30 September 2009

Abdurahman Assegaf Dituding Sebagai Habib Palsu

Tempo Interaktif, Tangerang - Anggota Majelis Mujahidin Indonesia Muhammad Iqbal atau Abu Jibril menuding Habib Abdurahman Assegaf sebagai habib palsu. "Dia bukan habib, dia Preman," ujarnya di Pamulang, hari ini, Rabu (26/8).

Abdurahman Assegaf adalah Ketua Gerakan Umat Islam Indonesia yang tinggal tak jauh dari rumah Abu Jibril di kompleks perumahan Witanaharja, Pamulang. Habib Abdurahman selama ini memiliki paham yang berseberangan dengan Abu Jibril. Abdurahman menyatakan pengajian yang dipimpin Abu Jibril beraliran wahabi radikal karena terkesan eksklusif dan menguasai masjid Al Munawwarah.

Menurutnya, Abdurahman bernama asli Abdul Haris Umarella bin Ismail Umarella asal Ambon. Ia pernah bersekolah di SMP Negeri 2 Mardani Raya, Jakarta Pusat dikenal dengan nama Amsari Omarella, ibunya asal Ambon dan ayahnya berasal dari Makassar.

Kehadiran Abdurahman dinilai telah memprovokasi warga disekitar perumahan Witanaharja. "Sejak habib hadir tahun 2002, rentetan masalah datang dari bom Pamulang dan banyak lagi masalah lainnya," ujar pengurus masjid Al Munawwarah, Trisna Dachlan.

Meski seorang habib, kata Trisna, warga sekitar atau jamaah masjid Al Munwwarah tidak pernah melihat Abdurrahman datang ke Masjid.

Sementara Abdurahman menanggapi ringan tudingan itu." Biarkan saja, mereka mau ngomong apa", katanya. "Mereka yang mengaku ustadz dan imam Masjid tapi sikapnya tidak demikian, bicara kasar dan menghujat orang," kata dia. (tempointeraktif.com)

*****

Kontroversi Habib Palsu

Jakarta - Habib Abdurrahman Assegaf hanya tertawa ketika dikatakan ia telah memalsukan gelar habib di depan namanya. Ia menegaskan tuduhan itu hanya fitnah dari orang-orang yang tidak senang dengan dirinya.

"Yang menentukan habib atau tidaknya seseorang adalah sidang Alawiyyin (keturunan Nabi Muhammad). Bukan Abu Jibril atau konco-konconya," jelas Abdurrahman saat ditemui detikcom, usai memberikan ceramah di salah satu stasiun televisi di Jakarta, beberapa hari lalu.

Abu Jibril, anggota Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), telah menuding Abdurrahman sebagai habib palsu. "Dia bukan habib, dia preman," ujar Abu Jibril kepada wartawan di rumahnya, Komplek Witanaharja, Pamulang, Tangerang Selatan, pekan lalu.

Menurut Abu Jibril, Abdurrahman bernama asli Abdul Haris Umarella bin Ismail Umarella asal Ambon. Selain itu latar belakang Abdurrahman, lanjut Jibril, tidak mencerminkan seseorang yang bergelar habib.

Sebelum Abu Jibril yang menyatakan keraguan gelar "habib" Abdurrahman , Abu Bakar Ba'asyir, pimpinan Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah sebelumnya juga menyatakan hal senada. Ba'asyir mengatakan kalau Abdurrahman merupakan habib palsu.

"Dia itu orang jelek dan di duga informan atau orang yang dimanfaatkan kelompok lain," jelas Ba'asyir usai berceramah di Semarang, akhir Juli silam.


Tudingan Ba'asyir dan Abu Jibril kalau Abdurrahman bukan seorang habib merujuk masa lalu Abdurrahman yang sebelumnya dikenal sebagai preman yang jauh dari kehidupan Islami.

Keraguan soal gelar kehabiban Abdurrahman juga merebak di internet. Bahkan pemimpin redaksi situs Arrahmah.com, M Fachry menulis di sebuah situs jejaring sosial menyebut, berdasarkan silsilah keluarga Abdurrahman, tidak tepat kalau pria beranak empat tersebut sebagai seorang habib.

