan agenda Amerika di Indonesia.
Sejak kapan intervensi AS di negeri ini ada?
Dari segi waktu mereka telah beroperasi sejak Perang Dunia ke II berakhir. Keberadaan lembaga-lembaga yang membiayai kader-kader Intelijen ini di mulai dari Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat, misalnya the Asia Foundation yang sudah bekerja sejak tahun 1955/1956.
Dalam bentuk apa Intervensinya itu?
Kalau bentuk intervensinya banyak sekali. Misalnya dalam pembuatan berbagai produk perundang-undangan. Mereka menggunakan konsultan-konsultan yang disebut tim Expert (ahli) untuk membentuk apa yang disebut tim Asistensi Program, Technical Assistant judulnya.
Lalu dimulai dengan pendekatan-pendekatan teknis. Misalnya pendekatan melalui tim teknis untuk membuat perundang-undangan. Tim teknis konsultan untuk membangun Capacity Building dari birokrasi, tim teknis untuk membangun sebuah Model Sistem Hukum. Itu mereka semua sediakan.
Yang tentu saja biaya yang dikeluarkan ke Indonesia itu dalam bentuk utang. Memang pertama diberikan dalam bentuk Hibah, namun Dana Hibah itu hanya 30 persen dari total nilai proyek yang mereka buat. Jadi 70 persennya harus utang. Konsultan-konsultan itu dibayar dengan utang itu.
Tujuan Intervensi itu sendiri apa?
Ya kendali. Kendali atas arah kebijakan Politik dan Ekonomi Indonesia. Supaya Indonesia tidak bisa mengelola Sumber Daya Alamnya yang akan digunakan untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
Juga politik luar negeri Indonesia terus mendukung Status Quo Global yang disebut dengan Epolurus Unum (satu pemerintahan dunia) atau The New World Order (tatanan dunia baru) yang dibangun oleh kaum Yahudi melalui tangan-tangan mereka, supaya tidak diganggu-gugat.
Kalau Indonesia secara Politik Independen, maka orang-orang Indonesia akan mempertanyakan posisi PBB, WTO, GATT dan lainnya.
Kenapa dipertanyakan?
Karena lembaga-lembaga itu merupakan bagian dari cara untuk mengatur dunia.
Lembaga itu merupakan bagian dari cara Penindasan dan Penguasaan Global yang dilakukan oleh golongan Yahudi dibantu kaum kafir lainnya. Inilah yang menjadi sebab dari kerusakan dunia sekarang.
Kalau-lah Indonesia mandiri secara ekonomi tentu saja akan menimbulkan Kesejahteraan dan perusahaan-perusaan mereka tak mendapat untung. Nah, secara politik dalam negeri memang mereka menginginkan negeri ini berpecah-belah dalam berbagai golongan yang saling bertengkar, yang itu akan membuat mereka mudah melakukan politik pecah-bambu.
Bagaimana Intervensi itu dirancang?
Wah mereka itu bekerja dengan cara yang sangat rapi.
Mereka biasanya terlebih dahulu melakukan survei. Survei tersebut melibatkan tokoh-tokoh dan Intelektual di Indonesia yang tidak sadar bahwa hasil Survei yang mereka berikan itu akan akan digunakan sebagai bahan-bahan bagi surveyor-surveyor Amerika yang tentu di belakangnya adalah Zionis, seperti Rand Coorporation, CGI dan lainnya.
Tapi tokoh-tokoh dan Intelektual di Indonesia, senang hati bekerja-sama dan memberikan informasi dengan harga yang murah. Itulah cara mereka bekerja.
Nah setelah memetakan dan memiliki informasi, mereka kemudian membuat rencana pengendalian dan rencana untuk melakukan pecah-belah, serta rencana melakukan politik belah- bambu.
Berikutnya adalah menyusun kebijakan apa yang cocok untuk mendukung supaya masyarakat, secara Ekonomi dan Politik Indonesia tetap dalam kendalinya. Itulah cara mereka.
