Detasemen Khusus 88 Antiteror kembali mengungkap jaringan terorisme dengan menangkap beberapa orang di sebuah rumah di Jalan Dwikora Nomor 2110 Palembang. Atas penangkapan itu, nama JI kembali terseret dan diduga ada dibelakangnya.
Dari pengungkapan itu, Densus berhasil menemukan 20 bom, 16 di antaranya siap ledak, serta puluhan kilogram bahan peledak yang disembunyikan di plafon rumah.
Benarkah JI kembali terlibat? tim Trijaya dalam acara Jakarta First Channel (JFC) telah melakukan perbincangan dengan mantan terdakwa yang dituduh sebagai anggota JI Thoriqudin alias Abu Rusdan alias Hamzah.
Dalam perbincangan itu, Abu Rusdan kembali menegaskan kalau JI tidak ada kaitannya dengan tindak kekerasan seperti yang dialamatkan sejumlah pengamat.
Menurutnya, JI adalah jaringan Islam yang tidak menganut kekerasan. Kalaupun ada yang mengatasnamakan JI, itu hanya segelintir orang yang ingin menjatuhkan nama JI.
Berikut petikan wawancaranya:
Mungkin Anda mengikuti tertangkapnya dua orang di Palembang. Anda yang pernah mendapat tuduhan sebagai anggota Jaringan Islamiya (JI) melihat ini bagaimana?
Kalau apa yang saya pahami, JI adalah sebagai institusi, sebenarnya tidak pernah terlibat masalah terorisme dimanapun juga. Mungkin ada pihak tertentu yang terlibat tindak kekerasan dalam bahasa yang dikenal masyarakat sebagai terorisme, dan mengaku sebagai JI. Saya tidak paham bagaimana mereka mengaitkannya. Sebab, yang saya pahami JI adalah kegiatan-kegiatan keislaman yang berhubungan dengan Abdullah Sungkar (alm) itu tidak ada kaitannya dengan tindak kekerasan.
Menurut Anda Pandangan soal JI mengarah kepada terorisme?
Jadi begini. Masalahnya komplek, kita harus telusuri dari awal, ada sekelompok pemuda muslim yang mereka itu dididik untuk jihad di Afghanistan. Semangat jihad dan kemampuan secara teknis menggunakan senjata dan bahkan bahan peledak itu memerlukan ruang untuk mempraktekkan itu, sementara kondisi sosial, ekonomi, dan budaya tidak memungkinkan itu berkembang.
Apa yang terjadi di Palembang, ada bahan bom yang dirakit. Dengan itu, apa Noordin M Top sekarang cukup leluasa merencanakan serangan?
Kalau kita teliti jujur dan apa adanya seperti di Palembang, belum ada action, hanya semacam mengumpulkan bahan-bahan, itu kalau benar. Apa yang kita dengar di media masa atau pengumpulan senjata, bahan peledak, apalagi katakanlah kelompok Noordin M Top, orang biasa saja melakukan hal itu hari ini bisa, hanya karena kebetulan orang yang memegang, dicurigai ada hubungannya dengan Noordin, maka persoalannya menjadi lain.
Sekarang ini Amrozi akan di eksekusi, apakah benar akan ada semacam balas dendam dari JI "garis keras" jilid dua?
Kalau kita berbicara JI itu sebenarnya tidak ada garis keras dan lunak, JI ya JI. Artinya, kalau ada yang membagi, saya pikir adalah pengamat yang tidak paham mengenai apa yang terjadi di tubuh JI, baik dari pengamat swasta atau yang lain. Adapun ada jilid dua atau ada dendam itu tidak kita kenal dalam ajaran islam, artinya, siapapun yang berkomitmen dengan prinsip dasar ajaran JI tidak mungkin akan membuat tindakan balas dendam apabila, Amrozi, Mukhlas, Imam Samudra di eksekusi. Sebab, apa yang dilakukan pemerintah terhadap ikhwan bertiga adalah risiko perjuangan yang kita pahami bersama. Siapapun yang terlibat JI, yang berpegang prinsip JI tidak kenal balas dendam.
Lalu, yang Anda ketahui apakah Noordin M Top masih berada di Indonesia?
