18 May 2010

Wawancara dengan Abdul Haris

Saya Orang Swasta Murni

Abdul Haris

Dari mana Anda kenal keluarga Al-Faruq?
Kebetulan saya kenal paman Mira (Mira Agustina, istri Al-Faruq -Red.). Namanya Muhabbah. Dia pedagang bakso di Bogor. Kami pernah beberapa kali bertemu. Dengan Faruq, saya bertemu pas mengurus paspor Mbak Mira.

Mengapa Anda sampai tertangkap bersama Al-Faruq di Masjid Raya Bogor?
Saya berjanji bertemu untuk menyerahkan paspor Mira kepada Faruq karena Mira waktu itu ada di Tanjung Pinang. Cuma, saya sayangkan, sebelum saya menyerahkan paspor itu, rupanya Faruq sudah merasa kalau sedang dicari. Cuma dia tidak berceritera, akhirnya saya ikut kena getahnya. Kalau tahu begitu, saya serahkan saja paspor itu ke pamannya Mira.

Bagaimana kronologinya?
Saat itu sekitar tanggal 5 Juni. Faruq meminta paspor itu dibawa ke Rawamangun. Belum satu jam, dia menelepon saya dan minta saya mengantarkannya ke bandara. Baru saya mau meluncur ke sana, dia meralat lagi. Sudah, kalau begitu ditunggu saja di Masjid Raya Bogor. Jadi, dia yang menentukan tempat, saya hanya mengikuti. Saya heran, mau menyerahkan paspor istrinya kok minta tempat ketemunya berpindah-pindah dan tidak berani datang ke imigrasi langsung. Saya menduga dia sudah tahu dirinya diikuti terus sejak awal.

Akhirnya Anda berdua bertemu di Bogor?
Ya, di Masjid Raya Bogor selepas salat asar. Ketika kami sedang mengobrol, datang beberapa orang mau menangkap Faruq. Mereka mengaku dari imigrasi dan tidak bersenjata.

Berapa jumlah mereka?
Saya tidak tahu persis. Peristiwanya cepat sekali. Mereka bilang Faruq ditangkap karena memalsukan paspor. Kami langsung diborgol dan dibawa dengan mobil terpisah. Mata saya ditutup selama perjalanan hingga masuk ke sebuah ruangan selama kurang-lebih satu jam. Waktu itu pakai mobil Kijang. Celakanya, waktu itu Faruq membawa uang Rp 27 juta sehingga saya dikenai tuduhan menjual paspor sangat mahal. Padahal, perjanjian kami, saya mendapat upah sekitar satu juta rupiah.

Berapa lama Anda ditahan?
Saya ditahan selama dua malam satu hari, dan diperiksa terpisah dengan Faruq. Pertemuan terakhir kami ya ketika mengobiol di masjid sebelum ditangkap.

Apa saja yang mereka tanyaban kepada Anda?
Soal perkenalan dengan Faruq. Saya bilang hanya membantu membuatkan paspor istrinya, Mira. Lalu dicek silang dengan Faruq. Untunglah Faruq melindungi saya karena dia tidak omong macam-macam, misalnya saya ini orang MMI, Majelis Mujahidin Indonesia. (Keputusan Kongres I MMI pada 5-7 Agustus 2000 menetapkan Abdul Haris sebagai anggota Departemen Hubungan Antar-Mujahid -Red.)

Kalau urusannya sama-sama cuma soal paspor, kok anda kemudian dilepas dan Faruq terus ditahan?
Mereka yakin bahwa saya hanya orang yang mencari duit.

Anda ikut tim Mabes Polri ketika menginterogasi Al-Faruq?
Saya heran dikait-kaitkan dengan itu. Nama Abdul Haris kan banyak sekali, tapi yang jelas bukan saya. Saya sendiri kan bukan siapa-siapa, ha-ha-ha.

Anda kan fasih berbahasa Arab dan kenal Al-Faruq?
Bahasa Arab saya kurang begitu bagus.

Faruq itu warga negara Indonesia atau asing?
Kalau saya perhatikan sih bukan. Kosakata Indonesia-nya sedikit sekali dan patah-patah. Kami berkomunikasi dalam bahasa Arab.

Kami mendapat informasi, Anda memperoleh proyek pemasangan karpet dan gorden di kantor Badan Intelijen Nasional?
Saya memang pernah mendapat proyek pengerjaan karpet di BIN.

Ini informasi lain yang kami peroleh: Anda pernah menyodorkan daftar nama orang yang dicari dan bakal ditangkap BIN kepada Hendro?
Masya Allah, saya ini orang swasta murni. Hidup saya kan dari satu kontrak ke kontrak lainnya. Kok informasinya aneh-aneh begitu? Tidak, tidak pernah saya melakukan hal itu.

Anda belajar di Riyadh selama dua tahun (1989-1991). Kami mendapat informasi Anda dibiayai Badan Intelijen Negara (ketika itu Bakin)?
Ha-ha-ha, isunya kok aneh-aneh begitu. Beasiswa saya dari pemerintah Arab Saudi. Teman-teman seangkatan saya banyak. Ada yang dari Yayasan Al-Masturiah, ada juga yang dari Muhammadiyah. Jadi, beasiswa itu memang untuk banyak orang.

Kabar itu muncul karena beberapa kalangan orang mencurigai Anda orang BIN yang ditanam di MMI?
Saya orang swasta murni. Istri saya seorang guru. Saya hidup dari kontrakan.

Apakah Anda mendapat mobil Kia Carnival dari BIN karena sukses membantu penangkapan Faruq?
Masya Allah, kejam sekali informasinya. Tanya saja ke Irfan Awwas (Ketua Umum MMI), kapan saya punya mobil dan jenisnya. (Majalah TEMPO Edisi 25 November – 1 Desember 2002, hal. 69 - 87)