Apa itu juga yang Anda rasakan saat aktif di LSM dulu?
Oh itu nyata, bukan khayalan. Bukan sebuah sikap yang paranoid. Sepengalaman saya di LSM selama lebih kurang hampir 15 tahun, memang mereka itu menawari berbagai agenda semisal Agenda Perburuhan.
Jadi LSM-LSM itu sebetulnya lebih banyak di undang untuk memasukkan proposal. Jadi bohong dan omong-kosong kalau LSM itu merancang program berdasar kebutuhan masyarakat.
Tetapi LSM itu merancang program berdasarkan program yang ada pada lembaga-lembaga pendanaan atau Funding-funding Agency, yang sudah tentu lembaga-lembaga itu adalah perpanjangan-tangan atau alat dari sebuah pemerintahan global yang dikendalikan Zionisme, Freemansonry dan Illuminati.
Apa mereka tidak menyadari telah jadi perpanjangan-tangan Zionis?
Mereka sebenarnya tahu. Cuma ini kan karena kebutuhan Perut. Karena mereka butuh banyak uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara lapangan kerja tidak tersedia. Karena mereka malas dan tidak mau bekerja-keras dengan tenaganya, maka mereka memilih profesi LSM yang hanya mengandalkan pikiran, karena lebih gampang mendapatkan uang.
Siapakah orang Indonesia yang ikut merancang dan menjalankan Strategi itu?
Kalau kita melihat agen-agen di Indonesia, itu terdiri dari berbagai tingkatan. Tingkatan pertama adalah aktivis-aktivis LSM yang masih muda, lugu yang dia sendiri sebetulnya tidak paham apa yang dikerjakan.
Jadi mereka sebenarnya mencari kerja semata. Lulus dari Perguruan Tinggi, mencari pekerjaan di mana-mana susah, akhirnya mereka mencari pekerjaan di LSM. Setelah itu mereka meningkat menjadi organisator-organisator. Kemudian mereka meningkat menjadi pembuat proposal.
Nah kendali-kendali itu semua ada yang mengaturnya, yakni orang yang lebih Senior lagi, dan levelnya lebih tinggi. Dia-lah yang mengatur LSM mana yang harus diberi oleh Funding Agency, dan LSM mana yang harus disingkirkan. Tokoh-tokoh seniornya, seperti Goenawan Mohamad cs itu.
Siapa tokoh yang paling aktif ikut merancang Strategi itu?
Ada banyak ya. Karena agennya sudah banyak sekali. Tapi yang paling aktif ya presiden. Dia kan direkrut sejak lama, ketika mengikuti Pendidikan Militer di Amerika Serikat.
Di dunia ekonomi ada Sri Mulyani. Juga ada Chatib Basri yang jadi staf ahli Menteri Keuangan. Kelompoknya di Amerika itu banyak. Kita kenal mereka itu dengan kelompok Mafia Berkeley. Di bidang Sosial ada Goenawan Mohamad.
Kemudian di bidang Keagamaan ada Ulil Abshar Abdalla yang sekarang lagi ada di Amerika. Ada juga tokoh dari ormas Islam besar yang berhasil di rekrut. Mereka berhasil disusupkan dengan ide "Islam Damai" atau Islam Rahmatan lil 'Alamin, katanya.
Itu sebenarnya hanya sebuah nama. Yang dimaksud mereka dengan Islam Rahmatan lil 'Alamin itu adalah sebenarnya Islam versi Barat. Islam yang memberi keuntungan bagi Barat. Mereka gunakan jargon-jargon atau istilah-istilah dalam Khazanah Islam untuk mengecoh umat Islam.
Apa Intervensi juga dilakukan pada Militer?
Di militer mereka membangunnya lewat Lembaga Pendidikan Militer. Kalau kita ingat di tahun 1950-an, di militer Indonesia ada lembaga pendidikan yang namanya Sesko. Di situlah mereka merekrut militer. Kalau kita lihat Soeharto sendiri di rekrut untuk “merancang” dan “terlibat” dalam peristiwa G 30 S/PKI, karena mengikuti Sesko Angkatan Darat ke II di Bandung. Intervensi itu dilakukan juga melalui Lembaga Intelijen.
