Bola panas peristiwa pembunuhan Amrozi Cs. masih bergulir kencang. Polemik hingga kini belum berhenti, dan media pun masih melirik untuk mengeksplorasi berita. Sedang di kalangan masyarakat bawah, banyak yang menyatakan pro, simpati, dan dukungan terhadap Amrozi Cs, terlepas dari salah atau tidaknya mereka di mata hukum, dan sebagian juga mengkhawatirkan ekses dari dibunuhnya para pelaku bom Bali tersebut akan berakibat yang lebih buruk. Namun ada pandangan menarik dari salah salah satu tokoh yang kebetulah ikut serta dalam pemakaman di Lamongan. Beliau adalah Ustadzadz Abdul Rachim Ba'asyir yang sehari-hari menjadi pengajar di Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki sekaligus menjadi Ketua Sariyyah Da'wah dan I'lam Jamaah Ansharut Tauhid, sebuah jamaah Islam yang baru-baru ini diproklamasikan oleh Ustadz Abu Bakar Ba'asyir. Berikut petikan wawancaranya.
Semenjak gonjang-ganjing tanggal eksekusi mati ketiga Mujahid Bali beredar luas, media seakan teralihkan ke masalah tersebut. Dan kini ketika foto jenasah Amrozi Cs beredar, seolah media berebut untuk mendapatkan dan menampilkannya dalam media mereka. Menurut pandangan Ustadz bagaimana?
Ya itu biasa persaingan media. Itu persaingan sehat dan wajar di dunia media. Cuma kita sayangkan kalau ada pihak yang punya keinginan untuk mencari keuntungan - bila hal ini terjadi - seperti menjual foto itu demi keuntungan pribadi, maka ini akan menjadi preseden tidak baik.
SBY berkomentar bahwa eksekusi Amrozi Cs dengan dukungan yang luar biasa dari masyarakat itu adalah akibat dari pengaruh mass media yang terlalu mengekspose beritanya. Terkesan pemerintah kewalahan menghadapi opini media soal dukungan kepada mereka ? Pendapat anda?
Ya... itu kan respon wajar dari masyarakat. Bagi ana (saya) pemerintah kuwalat dalam masalah ini. Toh eksekusi mereka itu tak sepi dari keinginan pemerintah untuk cari keuntungan, dan sepertinya memang sudah dapat. Nah... mosok mau hasilnya gak mau resikonya.. itu urek (curang) namanya. Yang perlu digaris-bawahi adalah jawaban opini ini datangnya bukan dari manusia tapi langsung dari Rabbul 'Alamin melalui karomah yang memang biasanya Allah turunkan pada para syuhada. Nah, hal inilah yang nampaknya tidak diprediksi oleh pemerintah sebelumnya, bahwa Allah itu bisa turunkan karomah. Mereka 'kan orang-orang sekuler yang gak percaya sama hal-hal begini. Bahkan mungkin mereka nilai hal ini seperti ini tahayul. Namun bagi para Mujahidin sudah sangat faham dengan hal ini karena pemandangan karomah itu hal wajar terjadi di dunia Mujahid dan Syuhada. Sebenarnya Ustadz Abu Bakar Ba'asyir sendiri juga sudah sempat mengingatkan ketika beliau diwawancara oleh berbagai media bahwa kalau pemerintah ngotot ingin eksekusi, pasti akan ada hal-hal yang di luar dugaan pemerintah akan terjadi. Atau dalam bahasa lain beliau sebutkan "saya khawatir kalau ada bala' yang turun."
Respon masyarakat ini apakah bukti jika masyarakat telah menerima syariat jihad?