"Informasi yang kami terima dari teman sekolahnya di SMPN 2, Mardani Raya-Jakarta Pusat, dia dikenal dengan nama Amsari Omarella. Ibunya berasal dari Ambon, dan ayahnya dari Makasar. Jadi gelar habib yang disandangnya sangat jauh," jelas Fachry.

Masih dari informasi yang diterima Fachry, selepas SMP 2, Abdurrahman melanjutkan sekolah ke SMAN 68 pada 1985 dan kemudian kuliah di Universitas Krisnadwipayana, Pondok Gede, Jakarta Timur.

Dari informasi yang didapat Fachry, selama bersekolah di SMAN 68, sosok Abdurrahman biasa-biasa saja. Selain itu Abdurrahman tidak begitu suka dengan kegiatan Rohis dan tidak mendukung pemakaian Jilbab pada masa itu.

Keanehan lainnya, Abdurrahman sempat menunjukan sertifikat yang menyatakan kini dirinya sudah resmi menjadi seorang habib kepada teman-temannya.

Sementara sumber detikcom yang mengaku mengenal Abdurahman sejak tahun 2000, mengatakan, sebelum muncul di media massa dengan gelar habib, sosok Abdurrahman memang dikenal sebagai preman yang suka mabuk-mabukan.

Saat itu, kata sumber tersebut, Abdurrahman dikenal dengan nama Abdul Haris. Sejak tahun 1990-an Abdul Haris diketahui sering nongkrong di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Selain itu Abdul Haris juga aktif di salah satu ormas kepemudaan.


Kemudian Abdul Haris ditengarai mulai menjadi binaan polisi sejak 2001. Ia diduga dimanfaatkan polisi untuk melakukan aksi Pembusukan dalam setiap aksi yang dilakukan beberapa ormas Islam.

Sumber itu lantas menyebutkan, Abdul Haris alias Abdurrahman telah disusupkan dalam setiap aksi pembubaran Ahmadiyah. Sehingga gerakan untuk membubarkan Ahmadiyah menjadi bias.


"Saat pengepungan kampus Mubarok, milik Ahmadiyah, ia tiba-tiba muncul diiringi sejumlah wartawan dan memberi keterangan pers. Padahal saat perencanaan pengepungan ia tidak terlibat," jelas sumber detikcom, yang merupakan seorang aktivis Komando Laskar Islam (KLI).

Keraguan Nasab atau garis keturunan Abdurrahman yang dianggap bukan berasal dari Timur Tengah, khususnya Yaman dan Arab Saudi membuat beberapa kalangan semakin ragu kalau Abdurrahman bukan habib beneran alias Palsu. Sebab untuk mendapat gelar itu perlu penguraian silsilah keluarganya.

Menurut Habib Abdurrahman Al Habsyi, sebutan atau gelar habib di kalangan Arab-Indonesia dinisbatkan secara khusus terhadap keturunan Nabi Muhammad melalui Fatimah Az-Zahra dan 'Ali bin Abi Thalib. Habib yang datang ke Indonesia mayoritas adalah keturunan Husain bin Fatimah binti Muhammad. Jumlah para habib yang ada di Indonesia diperkirakan lebih dari 1 juta orang.

Mereka sangat dihormati di Indonesia karena dianggap sebagai tali pengetahuan yang murni, karena garis keturunannya yang langsung dari Nabi Muhammad.

Adapun untuk menentukan seseorang itu habib atau bukan adalah Ar-Rabithah atau Jamiat Khair. Organisasi ini memang tugasnya mencatat silsilah keturunan Ahlul Bait (keturunan Nabi Muhammad). "Untuk menentukan apakah seseorang berhak digelari habib harus menyebut paling sedikit 5 keturunannya dari atas atau 5 Bin" jelas Al Habsyi.

Lima nama keturunannya antara lain, ayah, kakek, buyut dan seterusnya. Dari nama-nama yang disebutkan itu, Ar-Rabithah akan mengetahui keterkaitannya dengan nama-nama yang masuk dalam silsilah dari garis keturunan Rasulullah.