Jadi secara militer, Intervensi dilakukan melalui Lembaga Pendidikan Militer, kemudian memberikan beasiswa dan memberi kesempatan kepada militer-militer Indonesia melalui program IMET (Indonesia Military Education Training).
Setelah tentara Indonesia dituduh melakukan pelanggaran HAM, program ini dihentikan. Padahal program ini dulu dirancang untuk merekrut perwira-perwira militer Indonesia.
Jadi banyak perwira-perwira Indonesia yang lulus dari program IMET, ketika pulang ke Indonesia, berdasar artikel-artikel atau penyataan-pernyataan yang dikeluarkan senator-senator Amerika maupun petinggi-petinggi Amerika, mereka bisa angkat telepon setiap saat untuk mendapatkan informasi apa saja tentang Indonesia dari para perwira Indonesia tersebut. Perwira-perwira yang berhasil dididik lewat IMET ini kemudian ditempatkan pada pos-pos yang Strategis di militer, di zaman Soeharto.
Tetapi kemudian, ketika mereka menuduh tentara Indonesia melakukan banyak pelanggaran HAM, mereka menghukum tentara Indonesia.
Jadi politik Amerika seperti itu. Mereka mendidik, kemudian kalau tahu anak-didiknya itu dianggap merugikan maka dihukum, karena mereka tahu siapa anak didiknya itu.
Inilah yang menjadi pola sebagaimana dulu Saddam Huesin di dukung habis-habisan melawan Iran. Kemudian ketika Saddam Husein itu tidak lagi patuh, Saddam Husein dicampakkan atau di kudeta. Di militer Indonesia juga sama.
Sekarang polanya berubah. Mereka menggunakan Unit Operasional yang disebut dengan Densus 88. Saya juga bisa memprediksi kalau isu teroris ini berakhir, maka Densus 88 juga akan di hukum oleh Amerika, setelah itu mereka tak diperhatikan lagi.
Dulu ketika militer Indonesia diperlukan, mereka di dukung habis-habisan. Sehingga Indonesia tak pernah masuk dalam catatan negara yang melakukan pelanggaran HAM, karena selalu di Back-up Amerika. Tapi ketika tak diperlukan, militer Indonesia dihujat habis-habisan sebagai pelanggar HAM terbesar.
Nah Densus 88 juga sama nantinya. Setelah tidak diperlukan akan dicampakkan, akan disia-siakan, dan bisa jadi orang-orangnya akan dihukum karena telah melakukan pelanggaran HAM.
LSM komprador itu sering sekali mengkritisi militer, bagaimana komentar Anda?
Memang begitu polanya. Jadi dua pihak yang sama-sama dilatih tapi kemudian di adu.
Ada LSM-LSM itu yang memang direkrut untuk mengkritisi Militer.
Sederhananya, polanya kan begini: mereka dilatih untuk menjalankan agenda politik mereka, misalnya invansi ke Timor Timur, kemudian membangun struktur dan infrastruktur politik Orde Baru dulu yang banyak melakukan represif terhadap rakyat. Memang harus berjalan seperti itu.
Yang dijadikan tiang utama Orde Baru saat itu adalah militer salah satunya, selain birokrasi dan partai. Tapi kemudian mereka itu kan perlu mendapat informasi dari sumber lain. Untuk mendapatkan sumber Informasi lain itu, maka dilatihlah anak-anak LSM untuk mengawasi apa yang mereka bikin supaya ada laporan apakah program itu berjalan atau tidak.
Jadi perkelahian itu berjalan karena LSM itu memberikan laporan kepada Majikannya, di mana laporan itu dibutuhkan Amerika untuk mengetahui apakah agenda yang dijalankan agen mereka di kalangan militer itu berjalan sesuai dengan keinginannya atau tidak. Jadi perkelahian itu bukan Ideologis sifatnya.