Menurut ana (saya) belum sejauh itu. Masyarakat masih butuh bimbingan lagi. Kita tau 'kan sejauh mana parahnya kejahiliyahan masyarakat kita ini. Memang karomah itu pada prinsipnya, seperti yang diterangkan oleh Syaikh Abdullah Azzam - komandan sekaligus guru para Mujahidin di dunia-red, diturunkan kepada masyarakat yang imannya lemah dan tujuannya memang untuk meningkatkan nilai iman mereka. Maka biasanya mereka yang bisa melihat hal ini akan mengambil iktibar dan imannya akan meningkat. Tapi kalau hatinya buta, ya sudah, akan tetap buta bahkan akan terus melawan hingga Allah Subhanahu wa Ta’ala akan turunkan bala' atau azab-Nya. Karomah itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada hamba-hamba-Nya yang Sholih. Kalau para Anbiya’ itu namanya Mukjizat, tapi secara fungsi kedua hal itu sama, yaitu untuk meningkatkan keimanan. Nah, lihat saja pada kisah-kisah para Nabi. Selama ini kaum yang sudah diberi petunjuk berbagai Mukjizat lalu mereka tetap tidak mau beriman, ya ujungnya bakal dihancurkan. Tapi bagi mereka yang mengambil I’tibar akan diselamatkan. Begitu juga karomah ini, fungsinya sama, tinggal bagaimana kita aja, mau ngeyel terus atau mau mengambil iktibar. Masing-masing akan ada konsekuensi dan hasilnya sendiri-sendiri.
Lantas bagaimana dengan sikap MUI yang mengambil pendapat tidak populer dengan menolak mendukung opini bahwa mereka adalah syuhada?
Menurut saya para ulama di MUI bukan tidak tahu tentang hal ini. Tapi mungkin ada suatu tekanan bagi mereka hingga mereka tidak berani mengeluarkan pernyataan yang sejujurnya. Hal ini terlihat bahwa di beberapa kalangan MUI sendiri berbeda pendapat. Saya dengar Kyai Cholil Ridwan tetap menganggap mereka syuhada. Begitu pula dengan beberapa kyai MUI di daerah, bahkan juga berpendapat demikian. Ini buktinya bahwa pernyataan resmi MUI itu sarat tekanan atau kepentingan pihak-pihak tertentu. Tapi apapun alasannya, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa para syuhada tidak butuh label MUI. Biarlah label MUI itu cukuplah untuk produk makanan yang akan dijual di pasar saja lah.
Apakah anda mencium aroma perang media antar media sekuler dan Islam, dan MUI adalah salah satu korban dari perang media tersebut?
Bagi ana (saya), peperangan ini bukan perang antar media. Namun peperangan yang terjadi justru antara kekufuran dan keimanan. Media hanya terompet-terompet yang berbunyi nyaring yang lebih menyemarakkan lagi genderang perang ideologi itu. Toh masing-masing media itu juga ternyata membawa berbagai kepentingan dan pesan tertentu. Ada yang kepentingannya duniawi, dan ada yang ukhrawi. Jadi wajar dong kalau kemudian ada tarik-menarik antara kepentingan-kepentingan tersebut.
Wah berarti saat ini kondisi aktivis Islam berada di atas angin dong?
Ya ini sebuah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sedang turun bagi mereka. Maka seharusnya kalangan aktivis Islam benar-benar harus pandai menggunakan kesempatan ini untuk lebih mengajak umat ke arah jalan yang lurus dan benar. Bukan malah dijadikan ajang provokasi yang nantinya menjerumuskan orang yang punya niat baik tapi polos ke dalam gurita intelijen yang jahat. Ini harus benar-benar diwaspadai. (muslimdaily.net)
Menurut anda apa yang wajib kita manfaatkan dalam momentum syahidnya ketiga Mujahid bali ini?
Pertama, mengingat kematian. Bahwa kematian itu hanya sekali dan kitalah yang memilih di mana kematian kita itu akan kita lalui. Apakah di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala atau di jalan syetan. Kedua, betapa besarnya Rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala ini. Di mana kita lihat Allah Subhanahu wa Ta’ala masih ingin mengingatkan bangsa ini dengan karomah-karomah. Padahal bangsa ini sudah begitu nakal dan kelewat batas, yang seharusnya sudah diazab, tapi masih saja Allah Subhanahu wa Ta’ala mau memberi peringatan. Maka hal ini harus disyukuri. Dalam arti diambil hikmahnya sebaik mungkin. Ketiga, hendaknya hal ini dijadikan sebagai peringatan yang mengingatkan bangsa ini, bahwa permainan Dajjal benar-benar sedang menari-nari dihadapan mata mereka. Di mana kebaikan telah digambarkan sebagai keburukan, dan keburukan digambarkan sebagai kebaikan hingga kita sebagai umat Islam harus waspada terhadap permainan busuk ini supaya tidak tersesat dan termasuk golongan orang yang merugi.