(syiahindonesia.com) - Karbala di mata kaum Syi’ah memiliki kesucian dan nilai sakral yang teramat dan tak tertandingi. Karbala adalah bumi yang disucikan bahkan menurut mereka Karbala lebih utama dari Makkah, Masjidil Haram dan Ka’bah yang mulia.
Hal ini mereka yakini karena adanya kuburan Husain radhiyallahu ‘anhu. Padahal kota Madinah yang di sana tersimpan jasad Nabi yang mulia Muhammad shalallahu alaih wasallam tidak mendapatkan penghormatan dan pemuliaan seperti ini dari kalangan Syi’ah. Wallahu A’lam.
Lantas Syi’ah selalu merayakan hari Asyuro. Pada hari itu mereka saling menerima ta’ziyah (ucapan bela sungkawa) dalam rangka mengenang terbunuhnya Husain di padang karbala, mereka memakai pakaian serba hitam, mengiringi dengan isak tangis dan ratapan, meyobek serta menarik-narik baju dan menampari pipi. Mereka turun ke jalan-jalan dalam sebuah pawai yang disebut Manakib Husainiyah, seraya meyakini arak-arakan tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Kemudian berteriak histeris dengan suara melengking: "Ya Husain...Ya Husain…" sambil menggotong Kubah Husain yang terbuat dari kayu. Mereka menarik kuda-kudaan yang dihiasi memeragakan kondisi Husain di Karbala. Sedangkan disela-sela acara ritual ini mereka memaki-maki Khulaf’ur Rasyidin dan para sahabat.
Sungguh...betapa anehnya yang kita rasakan, deraian air mata yang seakan tidak pernah kering itu, yang ditumpahkan untuk Husain, tidak satu setespun bisa keluar untuk mengenang saudaranya, Abu Bakar, Umar, Ustman, yang juga putera Husain sendiri, lantas Abu Bakar puteranya Hasan radhiallahu `anhuma yang kesemuanya itu terbunuh bersamanya di karbala. (lihat kitab Jal` Al-Uyun, Tarikh Al-Ya’qufi, Kasyfu Al-Ghummah. Semua referensi ulama Syi`ah ini tdk diragukan lagi menetapkan bahwa mereka semua terbunuh di Karbala) Mengapa? Apakah karena mereka yang terbunuh itu membawa nama-nama yang mereka tidak suka untuk mempromosikannya.
Hendaklah setiap simpatisan Syiah itu bertanya, "Mengapa semua fakta yang terang yang tergantung di dahi sejarah itu tetap ditutup-tutupi."
Hendaklah pula ia bertanya: "Mengapa cucuran air mata atas terbunuhnya Husain itu tidak satu tetespun keluar untuk mengenang kematian Nabi shalallahu `alaihi wasallam dan Tragedi terbunuhnya Ali radiallahu`anhu ???
Syi`ah membiasakan anak-anaknya untuk menangis pada ratapan sepuluh Syura` ini, agar nantinya mereka bisa menangis dengan sendirinya, tangis mereka adalah keinginan mereka akan tetapi kesedihan mereka hanyalah sandiwara, dibuat-buat, sampai sebagian mereka memukulkan rantai besi pada tubuhnya, dan memukulkan pedang diatas kepala hingga berdarah dan luka menganga. Semua itu yang paling banyak dilakukan adalah di Karbala sekitar kuburan Husain Radhiallahu `anhu.
Dimanakah posisi mereka jika dibandingkan firman Allah, yang artinya: “Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji`un, mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah : 155-157).