04 September 2009
Dakwah Diteror
(Almuhajirun.net) - Sebagai seorang Muslim dan Da’i, adalah sebuah kewajiban secara mental dan fisik untuk mempersiapkan konsekuensi atas aktifitas kita.Orang-orang tidak akan mendapatkan masalah dari melaksanakan kewajiban individu kita, seperti shalat, puasa, tetapi jika kita menyeru mereka untuk menundukkan seluruh hawa nafsu dan hidup dengan aturan Allah – sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallama – kita dengan tidak diragukan lagi akan menemukan sebuah reaksi permusuhan.
Sebelum Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallama datang secara terang-terangan dengan risalah Islam orang-orang kafir bukan tidak memperhatikan mereka, dan bahkan dia digelari Al-Amien. Namun, pada saat dia diberikan kewajiban untuk menyeru orang-orang untuk meninggalkan kebiasaan mereka, meninggalkan jalan hidup mereka, dan hanya mengikuti serta menerima hukum Allah, dia dimusuhi, diboikot, dikiritik, ditertawakan dan disalahkan.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallama hanya menyeru mereka untuk melafalkan satu kalimah: “Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah”, maka mengapa mereka bereaksi membenci dan memusuhi Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman (Shahabah) ? Orang-orang kafir telah beriman pada Allah, jadi mengapa mereka begitu sulit untuk mendeklarasikan Kalimah Allah ?
Jawabannya sederhana bahwa kalimah laa ilaaha illah bukan hanya berarti “Tidak ada Tuhan selain Allah”. Laa ilaaha illallah berarti bahwa mereka akan menyerahkan kebiasaan mereka, tradisi, kemauan, hobi, jalan hidup, agama, ideologi dan kepercayaan mereka, dan hanya menerima Islam sebagai indentitas mereka dan Allah sebagai pembuat hukum bagi mereka. Lebih lanjut, ini sangat sulit bagi mereka untuk menerima dan itulah mengapa mereka – seperti bangsa yang sebelumnya – mendeklarasikan perang melawan Rasul Allah dan para Shahabatnya.
Para Shahabat ada yang dipukuli, ditawan, disiksa, dibunuh, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallama difitnah, dituduh mencuci otak pemuda dan dicap sebagai orang gila (majnun), pembohong, dan tukang sihir.
Kepada Muslim, kita harus berfikir dan bertanya kepada diri kita : jika itu terjadi kepada pemimpin kita, apakah itu juga akan terjadi pada kita ?! Bagaimana bisa kita berharap untuk hidup berdasarkan pada ajarannya Shallallahu ‘Alaihi Wasallama dan tidak mengantisipasi terhadap reaksi yang sama, permusuhan dan konsekuensi yang dia dan shahabatnya telah hadapi ? Pernahkah dalam kehidupan Rasulullah hidup dengan menaati hukum mereka (buatan manusia), atau pernahkah dia menyeru masyarakat untuk menaati hukum Allah ? pernakah Abu Lahab (dan para pemimpin Tawaghit di masa Rasulullah) dan menteri-menterinya memuji beliau, mengizinkannya untuk berbicara tentang Islam dan mempunyai masjid sendiri, atau pernahkah mereka memerintahkan polisi mereka untuk menangkap beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallama dan menghentikan aktifitasnya?
Kita harus selalu mengisi dalam benak kita bahwa Ahlul Haq akan selalu dibenci oleh mayoritas dan bahwa Islam akan terlihat sebagai sesuatu yang aneh. Lebih lanjut, kita seharusnya tidak pernah mengharapkan kuffar untuk mencintai kita dan dien kita, dan memberikan kita publisitas bagus di media. Jika kuffar telah memuji kita dan merasa puas dengan kita, ini berarti bahwa kita telah mengkompromikan kepercayaan kita, atau mereka berbohong. Jika kuffar membenci Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallama (dan bahkan berusaha untuk membunuhnya) mereka juga akan membenci orang-orang yang berusaha untuk mengikutinya. Mereka hanya akan mengagumi dan memuji Munafiqun dan orang-orang moderat.
Kapan saja (dahulu dan sekarang) Ahlul Haq berbicara seluruh dunia akan mendengarkan mereka; kuffar, komunitas lokal, teman-teman mereka, lawan dan bahkan mereka yang tidak setuju dengan mereka akan mengunjungi web site mereka dan tekun mendengarkan apa yang mereka katakan. Ini karena da’i seperti sebuah sel yang hidup, penuh dengan energi, ide-ide baru dan inspirasi pemikiran. Dia berbicara tidak seperti orang lain dan pandangannya unik dan kuat, dan inilah mengapa dia menerima banyak perhatian dan menjadi sorotan media daripada orang-orang moderat – yang dengan mudah memuntahkan apa yang kuffar katakan.
Para Da’i akan selalu berkomentar pada apa yang terlihat di selilingnya dan tidak akan pernah tinggal diam tentang munkar (kejahatan). Dia akan mengaplikasikan Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk realitas dan menganalisa kejadian-kejadian baru berdasarkan pada Kitab Allah dan Sunnah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallama.
Pada saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallama dahulu mengajak Musyrikin kepada Islam dia menunjukkan kondisi aktual mereka. Dia akan mengutuk kebiasaan buruk mereka seperti judi, membunuh anak (aborsi), zina, homoseksual, menipu di pasar, rasisme dan seterusnya kemudian sesudah itu memperkenalkan Islam sebagai satu-satunya alternatif dan solusi.
Kepada Ummat Muslim, jika kita menginginkan untuk bersama dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallama, para Shahabatnya dan Nabi sebelum beliau di surga, kita harus berusaha untuk menjadi seperti mereka dan bersiap-siap menghadapai penderitaan sebagaimana mereka menderita. Haq akan selalu berbenturan dengan batil dan selanjutnya mereka tidak bisa berdampingan satu sama lain. Adalah sebuah kewajiban kita untuk meyakinkan bahwa Al-Haq melebihi Al-Batil.
Allahu Akbar…..!