Beralih ke Trilateral Commission, anda tahu itu?
Itu adalah kumpulan lembaga yang terdiri atas orang-orang Politik dan orang-orang dari kalangan Akademisi. Mereka berfungsi mengkaji bidang Politik Ekonomi, Politik Energi, dan Politik dalam pengertian Keamanan Regional. Kajian itu dilakukan dalam pertemuan Tahunan (Annual Meeting).
Trilateral Commission itu terdiri dari negara-negara Amerika Utara, yaitu: Kanada dan Amerika Serikat, negara-negara Eropa yang tergabung dalam Uni-Eropa, dan kawasan Asia yang dipimpin Jepang.
Desainer tiga kawasan besar itu adalah desain dari hasil Protokol Zionis. Ketiganya itu harus ada dalam kontrol mereka. Trilateral Commission inilah yang berfungsi sebagai lembaga politik dan keamanan bagi 3 wilayah itu.
Apa tujuan pertemuan Tahunan itu?
Selain untuk mengetahui secara detail kondisi wilayah itu, pertemuan itu juga sebagai sumber rekrutmen dari tokoh-tokoh, aktivis serta akademisi yang memimpin ormas-ormas Islam, karena dianggap musuh utama Barat saat ini adalah Islam.
Di sinilah kemudian di undang Syafi’i Maarif, Azyumardi Azra dan orang-orang di Pertamina. Orang Pertamina diundang untuk Politik Energi atau Keamanan Energi. Untuk melihat sejauh mana kesinambungan Suplai Energi dari kawasan Asia terutama Indonesia kepada negara-negara Barat.
Tapi mereka itu para katrok atau orang kampung yang jadi profesor dan mendapat kedudukan, dengan senang hati berbicara dalam makalahnya tentang apa saja.
Inilah ciri-ciri orang katrok atau kampung yang tidak ngerti itu. Mereka itu menguntungkan musuh-musuh Allah karena tidak lain dan tidak bukan Trilateral Commission itu dibentuk untuk menguasai dunia. Sadar gak mereka itu?
Sektor apa saja yang menjadi target dan sasaran Trilateral Commission?
Ya sasarannya sebenarnya sudah hampir di semua sektor. Tidak ada sektor yang bersih dari itu.
Tapi yang paling pokok itu di Bidang Perekonomian, yaitu kementerian-kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, kemudian kementerian Keuangan dan kementerian terkait dengan Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Juga mereka mulai merambah pada Departemen Agama. Misalnya dengan menyusupkan Musdah Mulia di Litbang Depag, Nazaruddin Umar di Dirjen Bimas dan masih banyak yang lainnya. Karena mereka melihat ideologi Islam ini terus hidup.
Nah kemudian yang paling penting mereka masuk ke dunia Pendidikan dan Kebudayaan. Tujuannya agar ideologi mereka terus berkembang. Cuma mereka itu bermain di balik layar semua, melalui program anti agamanya itu.
Apalagai fungsi dari pertemuan tahunan Trilateral itu?
Pertemuan tahunan adalah untuk mempererat persekutuan di antara mereka secara emosional. Tiap pertemuan itu ada agenda.
Agenda itulah yang kemudian dibawa oleh orang seperti Yusuf Wanandi, salah seorang member tetap Triliteral Commission.
Di Indonesia dia kan bekerja di CSIS. Di Indonesia itu CSIS mengumpulkan tokoh-tokoh LSM. CSIS itu kan dibentuk oleh CIA. Di setiap negeri muslim itu memang ada yang namanya Center Strategic-Center Strategic atau International Strategy and Study.
Di Malaysia, dikenal ISIS (Institute for Strategic and International Study), di Indonesia ada CSIS (Centre for Strategic and International Study), di Mesir juga ada. Jadi IS-IS itu ada di hampir semua negara. Dan itu satu grup. Mereka itu di bawah kendali CIA. Di bawah kendali lembaga Yahudi, Zionis, Illuminati dan Freemansonry. Lembaga-lembaga Think-Tank itu ada di hampir semua negara.
