11 September 2009

Wahai Para Telik-Sandi

Di dalam Islam, kegiatan spionase/telik-sandi yang tugasnya mencuri-curi dengar disebut dengan Tajassus dan orangnya disebut Jaasus (intel).

Petugas telik-sandi (intel) yang menyusup disini semoga hadir dengan niat baik (agar berpahala), untuk menuntut ilmu Islam, mendalami ajaran Islam, terutama hal Jihaad. Silahkan saja, semoga antum mendapat hidayah berupa kemantapan aqidah dan ilmu bermanfaat yang dapat mengantarkan antum ke Jannatun Na’im (Surga Penuh Kenikmatan).

Salah seorang agen Intelijen Inggris, Glen Jenvey awalnya adalah non-muslim lalu menjadi Muallaf. Kini kabarnya beliau memanfaatkan keahliannya untuk berbakti kepada Alloh ‘Azza wa Jalla (Maha Mulia dan Maha Agung).

Riwayat seperti ini tidak aneh dan bukan pula sejarah baru dalam agama Islam. Di zaman Nabi, ada al-Faruq ‘Umar bin Khoththob dan Kholid bin Walid yang pada awalnya berada di garis terdepan (frontliner) dalam memusuhi Islam, namun Alloh menghendaki beliau-beliaunya memeluk Islam dan berbalik keberpihakan menjadi Panglima Perang Pasukan Islam (Jaysul Islam). Masya Alloh, laa haula wa laa quwwata illa billah !

Mungkin antum mencibir tulisan ini dengan berbagai alasan di dalam benak antum, namun dengan senyum saya sampaikan bahwa Alloh tidak pernah tidur (al-Hayyu) dan selalu mengurusi makhluk-Nya (al-Qoyyum). Kalaupun saat ini antum menggali informasi tentang dinamika Jihaad karena itu pekerjaan, itu pilihan niat antum. Namun saya menulis ini juga bentuk pekerjaan saya sebagai hamba Alloh yang sedang bertugas di muka bumi sampai pensiun (mati).

Sebagaimana perintah Alloh dengan firman-Nya, yang artinya :

Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. at-Taubah:105)

Antum punya pekerjaan, saya juga punya pekerjaan, hanya saja yang membedakan diantara kita adalah “kepada siapa bekerja?”.

***

Setiap muslim pasti mengimani apa itu hari-hari Akhirat. Hari-hari yang sangat sulit dilalui hingga berakhir di Surga ataukah justru harus mampir dulu di Neraka.

Sebelum sampai kesana, setiap diri diantara kita akan ditanya tentang apa yang telah kita kerjakan, sebagaimana Firman Alloh Ta’ala, yang artinya:

Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. (QS. an-Nahl:93)

maka insya Alloh saya punya Hujjah (argumen) bahwa saya telah berbuat untuk agama ini (walau hanya semampunya) dan berusaha meninggikan kalimat Alloh (Jihaad) sebagaimana telah diperintahkan.

Seandainya nanti antum para telik-sandi (intelijen) ditanya tentang apa yang telah antum perbuat, maka persiapkanlah jawaban itu mulai saat ini karena perbuatan yang antum kerjakan bisa menjadi Hujjah yang memberatkan urusan akhirat ataukah justru memperingan perjalanan antum menuju rahmat Alloh (Surga). Bila terlanjur dipensiunkan dari muka bumi sedangkan antum belum berbuat dan melakukan apa-apa yang seharusnya dilakukan selaku hamba Alloh, maka antum termasuk golongan yang mengingkari perintah Alloh dan niscaya antum akan menghadapi situasi seperti ini, yang artinya:

Seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya (tentulah kamu melihat peristiwa yang mengharukan). Berfirman Allah: “Bukankah kebangkitan ini benar?” Mereka menjawab: “Sungguh benar, demi Tuhan kami.” Berfirman Allah: “Karena itu rasakanlah azab ini, disebabkan kamu mengingkari(nya).” (QS. Al An’aam:30)

Bagi perwira telik-sandi, yang sempat membaca tulisan ini, kiranya patut diambil hikmah dan renungkanlah ayat berikut, yang artinya:

Mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: “Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.” (QS. Ibrahim:21)

***

Allohuma hal ballaghtu..
Allohumma fasyhad !

Saya telah sampaikan semampunya..
Sebelum tulisan ini berakhir, maka patut kiranya saya katakan, yang artinya:

“Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran). Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat”. (QS. Al An’aam:90)

“Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya).” (QS. Yunus:72)

“Subhanakallohumma wa bihamdika asyhaduan laa ilaha illa anta, astaghfiruka wa atuwbu ilaika” [HR. Abu Dawud:4265]
(Maha Suci Engkau yaa Alloh, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang Haq, kecuali Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu)

Al-Faruq ‘Umar