Saya tidak tahu persis. Tapi kalau semacam analisa, tempat yang paling aman bagi Noordin saat ini adalah di Indonesia hari ini.
Kenapa aman? sulit dideteksi atau bagaimana?
Pertama, selama berada di Indonesia, kemudian setelah peristiwa belakangan yang membuat beliau berada di Indonesia, mau keluar dari Indonesia juga tertutup semua. Kalau dia mau aman ada dua tempat, yang pertama di Mindanau dan yang kedua di Afganistan. Sementara ke Afganistan tidak mungkin dan ke Mindanau tidak ada beritanya. Sementara temen yang ada di Mindanau yang dicurigai sebgai bagian tindak kekerasan seperti Abdul Masin dll juga di Mindanau. Jadi kemungkinan besar Noordin ada di Indonesia, masih.
Apakah kemungkinan Noordin di Indonesia dan kemudian yang di Palembang ditangkap yang diduga terkait dengan Noordin bisa leluasa melakukan aksinya mereka, terutama menjelang pemilu?
Kalau target 2009, siapapun entah Noordin atau siapa yang mau bergerak ibadah jihad, tidak pernah mentargetkan seperti itu, apakah pemilu atau yang lain yang sifatnya adalah kegiatan politik sementara tidak pernah menjadi ukuran bagi siapaun yang terlibat dalam jihad fisabililillah untuk menjadikannya sebagai target. Kalau ada, misalnya ada yang mengaku menggunakan isu politik lokal sebagai momentum, justru kita waspada, justru mereka ditunggangi. Sebab, kaum muslimin yang bergerak di dalam jihad, sebenarnya tidak pernah berpikir masalah isu politik lokal dan lainnya.
Sebenarnya mereka tidak punya target ke pemilu? kalau begitu isu apa yang mereka perhatikan?
Jadi kalau mengikuti yang diajarkan agama Islam dalam ibadah jihad, ada langkah-langkah yang baik, menyampaikan dakwah yang benar dan sebagainya. Kalau misalnya ada sekolompok orang islam, misalnya Noordin, mereka mengunakan isu politik lokal, justru kita harus waspada apakah ditunggangi oleh kepentingan politik lokal yang mempunyai kepentingan itu.
Apakah ada semacam permainan, bisa jadi misalnya intelijen yang memperkeruh suasana?
Kita mengambil semacam perbandingan, bahwa Al-Qaidah, yang bergerak dalam jihad sudah mempunyai organisasi yang rapi dan jaringan yang rapi, itupun tidak menutup kemungkinan untuk sebuah operasi tertentu mereka bisa melaksanakan sesuatu yang tidak ditunggangi diluar kendali mereka. Apalagi di Indonesia, kita tahu sendiri, bahwa kelompok yang bergerak dalam bidang jihad yang 'menggunakan kekuatan persenjataan' itu tidak sekuat Al-Qaidah dalam oraganisasinya, perencanaanya, dan sarana dan prasarananya, sangat mungkin ditunggangi oleh kepentingan politik tertentu tanpa sepengatuan para pelakunya. Sangat mungkin.
Apakah Anda sendiri melihat, dengan menggunakan kekerasan, terorisme yang dihubungkan dengan jihad, seperti apa?
Kalau memenuhi persyaratan yang diajarkan Islam itu sah secara syariat Islam, kalau untuk itu kan perlu dikaji. Kalau tidak memenuhi persyaratan-persyaratan mereka bersemangat ibadah jihad, tapi mereka melakukan sebuah kekeliruan. Menurut pandangan saya, orang-orang seperti ini harus diberitahu, kita harus ada dialog. Memberitahu mereka jihad fii sabilillah adalah ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk melakukannya harus taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadi pengertiannya, ini adalah masalah ibadah, kalau kita mencanangkan jihad adalah ibadah itu artinya kita sudah mencanangkan sebuah tujuan. Di dalam Islam, tujuan itu yang menentukan cara, bukan tujuan yang menghalalkan cara. Kalau tujuannya ibadah kepada Allah harus mengikuti Allah Subhanahu wa Ta’ala. (muslimdaily.net)