Intervensi Amerika di Indonesia ada kaitannya dengan agenda Trilateral Commission?
Oh iya. Strategi yang dilakukan di antaranya melalui kurikulum pendidikan supaya kurikulumnya lebih Sekuker. Supaya orang tidak terikat agama.
Ekonominya itu supaya menguntungkan perusahaan-perusahaan Amerika. Dan tentu saja perusahaan-perusahaan Amerika itu tidak lebih tidak kurang adalah grup dari keluarga Yahudi di Amerika. Sebenarnya dengan logika yang sederhana orang yang bodoh itu juga tahu.
Jadi cara kerja seperti itu adalah cara kerja berdasarkan kepentingan. Jadi omong kosong kalau tokoh-tokoh itu berbicara tentang ke-Bhinneka-an, tentang ke-Indonesia-an atau tentang Kebangsaan.
Kenapa Anda mengatakan demikian?
Ya, misalnya terbukti, kaum Sekuler itu selalu mengatakan kalau syariat Islam itu diterapkan Indonesia akan pecah. Dari sini sebenarnya yang mereka cintai itu bukanlah NKRI-nya, bukan takut perpecahan, tapi mereka takut meninggalkan kekufuran itu.
Mereka lebih memilih kekufuran daripada bersatu di bawah syariah Islam dalam naungan NKRI.
Sebenarnya itu kan dari kalimatnya itu. Jadi jangan di balik-balik. Jadi, orang ini merasa terancam kalau syariah Islam, Indonesia akan terpecah. Padahal tidak ada agenda satu pun dari penegakan syarian Islam, akan memecah-belah NKRI. Artinya apa yang mereka cintai itu bukan NKRI tapi kekufuran. Karena dengan sistem kufur seperti sekarang mereka ini sudah hidup nyaman.
Apa Anda melihat merekalah yang melakukan konspirasi untuk memecah Indonesia?
Ya, jadi strategi pecah-belah Indonesia adalah untuk mengisolasi umat Islam supaya dikepung oleh negara-negara non-Islam.
Kalau pun ada wilayah Islam, ya itu disekulerkan. Dan yang kedua nanti ada pasar baru yang diciptakan.
Ini pasar dunia jika dilihat dari Politik Ekonomi Kapitalisme, telah jenuh. Kapitalisme ini kan sudah mau bangkrut. Coba lihat ekonomi Amerika sudah mulai turun ekonominya.
Secara teori ekonomi kapitalisme itu, harus dibuka pasar baru. Nah kalau ada negara baru nanti ada negosiasi baru. Ada investasi baru dong. Kalau ada investasi baru berarti ada proses produksi ekonomi yang baru. Setelah itu ada rente ekonomi yang baru.
Kalau begitu apa yang perlu dilakukan umat Islam?
Tentu saja kembali kepada Al Qur’an dan Al Hadist. Konsekuensi kembali kepada Allah itu adalah melakukan perjuangan. Bukan hanya sekadar sholat panjang di malam hari setelah itu tidur di siangnya.
Jadi sekarang yang penting umat Islam segera menyatukan-diri untuk segera menegakkan syariat Islam. Sebab sumber masalah umat Islam di negeri ini adalah tidak tegaknya syariat Islam. Karena itu umat Islam harus berjuang untuk menegakkan syariat Islam.
Insya Allah kalau syariat Islam tegak akan mendapat ridla Allah dan akan memberikan keberkahan bagi umat Islam sendiri. (suaraislam)
*****
Download Video Pernyataan Munarman, SH Meminta Presiden Patuh pada Hukum, Bubarkan Ahmadiyah dan Hentikan Namru-2.
Download Video 3gp, Debat Munarman (Mujahid, mantan Ketua YLBHI) dengan Adnan Buyung Nasution (Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, urusan Hukum), yang ditayangkan oleh Stasiun SCTV.
Download Audio mp3, Debat Munarman dengan Adnan Buyung Nasution.