Al Habsyi tidak memastikan apakah Abdurrahman merupakan habib atau tidak sebelum melihat sertifikat yang dimiliki pria yang berseteru dengan Abu Jibril itu. "Kalau memang Abdurrahman seorang habib dia harus menunjukan sertifikat kehabiban yang dikeluarkan oleh Ar-Rabithah. Karena itu sebagai bukti otentik," kata Al Habsyi. (detiknews.com)

*****

Siapakah sebenarnya Habib (Palsu) Abdurrahman Assegaf ?

Setelah membuat kontroversi dengan menuduh Nur Hasbi, alumnus Pondok Pesantren Ngruki sebagai sebagai pelaku peledakan di hotel JW Marriot dan Ritz Carlton (yang terbukti ngawur), dia kembali membuat ulah dengan upaya teror di Masjid Al Munawarrah, Pamulang, dan fitnah kepada Ustadz Abu Jibril. Siapakah sebenarnya Abdurrahman Assegaf ?.

Sebelumnya, Ustadz Abu Bakar Ba'asyir pernah menyatakan bahwa Abdurrahman Assegaf merupakan habib palsu yang disewa oleh aparat serta Amerika Serikat atau CIA dengan imbalan uang. Bahkan secara tegas Ustadz Abu Bakar Baasyir pernah mengatakan :

“Abdurrahman Assegaf itu bukan habib, dia itu Preman. Semua habib sudah bilang kepada saya kalau dia bukan seorang habib,” kata Baasyir usai mengisi pengajian di Masjid Al Ikhlas di Semarang, Sabtu (25/7) malam.

Santernya berita bahwa Abdurrahman Assegaf adalah habib palsu sebenarnya sudah beredar luas di dunia maya. Disebut-sebut, Abdurrahman Assegaf bernama asli Abdul Haris Umarella bin Ismail Umarella, putera Tulehu, Ambon.

Bahkan menurut sumber terpercaya arrahmah.com, yang juga merupakan temannya sewaktu bersekolah di SMPN 2, Mardani Raya, daerah Percetakan Negara, Jakarta Pusat, dia dikenal dengan nama Amsari Omarella. Ibunya berasal dari Ambon, dan ayahnya dari Makasar. Dari sini, gelar habib semakin jauh dari Abdurrahman Assegaf alias Abdul Haris, alias Amsari.

Selepas SMP 2, habib palsu ini melanjutkan pendidikan ke SMAN 68 (angkatan 85) dan kuliah di UnKris, Pondok Gede. Masih menurut sumber yang terpercaya, kali ini kawan dia semasa bersekolah di SMAN 68, di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, bahwa Abdurrahman Assegaf ini siswa SMAN 68, jurusan IPS. Menurut sumber tersebut habib palsu alias Abdurrahmah Assegaf, alias Amsar terlihat biasa-biasa saja ketika di SMAN 68. Hanya saja menurut sumber tersebut, dia sudah tidak begitu suka dengan kegiatan rohis dan tidak mendukung pemakaian Jilbab pada masa itu.

Tidak diketahui sejak kapan gelar habib bercokol di depan namanya. Menurut kawannya di SMPN 2, Abdurrahman pernah menunjukkan sertifikat yang menyatakan bahwa kini dirinya sudah resmi menjadi seorang habib.


Waspadai Habib Palsu

Kini, semua berpaling kepada ummat, untuk menilai dan bersikap terhadap habib palsu ini. Masalahnya, gelar habib di negeri ini begitu tinggi dan mulia, yang bahkan terkadang sudah di luar koridor syariat Islam. Dikhawatirkan, oknum semacam habib (palsu) Abdurrahman Assegaf ini memanfaatkan dan memanipulasi gelar habib palsunya tersebut untuk kepentingan pribadi, keluarga, maupun kelompoknya. Nama atau para ulama yang memang bergelar habib tentunya akan tercoreng dengan ulah oknum yang mengaku-ngaku habib ini.

Bukan tidak mungkin, ummat akan terpedaya, ikut begitu saja, tanpa kritis melihat dan mempertimbangkan ucapan si habib palsu ini dari sisi Al Qur’an dan As Sunnah. Hal itulah yang saat ini diperlihatkan oleh habib (palsu) Abdurrahman Assegaf, dan harus segera dihentikan. Semoga hal ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk ummat, agar tidak mudah tertipu oleh gelar-gelar, dan penampilan, sebagaimana Abdurrahman Assegaf, si habib palsu. (arrahmah.com)